Makalah Olahraga Adaptif (Kumpulan Makalah Olahraga FIK UNM)
OLAHRAGA ADAKTIF
Disusun Oleh:
Muhammad Akbar S. Pd
ALUMNI JURUSAN PEND. KEPELATIHAN
OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini, makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Pandidikan Jasmani
dan Kesehatan 1 ini tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini yang berjudul “Olahraga Adaktif”.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungandalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberikan manfaat
pada penulis khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik,
keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam
interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa
peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan
akan mampu mengembangkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.
Program Pengajaran Penjas adaptif
disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan
aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Dalam pendidikan jasmani evaluasi
keberhasilan hasil belajar dilaksanakan dengan mempergunakan berbagai jenis
tes, baik tes kebugaran jasmani maupun tes-tes keterampilan olahraga. Evaluasi
yang dilakukan tersebut berbeda dari mata pelajaran lainnya, yang sebagian
hanya mengukur ranah pengetahuan (kognitif) saja( Wahjoedi, 2001 : 1).
Sedangkan evaluasi dalam pendidikan jasmani, disamping ranah kognitif dan ranah
afektif, maka ranah psikomotor merupakan sasaran utama.
Oleh karena itu, agar dapat mengelola
pelaksanaan program pembelajaran pendidikan jasmani sebagaimana mestinya,
sebagai calon sarjana pendidikan jasmani diperlukan pemahaman terhadap hal-hal
seperti: proses evaluasi dan pengukuran, teknik-teknik pengetesan, pedoman
penggunaan tes, serta tes yang direkomendasikan dalam pendidikan jasmani.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
permasalahan yang dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian pendidikan jasmani adaptif ?
2. Apa saja ciri-ciri program pengajaran penjas
adaptif ?
3. Apa tujuan dari Pendidikan Jasmani adaptif?
4. Bagaimana modifikasi pengajaran dalam Pendidikan
Jasmani adaptif?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu :
1. Untuk mengetahui
pengertian pendiddikan jasmani adaptif
2. Untuk mengetahui
ciri-ciri program pengajaran penjas adaptif
3. Untuk mengetahui
tujuan dari pendidikan jasmani adaptif.
4. Untuk mengetahui
modifikasi pengjaran dalam pendidikan jasmani adaptif
D. Manfaat
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil paper ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan guru khususnya guru pendidikan jasmani tentang pentingnya
pendidikan jasmani adaptif
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi siswa
Dengan pemaparan materi dalam pendidikan
jasmani adaptif, siswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami tahap-tahap
yang harus dilakukan dalam evaluasi, sehingga siswa berpartisipasi dan
berinteraksi secara aktif dalam proses pembelajaran baik antara siswa dengan
siswa maupun siswa dengan guru.
b. Bagi Guru
Hasil paper ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi guru untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif, khususnya yang berkelainan sehingga tidak ada
ketimpangan dalam melakukan evaluasi.
c. Bagi
sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan serta evaluasi untuk
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan jasmani di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan Jasmani
Adaptif
1. Pengertian Pendidikan
Jasmani Adaptif
Secara
mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani
biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses
pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu
sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan
dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah
psikomotor.
Hampir
semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor.
Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik,
keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam
interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa
peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan
akan mampu mengembangkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.
2. Ciri dari
Program Pengajaran Penjas Adaptif
Sifat
program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang
menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri
tersebut adalah:
1. Program
Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan
siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang
berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan.
Misalnya bagi siswa yang memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam
bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiata
tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkursi roda dimodifikasi.
Demikian dengan olahraga lainnya. Oleh karena itu pendidikan jasmani adaptif
akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani
dan mentalnya.
2. Program
Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang
disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan
fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program
pengajaran pendidikan jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi
diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaannya.
3. Program
Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu
program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan
otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati
tingkat kemampuan teman sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif
dapat mewujudkan hal tersebut diatas, maka pendidikan jasmani adaptif dapat
membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa
memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan
bersikap sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.
3. Tujuan Pendidikan Jasmani
Adaptif
Sebagaimana
dijelaskan diatas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani
adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah,
M.Sc. dalam buku yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan
pendididkan jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:
1. Untuk
menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
2. Untuk
membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk
keadaannya melalui Penjas tertentu.
3. Untuk
memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah
macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
4. Untuk
menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
5. Untuk
membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki
harga diri.
6. Untuk
membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika
tubuh yang baik.
7. Untuk
menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya
sebagai penonton.
4. Modifikasi dalam Pendidikan
Jasmani Adaptif
Bila
dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK dikelompokkan menjadi:
1.
ABK yang memilik masalah dalam sensoris
2.
ABK yang memiki masalah dalam gerak dan
motoriknya
3.
ABK yang memiliki masalah dalam belajar
4.
ABK yang memiliki masalah dalam tingkah
laku
Dari masalah yang disandang dan
karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan
modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan
modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:
1. Modifikasi
aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani.
2. Modifikasi
keterampilan dan tekniknya.
3. Modifikasi
teknik mengajarnya.
4. Modifikasi
lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.
Seorang ABK yang satu dengan yang
lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin
membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin
membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi
mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga
butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung
dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan
pengajaran dari setiap jenis ABK.
