Lomba Menulis FSI RI UNM Pra Muktamar XVIII Tema (Aku dan Tarbiyah): Alhamdulillah Juara Tiga. Judul: ( “Tarbiyah Mengubah Hidup-Ku”)
“Tarbiyah Mengubah Hidup-Ku”
BISMILLAH……
Ini
adalah kisah perjalanan hidupku hingga bisa mengenal dunia tarbiyah. Hidup ini
adalah sebuah perjalanan panjang, penuh dengan ujian cobaan, tantangan dan lika
liku yang akan membelokkan kita dari target dan tujuan perjalanan kita berjumpa
dengan Sang Pencipta. Dalam ayunan langkah kaki menyusuri jalan berliku dan
berkelok adakalanya tiba-tiba kaki ini terhenti dan menemukan sesuatu yang
menginspirasi dan menguatkan iman.
Dari sinilah munculnya proses
kedewasaan diri, pondasi kokoh tentang Islam rahmatal lil’alamin dan kasih
sayang antar saudara seiman, melahirkan sebuah ukhwah yang mengalahkan
persaudaraan sekandung. Proses yang menurutku sangat luar biasa yang mampu
merubah sedikit demi sedikit sikap, tingkah laku, pemikiran dan penampilan.
Nikmat yang begitu besar bagiku bisa bergabung dengan dunia tarbiyah. Tarbiyah bukanlah segala-galanya, tetapi
segala-galanya adalah tarbiyah.
Dengan tarbiyahlah akan mengubah hidupmu yang kelam menjadi
lebih baik. Kala itu saya belum mengenal tarbiyah tepatnya empat tahun lalu
ketika masih duduk di bangku sekolah. Ucapan
yang begitu indah terlontar dari mulut ini tanpa mengetahui makna dan
hakikatnya ‘Aku Ingin Berubah’ entahlah waktu itu saya sadar mengatakannya
ataukah hanya sebuah kalimat yang keluar begitu saja. Beberapa hari melakukan
sebuah perenungan tentang hidup ini. Empat tahun telah berlalu kalimat ini
terlontar dari mulut saya. Ketika waktu itu telah selesai dan tamat di SMA N 1
Rilau Ale Kab. Bulukumba, dengan predikat siswa yang paling nakal, paling
sering bolos, paling malas belajar. Tentu ini bukan sebuah kebanggaan.
Deraian air mata yang tak mampu terbendung, mengalir begitu
kerasnya. Bagaikan sebuah bendungan dengan tembok yang kokoh, tiba-tiba retak
dan menghempaskan air yang begitu deras, yang tidak memiliki arah dan tujuan. Merusak
segala apa yang menjadi penghalang didepannya. Seakan-akan perjalanan hidup
saya berakhir sampai disini dengan prestasi yang saya dapatkan.
Ketika mata-ku mulai terbuka, menarik sebuah nafas dengan
sedalam-dalamnya, menatapi diri yang penuh dengan dosa dan kesalahan.
Bermain-main dengan amanah yang diberikan oleh kedua orang tua, untuk belajar
dengan baik disekolah. Membuat saya jijik dengan diri saya sendiri dengan
perbuatan yang telah saya kerjakan. Beberapa lama hidup ini berjalan seolah
tidak memiliki arah dan tujuan.
Singkat cerita, setelah selesai dari SMA ada beberapa
pilihan yang membuat saya kembali pusing untuk memilih. Apakah hidup kita ingin sama dengan kehidupan orang
tua menjadi seorang petani, ini bukan tentang meremehkan pekerjaan seorang
petani. Akan tetapi sanggupkah kita bekerja seperti orang tua kita bekerja
dikebun, disawah dari pagi sampai sore hari.
Sanggupkah kita dengan usia yang masih muda penuh dengan
kegensian, takut kotor bertahan ditengah teriknya matahari sambil mencangkul?
Maka jawabannya adalah tidak. Sangat minim pemuda saat ini baik siswa ataupun
mahasiswa yang ketika liburan mereka membantu orang tuanya, apatah lagi dengan
pekerjaan berat. Lantas jikalau kita tidak apa yang harus saya kerjakan, saya
mau kemana?
Menjadi pengangguran sejati, menjadi penghuni kampung yang
kerjanya tidur, begadang, minum-minuman keras dll. Apakah kita mengingingkan
hidup seperti ini? Tentu tidak. Lantas keputusan apa yang harus kita ambil?
