Biografi Singkat Para Sahabat Rasulullah: Abdullah bin Hudzafah radhiallahu anhu.
Namanya Abdullah bin Hudzafah
As-Sahmy. Dia adalah seorang sahabat yang beruntung karena pernah
menemukan dua raja besar di zamannya yaitu Kisra, Raja Persia dan Kaisar Agung,
Raja Romawi.
Suatu ketika Rasulullah mengutus
Abdullah bin Hudzafah untuk mengirimkan surat beliau yang berisi ajakan masuk
Islam kepada Kisra Abrawis, Raja Persia. Ia pun mempersiapkan segala
kebutuhannya. Anak-anak dan keluarganya ia titipkan kepada para sahabat.
Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya Abdullah bin Hudzafah tiba di
ibukota Persia. Setelah mendapat sedikit kesulitan, ia dipersilakan
menghadap Kisra. Abdullah menghadap sang Raja dengan pakaian sederhana,
sebagaimana kesederhanaan orang-orang Islam. Namun kepalanya tetap tegak dan
jalannya pun tegak penuh wibawa.
Tatkala Kisra melihat Abdullah menghadap, dia memberi sinyal kepada pengawalnya
agar menerima surat yang dibawa Abdullah. Namun Abdullah menolak
memberikannya kepada pengawal. "Rasulullah memerintahkan agar
memberikan surat ini langsung ke tangan Kisra tanpa perantara. Saya tidak mau
melanggar perintah Rasulullah," kata Abdullah. "Biarkan
dia mendekat kepadaku!" bentak Kisra dengan hati
mendongkol. Ia menerima surat yang diberikan Abdullah dan memerintahkan
sekretarisnya untuk membaca isinya: "Dari Muhammad, kepada Kisra, Raja
Persia. Berbahagialah siapa saja yang mengikuti petunjuk ..."
Baru sampai di situ sekretaris membaca surat, api kemarahan menyala di dada
Kisra. Mukanya berubah merah. "Kurang ajar, berani-beraninya
dia menulis namanya lebih dahulu dari namaku. Padahal dia adalah budakku,"
umpat Kisra geram. Surat yang sedang dibaca sekretarisnya itu ia sambar
dan robek-robek. Lalu ia memerintahkan pengawalnya untuk mengusir Abdullah
dari ruang pertemuan. Setibanya di hadapan Rasulullah, Abdullah bin Hudzafah
segera melaporkan segala kejadian yang dilihat dan dialaminya, diantaranya
perbuatan Kisra yang merobek surat beliau. Mendengar laporan tersebut,
Rasulullah bersabda, "Semoga Allah merobek-robek kerajaannya
pula!"
Pertemuan Abdullah bin Hudzafah dengan Kaisar Agung terjadi pada masa
pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khathab. Pada tahun 19 Hijriyah, Umar
mengirim angkatan perangnya untuk menyerang Romawi. Dalam pasukan itu ada
seorang perwira senior, Abdullah bin Hudzafah.
Kaisar Romawi telah mengetahui keunggulan dan sifat-sifat tentara
Muslim. Sumber
kekuatan mereka adalah iman yang membaja dan keyakinan
yang dalam, serta keberanian mereka menghadapi maut. Jihad di jalan Allah
menjadi tekad dan cita-cita hidup mereka. Kaisar Romawi memerintahkan kepada
para perwiranya, "Jika kalian berhasil menawan tentara Muslim, jangan
kalian bunuh, tapi bawa ke hadapanku!"
Ditakdirkan Allah, Abdullah bin Hudzafah tertawan. Ia dibawa menghadap
sang Kaisar. Setelah memperhatikan Abdullah bin Hudzafah agak lama, Kaisar
berkata, "Aku ingin menawarkan sesuatu kepadamu." "Apa
yang ingin Anda tawarkan?" tanya Abdullah. "Maukah
kau masuk agama Nasrani? Jika mau, aku akan membebaskanmu dan memberikan hadiah
yang besar," kata Kaisar. Abdullah menjawab lantang, "Aku
lebih suka mati seribu kali daripada menerima penawaran Anda."
