Realitas Bangsa Indonesia: Kekayaan Melimpah Ruah, Namun Rakyat Miskin
Berapa kali Anda menanyakan kabar
keluarga Anda, teman dan rekan-rekan kerja dalam sehari dan sebulannya. Demi
memastikan bahwa keadaan mereka dalam keadaan baik atau bahkan mereka dalam
keadaan sedih dan menangis. Karena besarnya perhatian dan rasa cinta kita
terhadap mereka. Namun, pernakah kita mempertanyakan negeri yang kita cintai
ini Bagaimana Kabarmu Hari Ini? Apakah engkau sedang bahagia atau engkau
sedang menangis dan sedih. Maka ketahuilah keadaan Negeri-Mu saat ini dalam
keadaan menangis.
Tanpa kita sadari negara yang memiliki
17.504 pulau, memiliki berbagai kekayaan alam yang melimpah ruah disepanjang
pulau dan provinsi. Kekayaan hayati Indonesia seperti hutan luasnya yang
tersisa menurut bank dunia pada tahun 2010 sekitar 31,065,849 ha di antaranya
adalah hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Di samping itu Indonesia
memiliki wilayah laut seluas 5,8 km dengan panjang garis pantai 81.000 km.
Sekitar 7% (6,4 juta ton/ tahun) dari potensi lestari total ikan laut dunia
berasal dari Indonesia.
Tidak ada menyangkal akan besarnya
kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia dalam berbagai aspek. Berdasarkan data Indonesia Mining
Asosiation, Indonesia menduduki peringkat ke-6 terbesar untuk Negara yang
kaya akan sumberdaya tambang. Memiliki cadangan emas berkisar 2,3% dari
cadangan emas dunia dan menduduki peringkat ke-7 yang memiliki potensi emas
terbesar di dunia dengan produksi menduduki peringkat ke-6 dunia sekitar 6,7%.
Salah satu contohnya produksi emas yang dikelola PT Freeport dan PT Newmont
kita lakukan melalui perhitungan dengan taksiran dari setoran pajak mereka. Ini
bila kita percaya kebenaran nilai pajak PT Freeport yang Rp 6 trilliun
pertahun, dan ini baru 20% dari nett profit-itu artinya nett profit-nya adalah
Rp 30 trilliun pertahun. Sumber lain menyebut produksi emas di Freeport adalah
sekitar 200 ton emas per hari. Dengan demikian secara kasar bersama perusahaan
tambang mineral logam lainnya, yakni emas/Newmont juga timah, bauksit, kapur,
pasir dan lain-lain, nett profit sector pertambangan adalah minimal Rp 50
trilliun per tahun.
Lantas apa yang membuat negeri ini
menangis? Padahal kekayaan alam yang begitu besar dan berlimpah ruah.
Seharusnya negeri ini dalam keadaan bahagia, tentram aman dan sejahtera. Satu
abad setelah kebangkitan nasional 20 Mei 1908 atau 109 tahun yang telah
berlalu, perjalanan yang panjang telah dilalui. Seharusnya telah memberikan
kesejahteraan dan ketentraman bagi setiap warga Negara Indonesia.
Namun, apa yang terjadi.
Kesejahteraan itu hanya menjadi angan-angan bagi setiap warga Negara yang entah
kapan angan-angan itu bisa terwujud. Bagaimana tidak, menurut Badan Pusat Statistik
Jumlah penduduk miskin anak bangsa saat ini 27,76 juta jiwa atau sekitar
(10,70%). Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu yang mencapai 28,5 juta atau 11,3 persen dari total populasi. Dengan
demikian, penduduk miskin dalam lima tahun terakhir, hanya turun 2,5 juta
orang. Padahal, anggaran APBN yang secara khusus ditujukan untuk penanggulan
kemiskinan sejak tahun 2011 hingga tahun 2016 mencapai Rp 842 triliun.
Bagaimana dengan data-data yang
lainnya, jumlah pengangguran, tindakan kriminal, seksul, narkotika, korupsi dan
lain-lain. Membuat hati kita miris melihat segala masalah dan problematika yang
terjadi dinegeri kita saat ini. Melihat data-data ini, kabarnya Negeri-Mu saat
ini dalam keadaaan menagis. Potensi alam yang besar tidak akan bermamfaat bagi
rakyat jikalau tak dikelola dengan baik. Dalam Undang-undang dikatakan “Bumi
dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” namun nyatanya hal itu
berjalan dengan baik.
Kenyataan yang ada sekarang ini masih
banyaknya rakyat yang belum mendapatkan haknya secara maksimal dan kurang
diperlakukan dengan adil. Salah satu peran yang mampu membuat Negeri ini
kembali dalam keadaan bahagia dan tersenyum melainkan tumbuhnya kesadaran bagi
pihak pemerintah bahwa kewajiban pemerintah memberikan hak, kesejahtraan dan
ketentraman bagi setiap rakyat, termasuk sumber daya alam yang dimiliki oleh
Indonesia. Wahai Negeriku jangalah bersedih, karena generasi muda bangsa saat
ini sedang mempersiapkan diri membuat-Mu tersenyum.
Sekarang bukan lagi waktunya diam,
bersantai-santai dan berleha-leha melihat segala problematika yang
terjadi bagi negeri kita. Sosok pemerintah sesungguhnya tak mampu menyelesaikan
masalah ini semua. Melainkan peran rakyat dan pemuda generasi bangsa yang saat
ini dibutuhkan untuk melakukan sebuah langkah untuk mengapai sebuah proses
perubahan. Jangan lihat besar kecilnya usaha seseorang melainkan lihat apa
hasil dan target yang dia ingin capai. Menanamkan cita-cita bersama adalah
langkah untuk mengatasi setiap masalah bersama, bukan jalan secara sendiri mengahadapi
masalah yang ada, melaingkan melangkah bersama mengatasi setiap rintangan dan
problematika yang ada. (*Diterbitkan di
Buletin Jumat Edisi 002 SC Ar-Riyadhoh FIK UNM)
Terimah Kasih atas
kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam
0 Response to "Realitas Bangsa Indonesia: Kekayaan Melimpah Ruah, Namun Rakyat Miskin"
Post a Comment