Materi Khutbah Terlengkap 2017: Perbuatan Membatalkan Ibadah Seorang Muslim
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jamaah
jum'at yang dirahmati Allah!!
kita semua pasti mengetahui apa saja yang dapat membatalkan
wudhu, yang membatalkan shalat dan ibadah-ibadah lainnya, dari segi hukum fikih
pelaksanaan. Akan tetapi barangkali sedikit di antara kita yang mengetahui
apa saja yang dapat membatalkan amal ibadah seorang muslim secara umum.
Membatalkan yang kita maksud adalah
gugurnya atau terhapusnya pahala amal, sebagian atau keseluruhan, atau amal
ibadah dan segala kebajikan itu sendiri tidak ada gunanya sama sekali, ka-rena
pemiliknya telah dihukumi keluar dari islam oleh Allah.
Membatalkan, yang dalam bahasa arab adalah أَبْطَلَ, sering diungkapkan dengan kata أَحْبَطَ yang bermakna, menggugurkan atau menghapus.
Membatalkan, yang dalam bahasa arab adalah أَبْطَلَ, sering diungkapkan dengan kata أَحْبَطَ yang bermakna, menggugurkan atau menghapus.
Ibnul atsir di dalam an-nihayah fi
gharib al-hadits mengatakan, "أَحْبَطَ اللّهُ عَمَلَهُ" (Allah
menggugurkan amalnya), maknanya adalah, أَبْطَلَهُ (Allah membatalkannya).
Ibnu manzhur dalam lisan al-arab lebih jelas menerangkan hakikat makna ini dengan mengatakan, "kata kerja حَبَطَ (gugur), bentuk ketiganya adalah حَبْطٌ dan bisa juga حُبُوْطٌ maknanya adalah, seseorang mengerjakan suatu amal lalu dia merusaknya sendiri."
Ibnu manzhur dalam lisan al-arab lebih jelas menerangkan hakikat makna ini dengan mengatakan, "kata kerja حَبَطَ (gugur), bentuk ketiganya adalah حَبْطٌ dan bisa juga حُبُوْطٌ maknanya adalah, seseorang mengerjakan suatu amal lalu dia merusaknya sendiri."
Ini mengisyaratkan bahwa ada hal-hal
tertentu yang apabila dilakukan oleh seorang muslim, maka amal ibadahnya bisa
menjadi sia-sia dan gugur tak berguna, tidak diterima Allah dan tidak
mendapatkan pahala. Dengan menyadari ini, setiap muslim wajib untuk mengetahui
apa saja yang dapat merusak amal ibadahnya; tidak untuk melakukannya, akan
tetapi demi menjauhi dan senan-tiasa berhati-hati terhadapnya. Dalam shahih
al-bukhari dan shahih muslim terdapat riwayat dari sahabat hudzaifah bin
al-yaman radhiyAllahu ‘anhu, di mana beliau berkata,
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلَ
اللهِ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ
يُدْرِكَنِيْ.
"para sahabat
bertanya kepada rasulullah a tentang kebaikan, se-dangkan aku bertanya kepada
beliau tentang keburukan; karena saya takut akan mendapatinya."
(diriwayatkan oleh al-bukhari, no. 3338; dan muslim, no. 3434).
Artinya, sebagaimana seorang muslim
wajib mengetahui tauhid, dia juga wajib mengetahui syirik; tidak untuk
melakukan syirik, tetapi demi membersihkan tauhidnya dari syirik tersebut dan
demi senantiasa membentengi dirinya secara sangat kokoh.
Demikian juga, sebagaimana setiap
muslim wajib melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok yang telah Allah tetapkan
atas setiap muslim, dia juga wajib menghindari apa saja yang dapat menggugurkan
amal-amal wajib tersebut. Dan begitu seterusnya.
Jamaah jum'at yang dirahmati Allah!!
hal-hal yang membatalkan amal ibadah
(muhbithat al-a'mal) ada dua kategori: pertama,
yang membatalkan dan menggugurkan amal ibadah secara keseluruhan (atau
al-muhbithat al-kubra), dan kedua,
yang membatalkan pahala amal yang bersangkutan saja (atau al-muhbithat
ash-shughra).
Berikut ini adalah apa saja yang
membatalkan amal ibadah seorang muslim secara keseluruhan, yang wajib kita
ketahui dan senantiasa wajib kita hindari.