Kaisar tersenyum, "Aku
lihat kau adalah seorang perwira yang pintar, Jika kau mau menerima tawaranku,
aku akan mengangkatmu menjadi pembesar kerajaan." Abdullah membalas
tersenyum dan berkata, "Demi Allah, seandainya Anda berikan padaku
seluruh kerajaan Anda, ditambah semua pemerintah yang ada di tanah Arab ini,
agar aku keluar dari agama Muhammad walau sekejap mata, aku tetap tidak akan
menerimanya!" "Kalau begitu, kau akan kubunuh!" bentak
Kaisar marah. "Silahkan, lakukanlah apa saja yang Anda suka!" jawab
Abdullah mantap.
Tubuh Abdullah bin Hudzafah akhirnya
diikat di kayu salib. Kemudian Kaisar memerintahkan tukang panah untuk
memanah lengan Abdullah. Setelah itu Kaisar bertanya lagi, "Bagaimana?
Maukah kau masuk agama Nasrani?" "Tidak!" jawab
Abdullah. "Panah kakinya!" perintah Kaisar. Maka
panah kembali meluncur mengenai kaki Abdullah. "Maukah kau pindah
agama?" bujuk Kaisar.
Abdullah tetap menolak. Karena
tidak berhasil, Kaisar menyuruh menghentikan siksaan dengan panah. Abdullah
diturunkan dari tiang salib. Kaisar kemudian meminta sebuah kuali besar,
lalu dituangkan minyak ke dalamnya. Setelah minyak menggelegak, Kaisar
meminta dua orang tawanan muslim. Seorang diantaranya dilemparkan ke dalam
kuali. Sebentar kemudian, daging orang itu hancur sampai tulang belulangnya
keluar.
Kaisar kembali membujuk Abdullah agar mau pindah agama, namun ia tetap
menolak. Akhirnya Kaisar memerintahkan pengawal untuk melempar Abdullah ke
dalam kuali. Ketika pengawal menggiring Abdullah mendekati kuali, ia
menangis. Kaisar mengira Abdullah menangis karena takut. Ternyata
dugaannya salah. Abdullah tetap tak mau pindah agama.
"Kurang ajar, Lalu apa yang
menyebabkan kamu menangis?" bentak Kaisar. "Aku
menangis karena keinginanku selama ini tidak terkabul. Aku ingin mati di medan
tempur. Ternyata sekarang aku akan mati konyol dalam kuali," jawab
Abdullah. "Kalau begitu, maukah kau mencium kepalaku?" tanya
Kaisar tiba-tiba. "Kalau kau mau, aku akan membebaskanmu dan
seluruh tawanan." Abdullah berpikir sejenak. "Aku
harus mencium kepala musuh Allah, tapi aku dan kawan-kawanku bebas. Ah, tidak
ada ruginya."Ia pun menghampiri Kaisar dan mencium
kepalanya. Kaisar kemudian memerintahkan para pengawal membebaskan semua
tawanan Muslim.
Setibanya di hadapan Khalifah Umar, Abdullah bin Hudzafah melaporkan semua
peristiwa yang dialaminya. Umar sangat gembira mendengar laporan Abdullah
tersebut. Ketika memeriksa pasukan Muslim yang tertawan dan bebas
bersama-sama Abdullah, Umar berkata, "sepantasnyalah setiap Muslim
mencium kepala Abdullah bin Hudzafah. Nah, aku yang memulai!"
Kemudian Khalifah Umar berdiri lalu mencium kepala Abdullah bin Hudzafah.
Sumber: Buku
Sahabat-Sahabat Rasulullah Sallallahu alai’hi wasallam
Penerbit: Pustaka
Ibnu Katsir
0 Response to "Biografi Singkat Para Sahabat Rasulullah: Abdullah bin Hudzafah radhiallahu anhu."
Post a Comment