Materi Khutbah Terlengkap 2017: Urgensi Tauhid Dalam Mengangkat Derajat Dan Martabat Kaum Muslimin
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً
وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،
وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ
الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Ma'asyirol
Muslimin rahimakumullah ...
Segala puji bagi Allah, Rabb dan
sesembahan sekalian alam, yang telah mencurahkan kenikmatan dan karuniaNya yang
tak terhingga dan tak pernah putus sepanjang zaman kepada makhluk-Nya. Baik
yang berupa kesehatan, kesempatan sehingga pada kali ini kita dapat menunaikan
kewajiban shalat Jum’at.
Semoga shalawat dan salam tercurahkan
kepada pemimpin dan uswah kita Nabi Muhammad, yang melalui perjuangannyalah,
cahaya Islam ini sampai kepada kita, sehingga kita terbebas dari kejahiliyahan,
dan kehinaan. Dan semoga shalawat serta salam juga tercurahkan kepada
keluarganya, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan kali ini tak lupa
saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada jama’ah semuanya, agar kita
selalu meningkatkan kwalitas iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa adalah
sebaik-baik bekal untuk menuju kehidupan di akhirat kelak.
Ma'asyirol
Muslimin rahimakumullah ...
Tauhid adalah pegangan pokok dan
sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi
setiap amal, menurut tuntunan Islam, tauhidlah yang akan menghantarkan manusia
kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat nanti.
Dan amal yang tidak dilandasi dengan tauhid akan sia-sia, tidak dikabulkan oleh
Allah dan lebih dari itu, amal yang dilandasi dengan syirik akan
menyengsarakannya di dunia dan di akhirat. Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan
kepada (nabi-nabi) sebelum kamu, ‘jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya
akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena
itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk
orang-orang yang bersyukur”. (Az-Zumar:
65-66)
Hamba Allah yang beriman ...
Tauhid bukan sekedar mengenal dan
mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah, bukan sekedar
mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan)Nya
dan wahdaniyah (keesaan)Nya dan bukan pula sekedar mengenal Asma’ dan
sifatNya.
Iblis mempercayai bahwa Tuhannya
adalah Allah, bahkan mengakui keesaaan dan kemahakuasaan Allah dengan
permin-taannya kepada Allah melalui Asma dan sifat-Nya. Kaum Jahiliyah Kuno
yang dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa pencipta. Pengatur, Pemelihara dan
Penguasa alam semesta ini adalah Allah. Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:
“Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab:
“Allah.” (Luqman: 25).
Namun kepercayaan mereka dan
keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai makhluk yang
berpredikat Muslim, yang beriman kepada Allah. Dari sini lalu timbullah
pertanyaan: “Apakah hakikat tauhid itu?”
Hamba Allah, yang beriman ...
Hakikat Tauhid, ialah pemurnian
ibadah kepada Allah, yaitu: menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni
dan konsekuen, dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala
laranganNya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepadaNya.
Untuk inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah. Dan sesungguhnya misi para
Rasul adalah untuk menegakkan tauhid. Mulai Rasul yang pertama, Nuh, hingga
Rasul terakhir, yakni nabi Muhammad n. Sebagaimana firman Allah:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembahKu.” (Adz-Dzariyat: 56).
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah
thaghut.” (An-Nahl: 36)
Sesungguhnya tauhid tercermin dalam
kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Maknanya, tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan tidak ada ibadah
yang benar kecuali ibadah yang sesuai dengan tuntunan rasul yaitu As-Sunnah.
Orang yang mengikrarkannya akan masuk Surga selama tidak dirusak syirik atau
kufur akbar.
Sebagaimana firman Allah:
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang,
mendapat petunjuk.” (Al-An’am:
82)
Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan,
“Ketika ayat ini turun, para sahabat merasa sedih dan berat. Mereka berkata siapa di antara kita yang tidak berlaku dzalim kepada
diri sendiri lalu Rasul menjawab:
لَيْسَ ذَلِكَ، إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ، أَلَمْ تَسْمَعُوْا
قَوْلَ لُقْمَانَ لاِبْنِهِ: {يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}. (متفق عليه).