Pertama: syirik
(Mempersekutukan Allah)
tentu saja syirik ini adalah syirik
besar (asy-syirk al-akbar), yang dapat mengeluarkan pelakunya dari islam. Sujud
kepada ber-hala, meminta hujan kepada bintang, berdoa meminta sesuatu kepada
kuburan, menyembelih hewan untuk jin dan roh-roh, berkeya-kinan bahwa keris anu
dan tombak empu fulan memiliki kekuatan hebat, dan hal-hal semacamnya; semua
itu adalah syirik besar yang membatalkan semua amal ibadah yang dilakukan
seseorang. Shalat, puasa, haji dan sebagainya adalah sia-sia apabila disertai
dengan perbuatan syirik seperti ini. Bahkan lebih dari itu pelakunya dianggap
keluar dari islam, bila yang bersangkutan tidak bertaubat dan kembali kepada
islam.
Perhatikan firman Allah ta’ala, yang
secara tersurat dialamat-kan kepada para nabi, tapi sebenarnya adalah kepada
kita semua,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan sungguh
telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelum kamu, 'jika kamu
mempersekutukan (Allah), niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi'." (Az-Zumar: 65).
Alamat firman ini adalah para nabi,
termasuk nabi kita muhammad shallAllahu ‘alaihi wasallam; artinya, apabila nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam saja yang telah diampuni dosanya yang telah lalu
dan yang akan datang, menjadi batal amal ibadahnya kalau melakukan syirik, maka
umat biasa seperti kita pastilah akan lebih parah lagi.
Dalam zubdah at-tafsir yang merupakan
intisari dari tafsir fathul qadir karya asy-syaukani, ketika menafsirkan ayat
ini dikatakan, "syirik, apabila merupakan sesuatu yang pasti menggugurkan
amal para nabi, maka syirik akan menggugurkan amal selain mereka, dari
umat-umat mereka adalah lebih pasti."
Dalam surat al-an'am ayat 88, setelah Allah
mengisahkan tentang sejumlah para nabi; tentang dakwah mereka, kebaikan,
keshalihan, keutamaan dan hidayah Allah kepada mereka, Allah mempertegas suatu
pesan yang besar dengan firman-Nya,
ذَلِكَ هُدَى اللّهِ يَهْدِي بِهِ مَن
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ
يَعْمَلُونَ
"itulah
petunjuk Allah, yang dengannya dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendakinya di antara hamba-hambanya. Dan (tetapi) seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka
kerjakan." (al-an'am: 88).
Jamaah jum'at yang dirahmati Allah!!
kedua (dari
yang membatalkan amal secara keseluruhan) adalah: kufur.
Yang dimaksud di sini, juga kufur akbar
dan tidak termasuk di dalamnya kufur ashghar. Mengenai kufur akbar, perhatikan
firman Allah ta’ala,
وَمَن يَكْفُرْ بِالإِيمَانِ فَقَدْ
حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"barangsiapa
yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum islam), maka terhapuslah
amal-amalnya dan dia di akhirat termasuk orang-orang merugi."
(al-ma`idah: 5).
Berikut ini sebagian dari jenis kufur akbar yang wajib
diwaspadai setiap muslim:
Pertama, kufur karena
mengingkari atau mendustakan, yang dalam istilah para ulama disebut kufr
al-inkar wa at-takdzib.
Persisnya, adalah apabila seorang
muslim yang mukallaf mengingkari atau mendustakan dengan hatinya atau lisannya
suatu pokok agama, atau suatu hukum dari hukum-hukumnya, atau suatu berita
wahyu yang dibawa al-qur`an atau as-sunnah yang telah disepakati keshahihannya
oleh para ulama, maka dia adalah kafir berdasarkan ijma' para ulama. Maka
mengingkari sesuatu dari rukun islam, atau rukun iman, mengingkari uluhiyah atau
rububiyah Allah atau mengingkari salah satu dari nama-nama dan sifat-sifatnya,
mengingkari haramnya zina atau riba, atau bahkan mengingkari halalnya poligami
dan lain sebagainya; semua ini dapat mengantarkan seseorang kepada kufur akbar
yang mengha-pus dan menggugurkan semua amal ibadahnya.
