Coretan Pena Aktivis Dakwah 16: Sabar Dalam Berdakwah
Oleh: Muhammad Akbar, S.Pd
(Penulis & Guru SMP IT Wahdah
Islamiyah)
Seorang aktivis dakwah haruslah bersabar di atas dakwahnya, sabar atas apa
yang ia dakwahkan, sabar terhadap orang yang menentang dakwahnya dan sabar atas
segala aral rintangan yang menghadangnya.
Seorang
aktivis dakwah haruslah bersabar dan berupaya menetapi kesabaran di dalam
berdakwah, jangan sampai ia berhenti atau jenuh. Namun ia harus tetap terus
berdakwah di jalan Allah. Dengan segenap kemampuannya, terlebih di dalam
kondisi dimana berdakwah akan lebih bermanfaat lebih utama dan lebih tepat,
maka ia haruslah benar-benar bersabar di dalam berdakwah dan tidak boleh jenuh,
karena seorang manusia apabila dihinggapi kejenuhan maka ia akan letih dan
meninggalkan (dakwah). Akan tetapi, apabila ia menetapi kesabaran di atas
dakwahnya maka ia akan meraih pahala sebagai orang-orang yang sabar di satu
sisi, dan di sisi lain ia akan mendapatkan kesudahan yang baik. Dengarkanlah
firman Allah Azza wa Jalla yang menyeru Nabi-Nya :
“Itu adalah di antara
berita-berita penting tentang hal yang ghaib yang kami wahyukan kepadamu
(Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum
ini. Maka bersabarlah; Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang
yang bertakwa.” (QS Huud : 49)
Seorang aktivis dakwah tetaplah harus bersabar
atas segala hal yang merintangi dakwahnya berupa sanggahan-sanggahan dan
bantahan-bantahan, karena setiap manusia yang menjadi seorang aktivis
dakwah di jalan Allah pastilah
akan menghadapi rintangan :
“Dan seperti itulah,
Telah kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. dan
cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (QS al-Furqon :
31)
Setiap dakwah yang benar, pastilah akan
menghadapi orang yang merintangi, menghalangi, membantah dan menebarkan
keragu-raguan. Namun, wajiblah bagi seorang aktivis
dakwah
bersabar menghadapi
segala sesuatu yang merintangi dakwahnya. Meskipun dakwahnya disifati dengan
dakwah yang salah atau batil, sedangkan ia mengetahui bahwa dakwahnya itu
berasal dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam,
maka ia tetaplah harus bersabar.
Segala hal yang merintangi dakwah anda wahai
para aktivis dakwah, apabila hal itu benar maka wajib bagi kita
kembali kepada kebenaran tersebut, dan apabila batil maka jangan sampai tekad kita
dibelokkan dari tujuan semula pada dakwah yang telah kita perjuangkan.
Demikian pula, seorang aktivis
dakwah haruslah bersabar atas
segala aral rintangan yang menghadang, karena seorang aktivis
dakwah
itu dia pastilah akan
dihalang-halangi baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan. Lihatlah para
Rasul Allah yang
dihalang-halangi dengan perkataan dan perbuatan, bacalah firman Allah Azza
wa Jalla :
“Demikianlah
tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka,
melainkan mereka mengatakan: Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila.”
(QS adz-Dzaariyaat : 51)
Bagaimana pandangan kita terhadap orang yang
diberi wahyu dari Rabb-nya dan dikatakan di mukanya : “sesungguhnya kamu adalah
seorang tukang sihir atau orang gila”? Tidak diragukan, ia akan merasa terluka.
Walaupun begitu, para rasul tersebut tetap bersabar atas gangguan yang mereka
alami berupa perkataan ataupun perbuatan.