Maka jawabanku pada saat itu adalah sekolah dengan sebaik-baiknya.
Cukuplah yang berlalu menjadi sebuah pengalaman yang menjadi
bumbu-bumbu dalam kehidupan ini. Terkadang sebuah masakan akan terasa nikmat
dan enak ketika diberi bumbu-bumbu yang berbeda rasanya. Itulah alur kehidupan
kita, terkadang kita dibawah dan terkadang kita diatas, terkadang kita merasa
sedih dan merasa bahagia. Tak lama kemudian nama saya tersangkut di pengumuman
kelulusan mahasisiwa baru jalur SBMPTN Universitas Negeri Makassar tahun 2013.
Sejak itu kubulatkan tekadku untuk kuliah, meninggalkan
kampung halaman untuk mencapai sebuah perubahan dalam diri ini, jangan biarkan
diri kita ditenggelamkan karena pengalaman buruk yang telah lalu. Masa depan
kita tidak selebar dengan daun kelor, tidak sependek dengan mata memandang. Hingga
saat itu terlontar sebuah kata “Hari ini
memang saya gagal, saya nakal, akan tetapi dimasa yang akan datang akan
mengubah semua itu dengan keberhasilan”. Namun, terkadang kita memang
sering putus asa terhadap perbuatan yang telah kita lakukan, namun Allah berfirman didalam Al-Qur’an:
Artinya: “Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa (kecuali dosa
syirik). Sungguh Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 53).
Cukuplah ayat ini menjadi motivasi
kepada kita semua untuk tidak berputus asa atas segala kesalahan dosa yang
telah kita perbuat. Hingga waktu itu perkataan itupun terlontar ‘Aku
Harus Berubah’ Namun yang jadi
pertanyaan adalah Kita Ingin Berubah
Menjadi Apa? Tentu berubah menjadi orang yang lebih baik Taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Maka tidak ada
perubahan yang lebih baik selain dari ketaatan kita beribadah kepada Allah,
yang sebelumnya kita jauh dari ketaatan kepada Allah, jauh mengenal
sunnah-sunnah Rasulullah.
Hidup tanpa sebuah perubahan itu adalah sebuah kerugian, perubahan yang kita maksud adalah bukan dari masa kecil keremaja bahkan sampai dewasa. Akan tetapi perubahan yang sifatnya batiniyah, perubahan akhlak’ Maka bertambahnya umur maka seharusnya semakin baik akhlak dan perilakunya, ketaantanya kepada Allah semakin besar.
Hidup tanpa sebuah perubahan itu adalah sebuah kerugian, perubahan yang kita maksud adalah bukan dari masa kecil keremaja bahkan sampai dewasa. Akan tetapi perubahan yang sifatnya batiniyah, perubahan akhlak’ Maka bertambahnya umur maka seharusnya semakin baik akhlak dan perilakunya, ketaantanya kepada Allah semakin besar.
Seorang penuntut ilmu yang sering diibaratkan sebuah padi
yang ditanam disebuah persawahan. Padi itu tumbuh dengan perjuangan, kesabaran
untuk bertahan dibawa teriknya matahari dan derasnya hujan. Akan tetapi, apakah
padi ini tidak berbuah. Padi itu tetap berbuah, bahkan memberikan contoh dan
teladan yang baik. Menandakan bertambahnya umur, ilmu pengetahuan, sekolah yang
tinggi seharusya bisa menjadi padi tersebut, semakin berisi maka semakin
menunduk, tidak menyombongkan diri atas apa yang dimilikinya.
Tahun pertama di kampus tepatnya desember 2013, salah seorang
senior yang tinggal di Mesjid Kampus FIK UNM. Mendapati saya tertidur pulas ba’da
sholat di masjid dan ketika bangun senior tersebut kemudian menyapa saya,
mengajak saya bercerita. Nama Anttum
siapa? Pada kala itu panggilan kata anttum bagi kami orang awwan tidak
terlalu paham. Hingga beliau mengulang pertanyaanya, Nama ta Siapa?, saya pun menjawab dan memperkenalkan diri; Nama saya: Muhammad Akbar, jurusan pend.
Kepelatihan, dari kab. Bulukumba.
Singkat cerita, setelah ngobrol lama saya pun meranjak pulan
ke kos. Dan waktu itu kos saya dekat dengan kampus, setiap hari jalan kaki ke
kampus. Ketika saya mau pamit, senior ini bertanya pada saya. Apa kita kerja
kalau malam kamis? Jawab saya: Tidak ada
kak. Kemudian beliau lanjutkan, kalau tidak ada nanti saya jemput ki pergi
pengajian. Waktu itu sebenarnya saya ingin menolak, tetapi dengan akhlak beliau
yang membuat hati saya terasa terikat untuk ikut dengan beliau.