Maka hendaklah berhati-hati orang-orang
yang selama ini suka mengutak-atik agama Allah, atas nama kebebasan
berpendapat, atas nama demokrasi, atas nama hak individu, atau atas nama dan
atas nama lainnya yang terkadang menimbulkan kekhawatiran besar di hati seorang
da'i; bagaimana seorang muslim bisa bersikap lancang seperti itu kepada agama Allah.
Kedua, kufur karena
sikap sombong, yang diistilahkan dengan kufr al-istikbar. Maksudnya, seseorang
membenarkan pokok-pokok islam dengan hati dan pernyataan lisannya, akan tetapi
menolak untuk tunduk dengan anggota badannya kepada hukum-hukum-nya, karena
rasa sombong dan angkuhnya. Orang seperti ini adalah kafir berdasarkan ijma'
para ulama.
Contoh yang paling jelas adalah sikap
iblis -la'natullah alaihi-ketika Allah memerintahkannya untuk sujud kepada nabi
adam ’alaihis salam. Iblis tidak mengingkari Allah sebagai tuhan alam semesta,
tidak mengingkari Allah sebagai pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam raya
ini, tidak mengingkari bahwa Allah-lah yang berhak disembah, akan tetapi iblis
hanya enggan dan bersikap sombong menyikapi perintah Allah, agar dia sujud
kepada adam ’alaihis salam. Sikap sombong itu digambarkan Allah di dalam
al-qur`an, kata iblis -sebagaimana diabadikan Allah ta’ala-,
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلاَّ تَسْجُدَ
إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَاْ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ
مِن طِينٍ
“apakah yang
menghalangimu untuk bersujud (kepada adam) di waktu aku menyuruhmu'. Iblis
menjawab, 'saya lebih baik daripadanya; engkau ciptakan saya dari api sedang
dia engkau ciptakan dari tanah'." (Al-A'raf: 12).
Dalam ayat lain kesan angkuhnya lebih jelas,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلآئِكَةِ
اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إَلاَّ إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ
طِيناً
"apakah aku
akan sujud kepada orang yang engkau ciptakan dari tanah?" (al-isra`:
61).
Pertanyaan, tetapi sesungguhnya
merupakan penolakan dan sikap sombong yang tidak pantas dilakukan oleh seorang
makhluk kepada rabbnya. Dan karena sikap sombongnya itulah Allah berfir-man
dalam surat al-baqarah ayat 34 dan surat shad ayat 74 mem-beritakan tentangnya
yang lalu menetapkan vonis atasnya,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ
اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ
الْكَافِرِينَ
"…kecuali
iblis; ia enggan dan sombong dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir."
(al-baqarah: 34).
Ketiga, kufur karena
mencela dan mengolok-olok, yang dalam kitab-kitab akidah diistilahkan dengan
kufr as-sabb wa al-istihza`. Ialah bahwa seorang muslim mengolok-olok atau
mencela sesuatu dari agama Allah, baik dengan perbuatan atau dengan perkataan.
Maka mencela Allah; mencela suatu nama
dari nama-nama-nya atau suatu sifat dari sifat-sifatnya, mengolok-olok atau
men-cela rasulullah a atau sesuatu dari sunnah beliau, seperti mengo-lok
poligami yang beliau lakukan atau bahkan syariat poligami itu sendiri, mengolok
kewajiban memendekkan pakaian agar tidak menutupi mata kaki, mengolok-olok
sunnah memanjangkan jenggot, mengolok-olok kaum muslimin yang melaksanakan
sunnah rasulullah shallAllahu ‘alaihi wasallam, mencela agama Allah atau bahkan
sesuatu dari padanya; semua itu adalah bentuk-bentuk kufr al-istihza` yang
dapat mengeluarkan seseorang dari islam dan membatalkan semua amal ibadahnya.
Perhatikan peringatan Allah di dalam
surat at-taubah ayat 65-66,
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ
إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ
كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ{65} لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ
إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَآئِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَآئِفَةً بِأَنَّهُمْ
كَانُواْ مُجْرِمِينَ
"Dan jika kamu
tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka
akan menjawab, 'sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.'
katakanlah, 'apa-kah dengan Allah, ayat-ayatnya dan rasulnya kamu
berolok-olok?' tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah
ber-iman." (at-taubah: 65 – 66).
Merupakan sebuah penegasan yang amat mengerikan bagi
orang-orang mukmin dan peringatan yang sangat menggetarkan bagi hati
orang-orang yang takut kepada Allah ta’ala.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!!