Lihatlah kepada rasul pertama Nuh ‘alaihish
Sholatu was Salam, suatu ketika kaumnya melewati beliau dan beliau pada
saat itu sedang membangun sebuah kapal lalu mereka mencela beliau, lantas
beliau berkata kepada mereka :
“(Berkatalah
Nuh) Jika kamu mengejek kami, Maka Sesungguhnya kami (pun) mengejekmu
sebagaimana kamu sekalian mengejek (Kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa
yang akan ditimpa oleh adzab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab
yang kekal.” (QS Huud : 38-39)
Mereka tidak hanya mengejek beliau, namun mulai
mengancam untuk membunuh beliau :
“Mereka
berkata: Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti Hai Nuh, niscaya benar-benar
kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam.” (QS asy-Syu’araa` : 116)
Artinya adalah, beliau termasuk orang-orang yang
akan dibunuh dengan cara dilempari batu. Di sini ada ancaman mati dengan
implikasi bahwa “kami telah melempari orang selain dirimu” untuk menampakkan
keperkasaan mereka (kaum nabi Nuh) sedangkan mereka telah merajam orang lain
“dan engkau (Nuh) adalah termasuk mereka.” Namun, hal ini tidaklah memalingkan
Nuh ’alaihish Sholatu was Salam dari dakwah beliau, bahkan beliau terus
melangsungkan dakwahnya sampai Allah membukakan untuknya dan untuk kaumnya
kemenangan.
Dan lihatlah Ibrahim ‘alaihish Sholatu was
Salam, kaumnya menghadapinya dengan penentangan, bahkan mereka mengolok-olok
beliau di hadapan manusia :
“Mereka
berkata: (Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang
banyak, agar mereka menyaksikan.” (QS al-Anbiyaa` : 61)
Kemudian
mereka mengancam akan membakar beliau :
”Mereka
berkata: Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar
hendak bertindak.” (QS al-Anbiyaa` : 68).
Lalu
mereka mengobarkan api yang sangat besar dan mereka melempari beliau dengan manjanik
(ketapel raksasa) disebabkan jarak mereka yang jauh dikarenakan panasnya api.
Akan tetapi, Rabb pemilik keperkasaan dan kemuliaan ber-firman:
”Kami
berfirman: Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.”
(QS al-Anbiyaa` : 69).
Maka
menjadilah api itu dingin dan keselamatan baginya, dengan ujian dakwah yang
begitu besar dialami beliau. Namun, beliau tetap bersabar untuk memperjuangkan
dakwahnya.
Lihatlah
Musa ‘alaihish Sholatu was Salam dan bagaimana Fir’aun mengancam untuk
membunuh beliau :
”Dan
Berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): Biarkanlah Aku membunuh Musa dan
hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, Karena Sesungguhnya Aku khawatir dia akan
menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” (QS Ghaafir : 26)
Ia
mengancam untuk membunuh beliau akan tetapi perkara berbicara lain dan
kesudahan yang baik adalah bagi Musa ‘alaihish Sholatu was Salam
”Dan
Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.” (QS Ghaafir :
45)
Lihatlah
Isa ‘alaihish Sholatu was Salam yang mendapatkan gangguan sampai-sampai
kaum Yahudi menuduh beliau sebagai anak pezina. Mereka membunuh beliau dengan
asumsi mereka dan menyalibnya, akan tetapi Alloh Ta’ala berfirman :
”Mereka
tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh
ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang
yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan
tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang
dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin
bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah Telah
mengangkat Isa kepada-Nya]. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS an-Nisaa` : 157-158).
Maka
Allahpun menyelamatkan beliau dengan kesabarannya dalam dakwah.
Dan
lihatlah penutup dan imam para nabi, penghulu anak cucu Adam, Muhammad Shallallahu
’alaihi was Salam. Allah berfirman tentang beliau :
”Dan
(ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS al-Anfaal : 30)
”Dan
mereka berkata: Apakah Sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan
kami Karena seorang penyair gila?.” (QS ash-Shaaffaat : 36).
Beliaupun
menghadapi gangguan-gangguan berupa perkataan maupun perbuatan, yang mana hal
ini telah diketahui oleh para ulama di dalam buku-buku Tarikh (Sejarah)
dan kesudahan yang baik adalah bagi beliau.
