Materi Khutbah Terlengkap 2017: Potret Haji Kita, Antara Cita-Cita Dan Fakta
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْوَاسِعِ الْعَظِيْمِ الْبِرِّ
الرَّحِيْمِ خَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ وَأَنْزَلَ الشَّرْعَ فَيَسَّرَهُ
وَهُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، بَدَأَ الْخَلْقَ وَأَنْهَاهُ وَيَسَّرَ
الْفُلْكَ وَأَجْرَاهُ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ، الْقَائِلُ فِي الْكِتَابِ
الْكَرِيْمِ: ( التوبة: 36) أَحْمَدُهُ عَلَى جَلاَلِ نُعُوْتِهِ وَكَمَالِ
صِفَاتِهِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَسَوَابِغِ نِعْمَتِهِ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فِي أُلُوْهِيَّتِهِ
وَرُبُوْبِيَّتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
الْمَبْعُوْثُ إِلَى جَمِيْعِ بَرِيَّتِهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ فِيْ سُنَتِهِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ.
Jamaah shalat jum’at yang berbahagia…
Marilah kita tingkatkan Iman
dan taqwa kepada Allah karena hanya dengan taqwa kita akan mendapatkan ampunan,
pertolongan dan surgaNya yang agung.
Kita sekarang berada pada bulan Dzul Qa’dah bulan kesebelas dari bulan Qamariyah, satu dari empat bulan yang disebut dengan bulan-bulan haram اشهر الحرم dan satu dari tiga bulan haji yang disebut dengan أشهر معلومات di sebut Dzul Qa’dah karena mereka:
Kita sekarang berada pada bulan Dzul Qa’dah bulan kesebelas dari bulan Qamariyah, satu dari empat bulan yang disebut dengan bulan-bulan haram اشهر الحرم dan satu dari tiga bulan haji yang disebut dengan أشهر معلومات di sebut Dzul Qa’dah karena mereka:
يَقْعُدُوْنَ فِيْهِ عَنِ اْلأَسْفَارِ وَالْقِتَالُ
اِسْتِعْدَادًا لإِحْرَامٍ بِالْحَجِّ.
“Mereka duduk
(tinggal dirumah) tidak melakukan perjalanan maupun peperangan sebagai persiapan
untuk melakukan ihram haji”.
Pada hari ini kita saksikan
bersama persiapan dan pem-berangkatan para jemaah calon haji. Kita rasakan
bersama betapa kebahagiaan telah menghiasi wajah mereka dan sejuta harapan
telah tertanam dalam di lubuk hati mereka, manakala saudara-saudara kita tadi
meninggalkan kampung halamannya terbang menuju kiblat umat Islam sedunia,
memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak ada ibadah seagung
ibadah haji, tidak ada sesuatu agama yang memiliki konsep ibadah seperti konsep
haji Islam. Haji mengandung seribu makna, merangkum sejuta hikmah. Karena itu
haji merupakan tiang kelima dari kelima pilar utama dalam Islam.
Di lihat dari sebutannya saja
ibadah ini sudah unik. Betapa tidak Al-Allamah Abu Abdillah Muhammad bin Abdir
Rohman Al-Bukhari Alhanafi Azzahid (546 H) menjelaskan. “Haji adalah bermaksud
(berkeinginan dan bersengaja), sementara maksud dan niat, keduanya
menghantarkan seseorang menuju cita-cita, niat adalah amal yang paling mulia
karena ia adalah pekerjaan anggota yang paling utama yaitu hati, manakala
ibadah ini adalah ibadah yang paling besar dan ketaatan yang paling berat maka
disebut ibadah yang paling utama” yaitu Al-Haj yang berarti al-qashdu.
Tatkala seorang haji tiba di
ka’bah, dan sebelumnya dia sudah mengetahui bahwa pemilik rumah (ka’bah) tidak
berada di sana, maka dia berputar mengelilingi rumah : Thawaf mengisyaratkakn
bahwa ka’bah bukanlah maksud dan tujuan. Tetapi tujuannya adalah pemilik rumah رب
الكعبة..
Begitu pula mencium hajar
aswad, bukan berarti dan bukan kerena menyembah batu, melainkan karena
mengikuti sunnah rasul. Karena beliaulah yang mencontohkan kita untuk melakukan
yang demikian. Inilah pembeda antara musyrik dan muslim. Dulu orang musyrik
mencium batu karena untuk menyembah batu. Tetapi sekarang Muslim mencium batu
untuk mengikuti sunnah rasul yang diantara hikmahnya adalah seperti apa yang
dikatakan oleh Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu .
“Hajar Aswad
adalah bagaikan tangan kanan Allah dimuka bumi ini. Maka barangsiapa yang
menjabatnya (menyentuhnya) atau menciumnya maka seolah-olah ia menjabat
(tangan) Allah dan mencium tangan kananNya.”
Karena itu ketika menyentuhnya
seorang haji harus mengingat bahwa ia sedang berbai’at kepada Allah (pencipta
dan pemilik batu yang telah memerintah untuk menyentuhnya). Berbai’at untuk
selalu taat dan tunduk kepadaNya, dan harus ingat barang siapa yang menghianati
bai’at maka ia berhak mendapatkan murka dan adzab Allah.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Karena maksud kita bukan البيت
tetapi رب البيت dan karena unsur niat begitu utama dan penting maka Allah
brfirman:
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ.