Ketiga (dari
yang membatalkan amal seorang muslim) adalah: murtad dari islam.
Allah ta’ala dengan sangat gamblang menegaskan masalah ini di dalam firmannya,
Allah ta’ala dengan sangat gamblang menegaskan masalah ini di dalam firmannya,
وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ
فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَـئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا
وَالآخِرَةِ وَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"barangsiapa yang murtad di antara kamu dari
agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu terhapus amal-amalnya
di dunia dan akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya." (Al-Baqarah: 217).
Yang ketiga ini tidak perlu kita
perjelas karena sudah sangat jelas; menjelaskan suatu yang jelas adalah sulit.
Kempat:
kemunafikan (an-nifaq).
Ialah kemunafikan akbar yang dapat
mengeluarkan pelaku-nya dari islam. Dan ini juga masalah yang sangat jelas
dalam akidah islam. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ
الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرا
"sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka."
(an-nisa': 145)
Kelima: lancang
dengan bersumpah (memastikan hukuman) atas nama Allah ta’ala.
Imam muslim meriwayatkan di dalam
shahihnya dari sahabat jundab bin abdillah radhiyAllahu ‘anhu,
أَنَّ رَسُوْلَ اللّهِ حَدَّثَ: أَنَّ
رَجُلًا قَالَ: وَ اللّهِ لَا يَغْفِرُ اللّهُ لِفُلَانٍ، وَإِنَّ اللّهَ قَالَ:
مَنْ ذَا الَّذِيْ يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ؛ فَإِنِّيْ
قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ .
"bahwasanya
rasulullah a menceritakan, 'bahwa ada seseorang berkata, 'demi Allah, Allah
tidak akan mengampuni si fulan', sedang-kan Allah justru berfirman, 'siapa yang
lancang mengatakan (atas namaku) bahwa aku tidak akan mengampuni fulan? Aku
telah mengampuni si fulan dan aku telah menggugurkan amalmu'."
(diriwayatkan oleh imam muslim, no. 4753)
Kemudian perhatikan hadits berikut ini.
Dari abu hurairah radhiyAllahu ‘anhu, beliau berkata, rasulullah shallAllahu
‘alaihi wasallam menceritakan,
كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِيْ
إِسْرَائِيْلَ مُتَوَاخِيَيْنِ، فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالْآخَرُ
مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ، فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ
عَلَى الذَّنْبِ، فَيَقُولُ: أَقْصِرْ، فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ، فَقَالَ
لَهُ: أَقْصِرْ، فَقَالَ: خَلِّنِيْ وَرَبِّيْ، أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيْبًا؟
فَقَالَ: وَاللّهِ لَا يَغْفِرُ اللّهُ لَكَ -أَوْ: لَا يُدْخِلُكَ اللّهُ
الْجَنَّةَ- فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،
فَقَالَ لِهٰذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِيْ عَالِمًا؟ أَوْ كُنْتَ
عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا؟ وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اِذْهَبْ فَادْخُلِ
الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِيْ، وَقَالَ لِلْآخَرِ: اِذْهَبُوْا بِهِ إِلَى النَّارِ.
"dahulu ada
dua orang laki-laki bersaudara di tengah bani israil, salah seorang dari
keduanya suka berbuat dosa, sedangkan yang seorang lagi rajin beribadah. Yang
rajin beribadah tersebut terus melihat yang satunya lagi suka berbuat dosa,
sehingga dia sering berkata (menasihatinya), 'berhentilah (melakukan dosa)',
dan suatu hari dia mendapatkannya tengah melakukan dosa, dan dia berkata
kepadanya, 'berhentilah (melakukan dosa)'. Akan tetapi (orang yang ditegur)
menimpalinya dengan mengatakan, 'biarkan aku (ini adalah urusanku) dengan
rabbku, apakah kamu diutus sebagai pengawas bagi diriku?' maka (karena kesal)
yang rajin beribadah itu berkata kepadanya, 'demi Allah, Allah tidak akan
mengam-punimu'-atau dia mengatakan, 'Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam
surga'-. Maka Allah mengambil nyawa mereka berdua lalu (kelak) akan bersama
menghadap kepada Allah rabb semesta alam. Firman Allah kepada yang rajin
beribadah itu, 'apakah kamu tahu tentang aku? Ataukah kamu punya kuasa terhadap
apa yang ada di tanganku?' kepada yang suka berbuat dosa itu Allah berfirman,
'pergilah dan masuk ke dalam surga dengan rahmatku', sedangkan untuk yang rajin
beribadah itu (karena kelancangannya tersebut) Allah firmankan (kepada para
malaikat), 'bawalah dia masuk ke dalam neraka'." (diriwayatkan oleh ahmad, no. 8093
dan abu dawud, no. 4901, serta dishahihkan oleh al-albani dalam shahih sunan
abu dawud).
