Coretan Pena Aktivis Dakwah 13: Tazkiyatun Nafs (Menjaga Keikhlasan & Kokohkan Niat Dalam Perjuangan Dakwah)
Oleh: Muhammad Akbar, S.Pd
(Penulis & Guru SMP IT Wahdah
Islamiyah)
Jikalau ada sebuah ember
yang kotor maka pasti kita akan membersihkannya agar dapat digunakan mengambil
air dan dimasak untuk menjadi air minum, sekiranya ember tersebut tidak dicuci
dari kotorannya. Maka kita tidak akan memakainya, karena berdampak negatif bagi
tubuh kita jikalau dimasak sedangkan kotoran dari ember tersebut belum hilang.
Maka bisa jadi bukan mendatangkan mamfaat yang menghilangkan rasa haus akan
tetapi mendatangkan banyak penyakit.
Jikalau hal kecil seperti ini sangat penting untuk diperhatikan
kebersihaannya agar memberikan mamfaat bukan mudharat. Maka apatah lagi seorang
manusia khusunya bagi aktivis dakwah. Tazkiyatun Nafs yang berarti membersihkan
dan mensucikan jiwa seorang manusia. Dimana dalam jiwa dan hati kita begitu
banyak kotoran-kotoran yang harus dibersikan agar menjadi sesuatu yang suci.
Seorang aktivis dakwah sangatlah penting memperhatikan tentang hal ini, karena
ini merupakan tugas dari Rasulullah, Allah Ta'ala berfirman:
"Dialah
yang mengutus kepada ummat yang ummi seorang rasul dari kalangan mereka. Dia
membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka. Sesungguhnya sebelum itu mereka
benar-benar dalam kesesatan yang nyata" (QS. Al Jumu'ah:
2)
Karena seseorang yang senantiasa berdakwah dan berjuang
dijalan Allah yang mengharapkan ridho dari Allah pada hari akhir, maka sangat
penting untuk memperhatikan kebersihan jiwa dan hatinya. Salah satu unsur
terpenting dalam mentazkiyah jiwa dan hati kita adalah:
1. Menjaga Keikhlasan
Keikhlasan adalah syarat diterimanya amalan yang kita
laksanakan sesuai dengan sunnah Rasulullah. Ikhlas artinya memurnikan tujuan
bertaqarrub kepada Allah dari hal-hal yang akan mengotorinya dan menjadikan
Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala aktifitas ibadah dan ketaatan
yang kita laksanakan. Sebagaimana Allah telah memerintahkan kita dengan
firman-Nya di dalam Al-Qur'an:
"Dan
mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan
dien (agama) kepada-Nya, lagi bersikap lurus" (QS. Al-Bayyinah: 5)
Abu Umamah meriwayatkan, seseorang telah menemui
Rasulullah dan bertanya, "Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang
berperang untuk mendapatkan upah dan pujian? Apakah dia mendapatkan
pahala?" Rasulullah menjawab, "Ia tidak mendapatkan apa-apa."
Orang tadi mengulangi pertanyaannya tiga kali, dan Rasulullah pun tetap
menjawab, "Ia tidak mendapatkan apa-apa." Lalu beliau bersabda:
"Sesungguhnya
Allah tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan murni kepada-Nya dan
mengaharap wajah-Nya" (HR. Abu Daud dan An-Nasai)
Perkara ini adalah perkara yang sangat penting untuk
diperhatikan bagi seorang aktivis dakwah, apakah setiap perjuangan dakwah yang
kita kerjakan hanyalah semata-mata untuk Allah? Atau hanya ingin mendapatkan
pujian dan sanjungan orang lain. walyaudzubillah...
Maka sangatlah penting untuk mengaja keikhlasan,
membersihkan hati dan jiwa dari segala kotoran baik sedikit ataupun banyak,
sehingga tujuan kita beribadah, berdakwah dll benar-benar murni hanya kepada
Allah. Bukan kepada yang lain, karena sungguh rugilah diri kita ini
melaksanakan segala ibadah, amal shaleh, berdakwah dll jikalau landasan
keikhlasan kita bukan kepada Allah melaingkan hanya untuk mendapatkan peredikat
dunia, maka kita tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun disisi Allah. Maka
ikhlaskanlah segala aktivitas dan perjuangan dakwah kita untuk bertaqarrub,
memurnikan hanya semata-mata kepada Allah.
2. Kokohkan Niat
Niat bukan sekedar ucapan (saya berniat) lebih dari pada
itu, ia adalah dorongan hati seiring dengan futuh (pembukaan) dari Allah.
Menghadirkan niat dan mengokohkannya dalam segala aktivitas kita adalah perkara
yang sangat penting. Sebagaimana perkataan Imam As Syafi'i bahwa ilmu tentang
niat adalah sepertiga ilmu. Umar bin Khattab pernah meriwayatkan, Rasulullah
pernah bersabda:
"Hanyasanya
amal-amal itu tergantung kepada niat. Dan seseorang itu akan mendapatkan apa
yang dia ingatkan. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya.
Hijrahnyapun kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa niat hijrahnya kepada dunia
yang diingingkannya atau wanita yang akan dibikahinnya, hijrahnyapun untuk apa
yang ia niatkan.." (HR. Bukhari & Muslim)
Bagi seorang aktivis dakwah atau seorang da''i haruslah
menjaga, memperkokoh dan memperbarui niat-niat kita dalam melakukan sesuatu.
Sebagian Salaf berkata: "Begitu banyak amalan kecil menjadi besar karena
niat. Dan begitu banyak amalan yang besar menjadi kecil karena niat". Maka
runangkanlah dari sekarang selama ini ibadah yang kita kerjakan (mengaji,
sholat, menghafal, berdakwah, zakat, haji dll) hanya untuk Allah semata atau
ingin mendapatkan predikat sebagai hafidz, ahli ibadah dll. Mari luruskan dan
perbarui niat kita setiap saat, memurnikan niat kita hanya untuk Allah. Karena
dengan niat yang luruslah amalan ibadah kita akan bernilai disisi Allah.
Dengan 2 point diatas akan menjadi bekal bagi seorang
aktivis dakwah untuk menjaga kesucian dan kebersihan jiwa (keikhlasan dan niat)
yang murni hanya kepada Allah. Sehingga setiap ayunan langkah dalam perjuangan
dakwah dapat bernilai ibadah dengan landasan niat yang kuat dan keikhlasan yang
tulus kepada Allah.
Akhukum,
Muhammad Akbar bin Zaid
(www.muhammadakbarbinzaid.com)
Makassar, 31 Oktober 2017
0 Response to "Coretan Pena Aktivis Dakwah 13: Tazkiyatun Nafs (Menjaga Keikhlasan & Kokohkan Niat Dalam Perjuangan Dakwah)"
Post a Comment