Materi Khutbah Terlengkap 2017: Zaman Gemilang Sahabat
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Para
Hadirin, Jama'ah Shalat Jum'at Sekalian!!
Allah ta’ala mengutus nabi muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dengan risalah tauhid dan agama yang benar. Risalah dan agama yang
dibawa oleh nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersifat universal, artinya ia
berlaku untuk seluruh umat manusia di dunia tanpa tersekat oleh tempat dan
waktu, dan ini merupakan salah satu ciri khas risalah muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Di samping hal ini telah dinyatakan oleh allah dan nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri, ia juga dibuktikan oleh kenyataan bahwa
tidak ada wilayah di bumi ini, kecuali ia telah terjangkau oleh islam, agama
muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
وَبُعِثْتُ إِلى النَّـاسِ عَامَّةً.
"dan aku diutus kepada manusia seluruhnya."
(HR. Al-bukhari
dari jabir bin abdullah, no. 335).
Meskipun risalah muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
bersifat universal, tidak berarti dan tidak harus nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam sendiri yang membawa dan menyampaikannya dengan berkeliling dunia dari
satu daerah ke daerah lainnya, tanpa beliau berkeliling ke penjuru dunia, islam
telah benar-benar memayungi seluruh wilayah bumi, hal ini karena islam
mempunyai orang-orang yang memiliki semangat sangat tinggi dalam menyampaikan
(risalah) dan berdakwah, dan di barisan terdepan orang-orang tersebut adalah
sahabat-sahabat rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kepada mereka inilah
pertama kali rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menanamkan semangat untuk
menyampaikan (risalah).
Di haji wada' di hari penyembe-lihan (hewan kurban),
rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan kembali dorongannya kepada
para sahabat untuk menyampaikan (risalah), rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ.
"hendaknya
orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir." (HR. Al-bukhari dari abu bakrah, no.
67).
Hadirin
Jamaah Jum'at Rahimakumullah!!
Para sahabat inilah yang menjadi perantara antara nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dengan umat, tanpa perantaraan mereka (dengan izin
allah), umat tidak akan mengetahui ajaran dan tuntunan nabinya shallallahu
‘alaihi wasallam. Sebuah jasa besar yang tidak akan tertandingi oleh
generasi apa pun dan kapan pun dari umat ini. Seandainya hal tersebut merupakan
jasa mereka satu-satunya, maka ia lebih dari cukup untuk dijadikan alasan bagi
umat ini untuk menghormati, menghargai, memuliakan, dan mendoakan "semoga
allah meridhai mereka", sekaligus menjadi alasan bagi umat ini untuk tidak
mencela, mencaci, dan menjelek-jelekkan mereka, sebab sikap ini merupakan bukti
tidak adanya rasa berterima kasih kepada mereka dan kejahilan terhadap
kebaikan-kebaikan mereka. Tidak sedikit ayat-ayat al-qur`an di mana di dalam
surat tersebut allah ta’ala menyanjung mereka, salah satunya adalah firman
allah ta’ala,
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ
الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ
اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا
الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) dari golongan muhajirin dan
anshar dan orang-orang yang mengi-kuti mereka dengan baik, allah ridha kepada
mereka dan mereka pun ridha kepada allah, dan allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalam-nya.
Itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah: 100).
Di samping itu, nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
mewasiatkan kepada umat islam agar menghargai jasa mereka dengan tidak mencela
mereka. Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ,
لَا تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَـقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيْفَهُ.
"janganlah kalian mencaci sahabat-sahabatku,
seandainya salah se-orang dari kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud,
maka (infaknya tersebut) tidak menandingi satu mud atau setengah mud (infak)
salah seorang dari mereka." (muttafaq alaihi, mukhtashar shahih
al-bukhari no. 1755, mukhtashar shahih muslim no. 1746).
Emas sebesar uhud dari kita tidak
menandingi satu bahkan setengah mud salah seorang dari mereka. Sebuah
perbandingan yang boleh dikatakan antara langit dan bumi. Hal itu tidaklah aneh
dan bukanlah sesuatu yang mengherankan, karena mereka adalah generasi terbaik
umat ini dengan kesaksian nabinya shallallahu ‘alaihi wasallam,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ
الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ.
"sebaik-baik
manusia adalah generasiku, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian
orang-orang setelah mereka." (hr. Al-bukhari dari ibnu mas'ud dan
muslim dari imran bin hushain. Mukhtashar
shahih al-bukhari, no. 1118; dan mukhtashar shahih muslim, no. 1743).
Hadirin
jamaah jum'at rahimakumullah!!
benar, para sahabat adalah orang-orang terbaik umat ini, era
mereka adalah era emas dan zaman mereka adalah zaman paling gemilang dari umat
ini. Pada masa mereka, islam mencapai puncak kemuliaan dan kehormatan tertinggi
yang tidak tertandingi. Cukuplah kesaksian rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam sebagai bukti yang tidak terbantahkan. Mereka adalah orang-orang hasil
polesan tangan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah
orang-orang yang menyertai dan mengiringi rasu-lullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, mereka menyaksikan ayat-ayat diturunkan, mereka menghadiri
hadits-hadits disabdakan, keutamaan-keutamaan yang tidak akan pernah diraih
oleh seorang pun dari umat ini selain mereka.