Keenam: lancang terhadap rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dengan meninggikan suara melebihi suara beliau.
Mengenai ini Allah memberikan peringatan yang keras di
dalam kitabnya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
"hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara
nabi, dan janganlah kamu berkata kepa-danya dengan suara keras seperti kerasnya
(suara) sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya amalmu tidak
terhapus sedang-kan kamu tidak menyadari." (al-hujurat: 2).
Mengangkat suara saja di hadapan
rasulullah shallAllahu ‘alaihi wasallam melebihi suara beliau dapat membatalkan
dan menggugurkan amal ibadah seseorang, apalagi lebih dari itu.
Mungkin seseorang akan berkata, "itu kan dulu, di zaman rasulullah shallAllahu
‘alaihi wasallam masih hidup dan bagi orang-orang yang hidup bersama beliau.
Apakah itu masih relevan untuk kita sekarang?"
Masalah ini dijawab oleh seorang ulama
besar, imam al-qadhi abu bakar ibnul arabi. Kata beliau, "kehormatan nabi shallAllahu ‘alaihi wasallam
setelah wafatnya adalah seperti kehormatan beliau ketika masih hidup, dan
kemuliaan sabda beliau yang diriwayatkan (al-hadits) sama dengan kemuliaan
sabda beliau yang didengar melalui ucapan beliau secara langsung. Maka apabila
sabda beliau disampaikan (dibacakan), setiap orang yang ada (yang hadir) wajib
untuk tidak mengangkat suaranya dan tidak berpaling daripadanya, sebagaimana
yang mesti dia lakukan di tengah majelis beliau ketika beliau mengucapkannya
secara langsung." (dinukil oleh imam al-qurthubi dalam tafsir beliau
8/200, cet. Maktabah at-taufiqiyah).
Camkan baik-baik perkataan agung dari
imam ibnul arabi ini. Perkataan yang harus senantiasa kita ingat agar kita
senantiasa menempatkan sabda-sabda nabi kita a di tempat yang mulia dan
terhormat, kemudian menyikapinya sebagaimana seorang sahabat menyikapi
rasulullah shallAllahu ‘alaihi wasallam ketika beliau bersabda, berikut
menerimanya sebagaimana seharusnya seorang muslim menerima wahyu, menjadikannya
sebagai sumber hukum, dan bahkan sebagai tolok ukur dan hakim di dalam
perbedaan pandangan di kalangan umat.
Imam al-qurthubi kemudian menjelaskan, "mengangkat suara di hadapan nabi shallAllah
‘alaihi wasallam yang dimaksud, bukan dimaksud untuk meremehkan atau mengolok-olok;
karena itu sudah jelas merupakan kekufuran."
Karena itu, hendaklah berhati-hati
orang-orang yang selama ini meremehkan sabda-sabda nabi shallAllahu ‘alaihi
wasallam, karena itu adalah suatu kekufuran dan paling tidak dapat menggugurkan
pahala ibadah.
Adalah tidak pantas bagi seorang
muslim, yang beriman kepada Allah dan rasulnya menyikapi sabda-sabda rasulullah
shallAllahu ‘alaihi wasallam hanya sebagai isu, hanya sebagai bahan pelengkap,
hanya sebagai penghias makalah-makalah batil, hanya sebagai pembenaran
pandangan kita. Maka jangan heran, misalnya, kalau kita pernah men-dengar ada
orang yang mengatakan, "hadits
'semua bid'ah adalah sesat dan semua kesesatan adalah di neraka' tidak sesuai
untuk disampaikan di hadapan masyarakat indonesia, karena ini akan memecah
belah umat dan esensi yang kontra produktif." Ini adalah kelancangan
yang sangat berbahaya yang seharusnya kita senantiasa berhati-hati daripadanya.