Jujur, ini adalah pertama kali saya ta’lin dan tempatnya
yaitu di masjid Ar-Rahmah BTN Tabariyah, pusat ta’lim untuk kader lembaga
dakwah se-UNM. Pada waktu itu sosok pemateri adalah Ustadz yang saat ini tak
ada lagi yang tidak mengenalnya Ustadz Harman Tajang hafizahullah. Dengan kelebihan beliau membawakan materi yang
disampaikannya membuat hati kami jatuh cinta dan terus mengikuti ta’lim beliau.
Yang kemudian hari saya baru mengetahuinya bahwa beliau adalah satu kampung
kami, bulukumba.
Semakin berjalanya waktu dan mulai akrab dengan senior-senior
yang ada di masjid kampus. Tepatnya 2014 saya mulai diajak untuk ikut tarbiyah,
gabung dengan senior angkatan 2012 tempatnya di masjid Nurul Ilmu UNM. Murobbi
kami adalah Ustadz Suradi hafizahullah.
Pada waktu itu saya masih sendiri 2013 dari olahraga yang ikut tarbiyah. Ketika
tarbiyah telah dimulai, kami semua di perintahkan untuk mengeluarkan Al-Qur’an
dan kita membacanya kemudian di koreksi satu persatu. Tiba giliran saya membaca
Al-Qur’an, ketika itu saya baru membaca Ta’udzuh
sudah salah, masuk lagi ke Basmalah juga
salah, sampai akhir surah Al-Fatihah terasa apa yang saya baca tidak ada yang
benar tentan penyebutan hurufnya yang benar.
Sempat waktu itu syetan mulai datang dan mengoda agar saya
tidak ikut lagi tarbiyah karena bacaan yang tersangkut-sangkut. Namun,
kesadaran akan pentingnya memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Singkat cerita, pada
suatu hari saya termenung melihat diri saya yang saat ini sudah kuliah, sudah
lulus SD, SMP, SMA. Akan tetapi memiliki bacaan Al-Qur’an yang tidak beres.
Disinilah kembali saya mengingat akan perkataan saya ketika lolos SMA dahulu “Saya
Harus Berubah”.
Ketika waktu itu perubahan yang saya fikirkan hanya ingin
berubah untuk sukses, dari nakal, malas menjadi lebih baik. Maka tak kala saya
mengenal tarbiyah, ada sesuatu hal yang harus menghentikan satu langkah
perubahan itu yang sifatnya sementara kehidupan dunia, dan beralih pada
perubahan yang sifatnya hakiki kehidupan akhirat.
Ingatlah wahai saudaraku…
Kapan kita akan tersadarkan untuk kembali memprioritaskan
kehidupan akhirat kita dibanding dengan kehidupan dunia. Dengan tarbiyahlah
Engkau akan lebih mengenal mana yang harus menjadi bab utama untuk kita perjuangkan.
Dengan tarbiyahlah Anda akan mengenal akan kehidpan yang sebenarnya. Dengan
tarbiyalah Engkau akan lebih dekat dengan Sang Pencipta. Dengan tarbiyalah akan
membentuk jiwa yang besar, akhlak dan moral yang baik. Dengan tarbiyalah kita
akan mengambil hikmah dari perjalanan hidup yang kita miliki.
Dulu, Aku sangat kagum pada orang cerdas, kaya, dan yang
berhasil dalam karir. Hidup sukses dan hebat dalam dunianya terlebih lagi
cerdas dunia pendidikan nya. Sekarang, Aku memilih untuk mengganti kriteria
kekagumanku. Aku kagum dengan orang yang hebat di mata Allah. Sekalipun kadang
penampilannya begitu biasa dan bersahaja.
Dulu, Aku memilih marah ketika merasa harga diriku dijatuhkan
oleh orang lain yang berlaku kasar padaku dan menyakitiku dengan kalimat-kalimat
sindiran. Sekarang,
Aku memilih untuk banyak bersabar & memaafkan. Karena Aku yakin ada hikmah
lain yang datang dari mereka ketika aku mampu memaafkan dan bersabar.