“Dan
sempurnakanlah haji dan umrah itu karena Allah”
Karena itu pulalah para ulama
menganjurkan bahwa kewajiban pertama bagi calon haji adalah bertaubat.
Bertaubat dari semua dosa dan maksiat, baik calon haji itu seorang petani,
pegawai, polisi, artis, dokter, mentri maupun seorang kiayi, laki-laki maupun
perempuan , tua maupun muda. Inilah yang disyaratkan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala dalam firmanNya:
وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
“Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa”(al-Baqarah; 197).
Tentu saja kita sudah maklum
bahwa taqwa itu tidak bisa dicapai kecuali dengan bertaubat dan meninggalkan
segala jenis perbuatan maksiat. Kalau calon haji sudah bertaubat maka ia akan
mampu memahami dan menjiwai syiar haji yang teramat indah itu yaitu.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ
لَكَ لَبَّيْكَ.
Ia akan menghayati seolah-olah
berucap: Ya Allah aku datang, akau datang, memenuhi panggilanMu, lalu aku
berdiri di depan pintuMu. Aku singgah di sisiMu. Aku pegang erat kitabMu, aku
junjung tinggi aturanMu, maka selamatkan aku dari adzabMu, kini aku siap
menghamba kepadaMu, merendahkan diri dan berkiblat kepadaMu. BagiMu segala
ciptaan, bagiMu segala aturan dan perundang-undangan, bagiMu segala hukum dan
hukuman tidak ada sekutu bagiMu. Aku tidak peduli berpisah dengan anak dan
istriku, meninggalkan profesi dan pekerjaan, menanggalkan segala atribut dan jabatan,
karena tujuanku hanyalah wajah-Mu dan keridhaanMu bukan dunia yang fana dan
bukan nafsu yang serakah maka amankan aku dari adzabMu.
Ma’asiral muslimin rahimakumullah...
Jika calon haji sudah
bertaubat maka ia pasti akan mampu mencapai hakekat haji yang telah digariskan
oleh Allah, dalam firman-Nya: “Barang
siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan Haji, maka tidak
boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan
haji. (Al-Baqarah: 197)
Seorang yang beribadah haji
tidak boleh melakukan rofats yaitu jima dan segala ucapan dan perbuatan yang
behubungan dengan seksual. Tidak boleh melakukan Fusuq yaitu segala bentuk
maksiat dan tidak boleh melakukan jidal yaitu perdebatan yang mengikuti hawa
nafsu, bukan untuk mencari kebenaran.
Maka barang siapa yang telah
sukses memenuhi perintah Allah tersebut ia akan mendapatkan haji yang mabrur,
yang diantara tandanya adalah sepulang haji ia tidak akan mengulang maksiat,
dosa-dosa yang lalu, ia akan tampil sebagai muslim yang shalih dan muslimah
yang shalihah.
Maka sebuah negara semakin
banyak muslim dan muslimah yang taat, negara itu akan semakin aman makmur dan
sentosa. Maksiat dan kemungkaran akan menepi, perjudian dan pencurian akan
sepi, perzinaan dan pembunuhan akan mudah diatasi. Apalagi jika yang pergi haji
adalah Bapak Bupati, para Mentri dan Pak Polisi.
Sepulang haji yang kikir akan
menjadi dermawan, yang kasar akan menjadi pengantin dan yang biasanya menyebar
kejahatan berubah menebar salam.
Itu semua manakala hajinya mabrur. Namun kenyataannya adalah bagaikan siang yang dihadapkan dengan malam, semuanya bertolak belakang, mereka tidak mengambil manfaat dari ibadah haji selain menambah gelar Pak Haji atau Bu Hajjah. Yang korup tetap korup, yang artis tetap artis, yang lintah darat tetap lintah darat, yang jahat tetap jahat.
Itu semua manakala hajinya mabrur. Namun kenyataannya adalah bagaikan siang yang dihadapkan dengan malam, semuanya bertolak belakang, mereka tidak mengambil manfaat dari ibadah haji selain menambah gelar Pak Haji atau Bu Hajjah. Yang korup tetap korup, yang artis tetap artis, yang lintah darat tetap lintah darat, yang jahat tetap jahat.
Maka tidak heran jika Rofats,
Fusuq dan Jidal marak dimana-mana sampai terjadi krisis moral, krisis nilai,
krisis kemanusiaan, krisis politik, lingkungan, ekonomi dan sosial.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah...
Demikianlah sekelumit tentang
makna haji, haji mabrur dan potret haji kita, semoga Allah menjadikan haji kita
yang dahulu dan yang akan datang menjadi haji yang mabrur, dan semoga dijauhkan
dari haji yang maghrur (tertipu) dan mabur.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah
Kedua:
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ
مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ
وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.
0 Response to "Materi Khutbah Terlengkap 2017: Potret Haji Kita, Antara Cita-Cita Dan Fakta"
Post a Comment