Semua itu agar kita tidak termasuk di antara orang-orang yang amal ibadahnya
gugur dan sia-sia.
Kaum muslimin rahimakumullah!!
Poin ini perlu kita perlebar, agar
menjadi lebih jelas bagaimana seharusnya seorang muslim menyikapi sabda-sabda
nabi atau dengan ungkapan yang lebih tepat, hadits-hadits-nabi shallAllahu
‘alaihi wasallam.
Pertama, tidak
diperkenankan bagi seseorang, ketika mendengar suatu hadits dari nabi shallAllahu
‘alaihi wasallam untuk menolaknya; dengan anggapan bahwa itu adalah konsep
kontra produktif, atau tidak sesuai dengan kondisi masyarakat indonesia, atau
dengan alasan apa pun.
Kedua, tidak
diperkenankan bagi seseorang untuk mendahu-lukan atau lebih memilih perkataan
seseorang dari pada hadits nabi shallAllahu ‘alaihi wasallam, sekalipun orang
tersebut adalah salah seorang di antara imam-imam ahli ilmu.
Perhatikan perkataan imam asy-syafi'i
rahimahullah. Beliau berkata,
"kaum muslimin telah ijma' bahwasanya barangsiapa yang telah jelas baginya suatu sunnah (hadits) rasulullah shallAllahu ‘alaihi wasallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya karena mengambil pendapat seseorang."
"kaum muslimin telah ijma' bahwasanya barangsiapa yang telah jelas baginya suatu sunnah (hadits) rasulullah shallAllahu ‘alaihi wasallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya karena mengambil pendapat seseorang."
Imam ahmad rahimahullah juga
berkata, "barangsiapa menolak hadits rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
maka dia sedang berada di tebing jurang kebinasaan."
Dua perkataan agung ini dan perkataan-perkataan serupa,
bahkan juga dari imam malik bin anas dan imam abu hanifah, dapat kita lihat
secara rinci dengan takhrij dan penjelasannya di dalam mukadimah kitab shifatu
shalat an-nabi shallAllahu ‘alaihi wasallam karya al-imam al-muhaddits,
al-albani rahimahullah.
Ketiga, barangsiapa
yang berani lancang terhadap hadits nabi shallAllahu ‘alaihi wasallam, maka
ketahuilah bahwa itu adalah tanda yang sangat jelas bahwa orang tersebut telah
binasa, yang di dalam hatinya telah terjangkit penyakit yang sangat berbahaya,
bahkan boleh jadi telah digerogoti oleh kekufuran.
Keempat, kelima dan
seterusnya tentu saja tidak urgen untuk disebutkan secara detail di dalam
khutbah jum'at yang sunnahnya memang dipendekkan seringkas dan sepadat mungkin.
Jamaah jum'at yang dirahmati Allah!!
Semua itu tadi harus kita usahakan
untuk dihindari, agar kita menjadi orang-orang yang senantiasa disayang Allah,
diberkati dan mendapat ampunannya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذا،
وَأَسْتَغْفِرُ اللّهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ, إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ
مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Hadirin jamaah jum'at rahimakumullah!!
Perhatikan sabda nabi shallAllahu
‘alaihi wasallam,
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
"Barangsiapa yang
mengerjakan suatu amal yang tidak didasari oleh agama kami, maka amal tersebut
tertolak." (diriwayatkan oleh al-bukhari dan muslim dan ini adalah
lafazh muslim).
Kedua: mendatangi
dan bertanya tentang sesuatu kepada tukang ramal atau dukun.
Tentang ini rasulullah shallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Tentang ini rasulullah shallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ
شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً.
"Barangsiapa
yang datang kepada tukang ramal (dukun) lalu ber-tanya tentang sesuatu
kepadanya, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam (dan hari)."
(diriwayatkan oleh mus-lim, no. 2230). Dan tentu masih banyak lagi yang
lainnya.
Jamaah jum'at yang dirahmati Allah!!
Jangan lupa untuk bershalawat atas nabi
kita muhammad, keluarga dan para sahabat beliau serta orang-orang yang
mengikuti beliau sampai hari kiamat nanti.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.
0 Response to "Materi Khutbah Terlengkap 2017: Perbuatan Membatalkan Ibadah Seorang Muslim"
Post a Comment