Dulu, Aku berfikir bahwa aku bisa
membahagiakan orang tua, saudara dan teman-temanku jika aku berhasil dengan
duniaku. Ternyata yang membuat mereka bahagia bukan itu, melainkan ucapan,
sikap, tingkah dan sapaanku kepada mereka. Sekarang
aku memilih untk membuat mereka bahagia dengan apa yang ada padaku.
Dulu, fokus pikiranku adalah membuat
rencana-rencana dahsyat untuk duniaku. Ternyata aku menjumpai teman-teman dan
saudaraku begitu cepat menghadap kepada-Nya. Sekarang, yang menjadi fokus pikiran dan rencanaku adalah
bagaimana agar hidupku dapat diridhai oleh Allah dan sesama. Jika suatu saat diriku dipanggil oleh-Nya. Tak ada yang bisa memberikan JAMINAN bahwa aku bisa
MENGHIRUP NAFAS ESOK hari. Jadi apabila hari ini dan hari esok aku masih hidup,
itu adalah karena kehendak-NYA semata.
Apa yang Anda tunggu wahai
saudaraku…. Untuk bermalas-malas tarbiyah. Tidak ada jalan yang akan mebuatmu
menjadi pribadi muslim yang sejati melaingkan dengan tarbiyah. Tarbiyah adalah
rup perjuangan bagi setiap Da’I, Aktifis Dakwah. Dalam meneggakan syariat Allah
di muka bumi ini.
Setelah bergabung dengan lembaga
dakwah fakultas SC Ar-Riyadhoh FIK UNM, kini pengaruh tarbiyah dalam kehidupan
akan semakin terasa. Tiga tahun kami bersama para Ikhwah di fakultas menyusung
rencana, Bagaimana menjebak seseorang
dalam kebaikan utamanya tarbiyah. Banyaknya aktifitas dakwah seakan
melupakan kebutuhan diri kita sendiri, dengan adanya tarbiyah akan menjadi
menjadi pengontrol bagi diri kita. Dengannya pula akan meningkatkan azzam yang
kuat dan lebih semangat mengajak seserang pada kebenaran. Disini aku
menemukan banyak orang-orang yang menginspirasi. Disinilah aku akan mengetahui
pentingnya tarbiyah, belajar lebih dalam lagi tentang Islam, dan mendekatkan
diri dan menigkatkan ketakwaan kepada Allah.
Wahai para Aktifis dakwah…
Hari demi hari tantangan kita
akan semakin berat, begitu besarnya amanah yang Allah berikan kepada kita,
memikul risalah Para Nabi. Tetapi ingatlah bahwa tidak ada sebuah perjuangan
dan pengorbanan yang sia-sia disisi Allah. Melaingkan akan dibalas dengan
Syurga yang mulia, tempat yang menjadi impian bagi orang-orang yang beriman.
Kisah kami pribadi tentu tidak bisa tertulisakan secara
keseluruhan akan proses perjalanan kami mengenal Allah dan Rasul-Nya. Namun,
perjalanan ini cukup memberikan pelajaran yang begitu berharga akan pentingnya Niat
yang tulus untuk berubah menjadi lebih baik. Karena dengan niat itulah bisa
jadi Allah memberikan hidayah-Nya kepada kita untuk taat dan Itiqomah
dijalan-Nya. Untuk para Ustadz yang telah menjadi wasilah bagi kami sehingga
mendapatkan hidayah dari Allah. Semoga Allah senantiasa menjaga dan memasukkan
kita kedalam syurga-Nya kelak. Semoga kisah ini bisa memberikan motivasi &
inspirasi bagi diri kami dan kita semua.
Yuk Sholat! Yuk Ngaji! Yuk Tarbiyah!
Yuk Sholat! Yuk Ngaji! Yuk Tarbiyah!
Ilmu...
Itulah bekal menuju akhirat
agar hidup tak berkarat
Masuk
surga tanpa bersyarat...
Amal...
Itulah jalan menuju surga
lewati hidup terjaga
hingga
ibadah terasa lega.
Dakwah....
Itulah bekal sang syuhada
Meraih surga sang pencipta
dengan
kesenangan yang tertata
Tarbiyah,...
Itulah jalan meraih ilmu, amal dan dakwah
Meraih surga nan megah
Tanpa harus merasa resah.
0 Response to "Lomba Menulis FSI RI UNM Pra Muktamar XVIII Tema (Aku dan Tarbiyah): Alhamdulillah Juara Tiga. Judul: ( “Tarbiyah Mengubah Hidup-Ku”)"
Post a Comment