“Yang dimaksud bukan (kedzaliman) itu, tetapi
syirik. Tidak-kah kalian mendengar nasihat Luqman kepada puteranya, ‘Wahai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah
benar-benar suatu kedzaliman yang besar.” (Luqman: 13) (Muttafaqun alaih).
Ayat ini memberi kabar gembira kepada
orang-orang yang beriman yang mengesakan Allah. Orang-orang yang tidak
mencampur-adukkan antara keimanan dengan syirik serta menjauhi segala perbuatan
syirik. Sungguh mereka akan mendapatkan keamanan yang sempurna dari siksa Allah
di akhirat. Mereka itulah yang mendapatkan petunjuk di dunia.
Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah ...
Jika dia adalah seorang ahli tauhid
yang murni dan bersih dari noda-noda syirik serta ikhlas mengucapkan “laa
ilaaha illallah” maka tauhid kepada Allah menjadi penyebab utama bagi
kebahagiaan dirinya, serta menjadi penyebab bagi penghapusan dosa-dosa dan
kejahatannya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam sabda Rasulullah yang
diriwayatkan ‘Ubadah bin Ash-Shamit:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ،
وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّهَ عَلَى مَا
كَانَ مِنَ الْعَمَلِ. (رواه البخاري ومسلم).
“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya, dan Muham-mad
adalah hamba dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah,
utusanNya dan kalimat yang disampaikanNya kepada Maryam serta ruh dari padaNya,
dan (bersaksi pula bahwa) Surga adalah benar adanya dan Nerakapun benar adanya
maka Allah pasti akan memasukkan ke dalam Surga, apapun amal yang diperbuatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Maksudnya, segenap persaksian yang
dilakukan oleh seorang Muslim sebagaimana yang terkandung dalam hadist tadi
berhak memasukkan dirinya ke Surga. Sekalipun dalam sebagian amal perbuatannya
terdapat dosa dan maksiat. Hal ini sebagaimana ditegaskan di dalam hadist
qudsi, Allah berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتني بِقُرَابِ
اْلأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لأَتَيْتُكَ
بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً. (حسن، رواه الترمذي والضياء).
“Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepadaKu
dengan membawa dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika menemuiKu dalam
keadaan tidak menyekutukanKu sedikitpun, niscaya aku berikan kepadamu ampunan
sepenuh bumi pula.” (HR.
At-Tirmidzi dan Adh-Dhiya’, hadist hasan).
Hadist tersebut menegaskan tentang
keutamaan tauhid. Tauhid merupakan faktor terpenting bagi kebahagiaan seorang
hamba. Tauhid merupakan sarana paling agung untuk melebur dosa-dosa dan
maksiat.
Hamba Allah yang beriman ...
Jika tauhid yang murni terealisasi
dalam hidup seseorang, baik secara pribadi maupun jama’ah, niscaya akan
menghasilkan buah yang sangat manis. Di antara buah manis yang didapat adalah:
- Tauhid memerdekakan manusia dari segala per-budakan dan penghambaan kecuali kepada Alah. Memerdeka-kan fikiran dari berbagai khurofat dan angan-angan yang keliru. Memerdekakan hati dari tunduk, menyerah dan menghinakan diri kepada selain Allah Memerdekakan hidup dari kekuasaan Fir’aun, pendeta dan thaghut yang menuhankan diri atas hamba-hamba Allah.
- Tauhid membentuk kepribadian yang kokoh. Arah hidup-nya jelas, tidak menggantungkan diri kepada Allah. Kepada-Nya ia berdo’a dalam keadaan lapang atau sempit. Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak. Suatu saat ia menyembah orang yang hidup, pada saat lain ia menyembah orang yang mati. Orang Mukmin menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuatNya ridla dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuatNya ridha, sehingga hati menjadi tentram. Adapun orang musyrik, ia menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan ini menginginkan ke kanan, sedang tuhan yang lainnya menginginkan ke kiri.