Hadirin jamaah jum'at rahimakumullah!!
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah nabi dan rasul terbaik, maka orang-orang yang mendampinginya adalah
orang-orang terbaik. Masyarakat era sahabat adalah masyarakat terbaik.
Masyarakat dengan hukum allah dan rasulnya yang diterapkan di semua lini. Gelar
abad terbaik dan predikat era emas yang diwujudkan oleh para sahabat, tidak
mereka wujudkan begitu saja seperti membalik telapak tangan, bukan. Akan tetapi
mereka mewujudkannya dengan sebab-sebab dan usaha-usaha yang telah mereka
berikan dan buktikan, di mana sebab dan usaha utama dari mereka adalah iman
kepada allah dan rasulnya dengan iman yang sebenar-benarnya.
Karena iman mereka kepada allah dan
rasulnya-lah, maka mereka berpegang kepada firman allah dan sabda rasulnya,
mereka membenarkan berita-berita allah dan rasulnya, ketika allah memberitakan
tentang dirinya kepada mereka bahwa dia berse-mayam di atas arasy, bahwa dia
bersama mereka, bahwa dia memiliki wajah dan tangan, bahwa dia memiliki
sifat-sifat dzatiyah dan fi'liyah lainnya, maka mereka semua menerima dan beriman.
Tidak seorang pun dari mereka yang membantahnya atau membelokkannya atau
menafsirkannya dengan akal atau bertanya bagaimana atau mengapa. Sikap yang
sama mereka tunjukkan pada saat mereka mendengar nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda bahwa allah tertawa dan berbahagia, bahwa allah memiliki
kaki, bahwa allah turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang
terakhir. Iman membuat mereka meyakini bahwa berita allah dan rasulnya hanyalah
kebenaran yang harus diterima.
Karena iman, mereka menaati allah dan
rasulnya tanpa bantahan dan penundaan, perintah allah dan rasulnya mereka
laksanakan, dan larangan allah dan rasulnya mereka tinggalkan pada saat itu
juga. Imam al-bukhari meriwayatkan dari al-bara' bin azib bahwa ketika perintah
menghadap ka'bah sebagai kiblat dalam shalat diturunkan, ada seorang laki-laki
yang telah shalat bersama nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menghadap
ka'bah, selesai shalat, laki-laki ini melewati sekelompok orang-orang anshar
dalam shalat ashar dan mereka masih menghadap baitul maqdis. Lalu laki-laki
tersebut bersaksi kepada mereka bahwa dia telah shalat bersama nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dengan menghadap ka'bah, maka orang-orang anshar tersebut
berbalik pada saat itu juga sehingga mereka menghadap ka'bah (mukhtashar shahih
al-bukhari, no. 252).
Imam muslim meri-wayatkan dari anas
radhiyallahu ‘anhu bahwa di perang khaibar, para sahabat memasak daging keledai
lalu seorang penyeru rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berseru,
"ketahuilah, sesungguhnya allah dan rasulnya melarang kalian darinya, ia
kotor termasuk perbuatan setan." anas berkata, "bejana-bejana yang
berisi daging keledai yang sudah mendidih tersebut langsung
ditumpahkan."(mukhtashar shahih muslim no. 1330).
Iman yang membuat mereka demikian patuh
dan taat, mereka meresapi firman allah ta’ala,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ
وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
"apa yang
diberikan rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah." (Al-Hasyr: 7).
Mereka menyadari sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ
الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟
قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى.
"seluruh
umatku masuk surga kecuali orang yang enggan." mereka bertanya, "ya
rasulullah, siapa yang enggan?" rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
men-jawab, "barangsiapa menaatiku, maka dia masuk surga dan barang-siapa
mendurhakaiku, maka dia telah enggan." (HR. Al-bukhari, mukhtashar
shahih al-bukhari, no. 2117).
Hadirin jamaah jum'at rahimakumullah!!
Semoga allah ta’ala membimbing kita
untuk meneladani mereka sehingga kita sanggup menyikapi perintah dan larangan
allah ta’ala dengan ketaatan.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذا، وَأَسْتَغْفِرُ اللّهَ الْعَظِيْمَ
لِيْ وَلَكُمْ, إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ
مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Hadirin jamaah jum'at rahimakumullah!!
Iman membuat para sahabat bersikap
demikian patuh dan taat, berita dari allah dan rasulnya mereka benarkan,
perintah mereka laksanakan, dan larangan mereka tinggalkan tanpa tarik-ulur,
tanpa menentangnya dengan alasan tidak nalar, tanpa meno-laknya dengan alasan
tidak berperasaan. Dari sini kita melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang
bersatu di atas kebenaran, mereka tidak tersusupi oleh perpecahan meskipun
terjadi di akhir era mereka, akan tetapi tidak seorang pun dari mereka yang
menjadi biang keladi perpecahan atau pemimpin firqah-firqah bid'ah dan sesat.