B. Pengertian dan Kerakteristik Tunagrahita
1. Pengertian
Tunagrahita
merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti
merugi.Grahita berarti pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally
Retarded) berarti terbelakang mental. Tunagrahita sering disepadankan dengan
istilah-istilah, sebagai berikut:
1. Lemah fikiran (
feeble-minded)
2. Terbelakang mental
(Mentally Retarded);
3. Bodoh atau dungu
(Idiot);
4. Pandir (Imbecile);
5. Tolol (moron);
6. Oligofrenia
(Oligophrenia);
7. Mampu Didik
(Educable);
8. Mampu Latih (Trainable);
9. Ketergantungan penuh
(Totally Dependent) atau Butuh Rawat;
10. Mental Subnormal;
11. Defisit Mental
12. Defisit Kognitif;
13. Cacat Mental;
14. Defisiensi Mental;
15. Gangguan
Intelektual
American Asociation on Mental
Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20), mendefinisian Tunagrahita sebagai
kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata
(Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes; yang muncul sebelum usia
16 tahun; yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan
pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22)
dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu
IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.
Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi
pada masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
Pengklasifikasian/penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran
menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in
Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut: 1. EDUCABLE Anak pada kelompok ini
masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas
5 Sekolah dasar. Ada beberapa pengertian tunagrahita menurut beberapa ahli.
1. Tunagrahita
ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan
intelektual di bawah rata-rata (Somantri,2006:103). Istilah lain untuk siswa
(anak) tunagrahita dengan sebutan anak dengan hendaya perkembangan. Diambil
dari kata Children with developmental impairment. Kata impairment
diartika sebagai hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampauan
dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas (American Heritage
Dictionary,1982: 644; Maslim.R.,2000:119 dalam Delphie:2006:113).
2. Penyandang
tunagrahita (cacat ganda) adalah seorang yang mempunyai kelainan mental, atau
tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, adakalanya cacat mental
dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut cacat ganda
(http//.panti.tripod.com/2-10-07). Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami
disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang
disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain yang dimiliki selain
cacat intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita
yakni cacat ganda.
Penanganan pada setiap ABK memiliki cara
tersendiri.Mulai dari segi akademik, pribadi dan sosial mereka. Semuanya
disesuaikan dengan kondisi fisik dan mental mereka.
C. Karateristik Tunagrahita
1.
Tunagrahita Ringan
Anak
yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan
kemampuan. Mereka mampu dididikdan dilatih. Misalnya, membaca, menulis,
berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah
diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok.
Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan
tidak memerlukan pengawasan ekstra.
2.
Tunagrahita Sedang
Tidak jauh berbeda dengan anak
tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu diajak berkomunikasi.
Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan
berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya akan dengan
jelas dijawab. Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit
pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian
dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita
sedang.
3.
Tunagrahita Berat
Anak tunagrahita berat disebut juga idiot.
karena dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan, perhatian,
bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri
apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama dengan anak Idiot
tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam tungrahita
berat. Dengan demikian, seorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga
faktor, yaitu:
1. Keterhambatan
fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata
2. Ketidakmampuan
dalam perilaku adaptif
3. Terjadi
selama perkembangan sampai usia 18 tahun.
Keterbelakangan mental yang biasa
dikenal dengan anak tunagrahita biasanya dihubungkan dengan tingkat kecerdasan
seseorang. Tingkat kecerdasan secara umum biasanya diukur melalui tes
Inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient).
1. Tuna
grahita ringan biasanya memiliki IQ 70 –55
2. Tunagrahita
sedang biasanya memiliki IQ 55 – 40
3. Tunagrahita
berat biasanya memiliki IQ 40 – 25
4. Tunagrahita
berat sekali biasanya memiliki IQ <25 span="">25>
Para
ahli Indonesia menggunakan klasifikasi:
1. Tunagrahita
ringan IQnya 50 – 70
2. Tunagrahita
Sedang IQnya 30 – 50q
3. Tunagrahita
berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat
menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan
memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak
Luar
Biasa
memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari
keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar.
Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan mengkoreksi
kelainan dan keterbatasan tersebut.
Ciri
dari Program Pengajaran Penjas Adaptif yaitu:
- Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa
- Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK.
- Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa
- Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
- Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
- Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
- Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
- Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
- Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
- Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
Tunagrahita merupakan kata lain dari
Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti merugi.Grahita berarti
pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang
mental
Klasifikasi tuna grahita diukur
dengan tingkat IQ mereka, yang terbagi menjadi 3 yaitu tunagrahita ringan,
tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Keterbelakangan mental yang biasa
dikenal dengan anak tunagrahita biasanya dihubungkan dengan tingkat kecerdasan
seseorang. Tingkat kecerdasan secara umum biasanya diukur melalui tes
Inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient).
1. Tuna
grahita ringan biasanya memiliki IQ 70 –55
2. Tunagrahita
sedang biasanya memiliki IQ 55 – 40
3. Tunagrahita
berat biasanya memiliki IQ 40 – 25
4. Tunagrahita
berat sekali biasanya memiliki IQ <25 span="">25>
Para
ahli Indonesia menggunakan klasifikasi:
1. Tunagrahita
ringan IQnya 50 – 70
2. Tunagrahita
Sedang IQnya 30 – 50q
3. Tunagrahita
berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30
B. Saran
Melalui sedikit penjelasan tentang
anak tunagrahita, semoga pembaca yang masih menganggap semua anak tunagrahita
itu anak idiot dan tidak memiliki kemampuan apa-apa tidak lagi berpikiran
semacam itu. Setelah mengetahui hal ini pula kiranya dapat disosialisasikan
kepada siapa saja yang masih belum tahu.
DAFTAR PUSTAKA
American Asociation on Mental
Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM
American Heritage Dictionary,1982:
644; Maslim.R.,2000:119 dalam Delphie:2006:113
http//.panti.tripod.com/2-10-07
0 Response to "Makalah Olahraga Adaptif (Kumpulan Makalah Olahraga FIK UNM)"
Post a Comment