Jadi,
setiap aktivis dakwah pastilah akan menemui gangguan, namun ia haruslah dapat
bersabar menghadapinya. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala berfirman
kepada Rasul-Nya Shallallahu ’alaihi was Salam :
”Maka
Bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu
ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.” (QS
al-Insaan : 24)
Hal
ini menunjukkan bahwa orang yang menerima al-Qur`an ini, maka ia akan
mendapatkan perkara-perkara yang memerlukan kesabaran yang besar. Maka
hendaklah bagi setiap aktivis dakwah mau bersabar dan tetap
terus berdakwah sampai Allah membukakan (kemenangan) baginya, namun (ingat)
Allah tidak mesti membukakan (kemenangan) baginya di dalam kehidupannya. Yang
penting adalah dakwahnya tetap berjalan di tengah-tengah manusia, tetap kuat
dan diikuti. Tidaklah penting figur tersebut namun yang penting adalah
dakwahnya, apabila dakwahnya tetap berjalan bahkan setelah ia matipun, maka sesungguhnya
ia tetap hidup. Allah Azza wa Jalla berfirman :
”Dan
apakah orang yang sudah mati, kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap
gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah kami
jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang Telah mereka kerjakan.”
(QS al-An’aam : 122)
Pada
hakikatnya, kehidupan seorang aktivis dakwah tidaklah
berarti ruhnya tetap berada di dalam jasadnya saja, namun ucapannya tetap hidup
di tengah-tengah manusia.
Lihatlah
kisah Abi Sufyan dengan Heraklius yang telah mendengar keluarnya Nabi Shallallahu
’alaihi wa Salam. Ia memanggil Abu Sufyan dan menanyakan kepadanya tentang
Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam, perihal keadaan beliau, nasab beliau,
apa yang beliau dakwahkan dan keadaan para sahabat beliau. Kemudian ketika Abu
Sufyan menceritakan kepadanya tentang apa yang ia tanyakan, Heraklius berkata
kepadanya :
”Apabila
yang engkau katakan itu benar, maka ia akan segera menduduki negeri yang berada
di bawah kedua telapak kakiku ini.” (Dikeluarkan oleh al-Bukhari)
Subhanalloh,
siapa yang dapat membayangkan bahwa seorang raja imperium (Romawi), sebagaimana
mereka katakan, dapat mengatakan perkataan ini tentang Muhammad Shallallahu
’alaihi wa Salam, padahal beliau belum membebaskan jazirah Arab dari
penghambaan terhadap syaithan dan hawa nafsu? siapa yang dapat membayangkan
bahwa orang seperti ini akan mengatakan sebagaimana yang ia katakan? Oleh
karena itulah ketika Abu Sufyan keluar, ia mengatakan kepada kaumnya :
”Sungguh
besar urusan Ibnu Abi Kabasyah (Muhammad), sesungguhnya ia benar-benar ditakuti
oleh raja Bani al-Ashfar (Bizantium).”
Nabi
Shallallahu ’alaihi wa Salam sungguh telah menguasai negeri yang berada
di bawah kedua telapak kaki Heraklius dengan dakwah beliau, bukan dengan figur
pribadi beliau. Karena dakwah beliau telah datang ke negeri ini dan memusnahkan
berhala-berhala, kesyirikan dan para pelakunya. Para Khalifah Rasyidin
menguasainya setelah Muhammad Shallallahu ’alaihi wa Salam, mereka
menguasainya dengan dakwah dan syariat Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam.
Oleh
karena itu, hendaklah setiap aktivis dakwah itu bersabar dan ia akan
mendapatkan kesudahan yang baik selama rentang hidupnya dan setelah matinya,
apabila ia jujur kepada Allah didalam perjuangannya.
”Sesungguhnya
bumi (ini) kepunyaan Allah, dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari
hamba-hamba-Nya. dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS al-A’raaf : 128)
Dan
firman-Nya :
”Sesungguhnya
barang siapa yang bertakwa dan bersabar, Maka Sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS Yusuf : 90)
Olenya itu bersabarlah wahai para
aktivis dakwah dalam memperjuangkan kebenaran, jangan pernah lengah dan
berhenti untuk berkdawah walaupun musuh-musuh, krititkan, bantahan dan bahkan
penganiyayaan menghadang kita. Yakinlah keteguhan kita dalam kesabaran berdakah
akan mendapatkan hasil yang baik berupa kemenangan dari Allah.
Akhukum,
Muhammad
Akbar bin Zaid
Makassar,
17 November 2017
0 Response to "Coretan Pena Aktivis Dakwah 16: Sabar Dalam Berdakwah"
Post a Comment