Oleh karena itu, jika mereka
bersepakat, maka ia merupakan kesepakatan umat sebagaimana para ulama
menyatakan bahwa pemahaman mereka wajib dikedepankan dari pemahaman selain
mereka, karena mereka adalah orang-orang yang paling tulus, paling
bersungguh-sungguh, dan paling ikhlas dalam mencari kebenaran.
Hadirin jamaah jum'at rahimakumullah!!
Iman membuat mereka menyintai allah dan
rasulnya di atas segala perkara, melebihi harta, orang tua, keluarga bahkan
diri mereka sendiri. Mereka mengerti benar firman allah ta’ala,
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ
وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ
اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا
أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ
فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ
الْفَاسِقِينَ
"katakanlah,
'jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari allah dan
rasul-nya dan dari berjihad di jalannya, maka tunggulah sampai allah
mendatangkan keputusannya.' dan allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik." (At-Taubah: 24).
Mereka memahami sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ.
"salah seorang
dari kalian tidaklah beriman sehingga aku lebih dia cintai daripada orang
tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya." (HR. Al-bukhari dari anas,
mukhtashar shahih al-bukhari, no. 15).
Kecintaan mendorong mereka memberikan
dan mengorbankan segala apa yang mereka miliki demi membela allah, rasul, dan
agamanya. Tidak jarang kita membaca dalam perbincangan mereka, "aku rela
menjadikan bapak dan ibuku sebagai tebusanmu ya rasulullah." tidak sebatas
perbincangan, ia terealisasikan dan terbuktikan dalam perbuatan nyata. Ketika
rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendorong bersedekah, maka tidak heran
jika di antara mereka yakni abu bakar radhiyallahu ‘anhu hadir membawa seluruh
hartanya kepada nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan hanya meninggalkan
allah dan rasulnya bagi keluarganya. (abu dawud, no. 1678; at-tirmidzi, no. 3684; dan at-tirmidzi
berkata, "hasan shahih.").
Penulis ar-rahiq al-makhtum menyebutkan bahwa demi
mempersiapkan pasukan perang tabuk, utsman radhiyallahu ‘anhu merogoh koceknya
sebesar seribu dinar ditambah sembilan ratus unta dan seratus kuda, sehingga
rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "tidak ada yang
memudharatkan utsman apa yang dia lakukan setelah hari ini." (hr.
At-tirmidzi, no. 3100, dia berkata, "hadits hasan gharib").
Al-bukhari dan muslim meriwayatkan dari anas bahwa ketika firman allah turun,
لَن تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى
تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ
عَلِيمٌ
"kamu
sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,
maka sesungguhnya allah maha mengetahuinya." (Ali Imran: 92),
Abu thalhah datang kepada rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyerahkan harta yang paling dia cintai
yaitu sebuah kebun kurma bairuha'. Abu thalhah berkata, "ia adalah sedekah untuk allah, aku berharap
kebaikan dan pahalanya di sisi allah, letakkanlah ya rasulullah di bidang yang
allah tunjukkan kepadamu." (mukhtashar shahih al-bukhari, no. 700,
mukhtashar shahih muslim, no. 529).
Hadirin jamaah jum'at rahimakumullah!!
Iman membuat mereka tidak sekedar
mengorbankan harta, lebih dari itu yaitu jiwa raga. Kita bisa membaca hal itu
dari ucapan al-miqdad bin al-aswad, "kami tidak berkata seperti kaum musa,
'pergilah kamu dan tuhanmu, berperanglah.' akan tetapi kami berperang di
sebelah kanan, kiri, depan, dan belakangmu." (mukhtashar shahih
al-bukhari, no. 1525).
Kita bisa melihatnya pada tujuh orang
anshar di perang uhud, pada saat kaum muslimin tercerai-berai dan nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam situasi kritis karena musuh yang terus
mendesak, bagaimana tujuh orang tersebut gugur syahid satu persatu demi
melindungi rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. (mukhtashar shahih muslim
no. 1160). Ini hanyalah sedikit dari banyak pengorbanan para sahabat, hal itu
bisa dibaca di buku-buku sunnah dan sirah.
Hadirin jamaah jum'at rahimakumullah!!
Mampukah kita menandingi dan menyusul
mereka? Tidak bisa, walaupun demikian kita tetap bisa bersama mereka, bukankah
allah ta’ala telah berfirman,
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ
مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ
وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً
"dan
barangsiapa yang menaati allah dan rasul(nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh allah, yaitu: nabi-nabi, para
shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka
itulah teman yang se-baik-baiknya." (an-nisa`: 69).
Bukankah nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam telah bersabda, "kamu
bersama orang yang kamu cintai." dengan berpijak kepada hadits ini,
anas berkata, "aku mencintai nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, abu bakar, dan umar, aku berharap bersama mereka
dengan cintaku kepada mereka meskipun aku tidak beramal seperti amal mereka."
(mukhtashar shahih al-bukhari, no. 1459).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.
0 Response to "Materi Khutbah Terlengkap 2017: Zaman Gemilang Sahabat"
Post a Comment