- Tauhid mengisi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan. Tidak merasa takut kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin, kematian dan lainnya menjadi sirna. Seorang Mukmin hanya takut kepada Allah. Karena itu ia merasa aman ketika kebanyakan orang merasa ketakutan, ia merasa tenang ketika mereka kalut.
- Tauhid memberikan nilai Rohani kepada pemilik-nya. Karena jiwanya hanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakal kepadaNya, ridha atas qadar (ketentuan) Nya, sabar atas musibah serta sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk. Ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya. Bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah agar segera dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati. Syi’ar dan semboyannya adalah sabda Rasul:
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ
فَاسْتَعِنْ بِاللهِ. (رواه الترمذي وقال حسن صحيح).
"Bila
kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon pertolongan maka
mohonlah kepada Allah.” (HR.
At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)
- Tauhid merupakan dasar persaudaraan dan keadilan. Karena tauhid tidak membolehkan pengikutnya mengambil tuhan-tuhan selain Allah di antara sesama mereka. Sifat ketuhanan hanya milik Allah satu-satunya dan semua manusia wajib beribadah kepadaNya. Segenap manusia adalah hamba Allah dan yang paling mulia di antara mereka adalah Muhammad n kemudian orang yang paling bertaqwa.
Itulah buah manis dari Tauhid yang
akan membebaskan pelakunya dari kehinaan dan kesengsaraan dan Tauhidlah yang
akan mengembalikan kehormatan Islam dan Muslimin, mengembalikan harga diri dan
kemuliaan Islam dan Muslimin, dan menaikkan derajat dan martabat Islam dan
Muslimin di atas segala kehinaan yang selama ini dialami oleh kaum Muslimin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيَّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ...
Kembali pada khutbah yang kedua ini,
saya mengajak diri saya dan jama’ah untuk senantiasa meningkatkan iman dan
taqwa kepada Allah dengan sesungguhnya. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad, kepada para sahabatnya, keluarganya dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Kemudian dari khutbah yang pertama
tadi dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut:
- Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukannya.
- Hakekat Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: meghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekwen, dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepadaNya.
3.
Tauhid menyebabkan
pemiliknya dihapuskan dari segala dosa.
- Tauhid yang terealisasi dalam hidup seseorang, akan menghasilkan buah yang sangat manis, yaitu:
·
Tauhid
memerdekakan manusia dari segala perbudakan dan penghambaan.
·
Tauhid
membentuk kepribadian yang kokoh.
·
Tauhid
mengisi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan.
·
Tauhid
memberikan nilai ruhiyah kepada pemiliknya.
·
Tauhid
merupakan dasar persaudaraan dan persamaan.
Karena itu, marilah pada kesempatan
kali ini kita berdo’a kepada Allah, memohon ampunan atas segala dosa syirik
yang pernah kita lakukan dan kita memohon agar kita dijauhkan dari segala
perbuatan syirik dan pelaku-pelakunya. Kemudian pula kita memohon kepada Allah
agar kita dihindarkan dari kehinaan dan diangkat derajat kita di dunia dan di
Akhirat.
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ
أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ
قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ
أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا،
رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن
قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ
عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ
ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، وَاهْدِهِمْ
سُبُلَ السَّلاَمِ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ
لَهُمْ فِيْ أَسْمَاعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَاتِهِمْ مَا
أَبْقَيْتَهُمْ، وَاجْعَلْهُمْ شَاكِرِيْنَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ
قَابِلِيْنَ لَهَا، وَأَتْمِمْهاَ عَلَيْهِمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ
وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
0 Response to "Materi Khutbah Terlengkap 2017: Urgensi Tauhid Dalam Mengangkat Derajat Dan Martabat Kaum Muslimin"
Post a Comment