Menguatkan Kesabaran di Atas Ujian
Oleh: Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu
(Direktur Markaz Imam Malik)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Allah Subhanahu
wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (QS.
Ali Imraan 200).
Surah ini ditutup dengan perintah dan
nasehat, Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata:” “Jika engkau
mendengar firman Allah (Wahai orang-orang yang beriman) maka pasanglah
telingamu karena akan datang ayat kebaikan yang engkau diperintahkan untuk
melaksanakannya atau kejelekan yang engkau dilarang darinya”.
Ayat ini merupakan seruan Allah
kepada orang – orang yang beriman, Sebagian ulama berkata dengan ayat
tersebut:”Bersabarlah kalian dari meninggalkan kemaksiatan kepada Allah
dan kuatkanlah kesabaran kalian didalam menjalankan ketaatan kepada
Allah”, Ar Ribath dalam bentuk ibadah kepada Allah disebutkan dalam
hadist.
قال رسول صلى الله عليه وسلم : ( ألا أدلكم على ما يمحو الله به الخطايا ، ويرفع به الدرجات ؟) قالوا بلى يا رسول الله ، قال : ( إسباغ الوضوء على المكاره ، وكثرة الخطا إلى المساجد ، وانتظار الصلاة بعد الصلاة ، فذلكم الرباط ) رواه مسلم(137) .
“Rasulullah Shalallahu’alihi wasallam
bersabda:”Maukah aku tunjukkan kepada kalian suatu amal yang dengannya Allah
akan menghapuskan dosa-dosa, dan mengangkat derajat?” mereka berkata ya wahai
rasulullah, beliau bersabda:”Sempurnakanlah wudhu walaupun dalam keadaan tidak
menyenangkan, perbanyak langkah menuju ke masjid, menunggu sholat setelah
sholat, kemudian ribath (berjaga-jaga di perbatasan musuh)”. (HR. Muslim 137).
Dengan kesabaran pada ayat diatas
menunjukkan bahwasanya kita akan beruntung mendapatkan apa yang kita inginkan
dan menyelamatkan diri dari apa yang kita takutkan. oleh
karenanya Al-Falah (keberuntungan) adalah mendapatkan apa yang diinginkan
dan diharapkan.
Oleh karenanya bersabar mulai dari
sekarang dari ketaatan kepada Allah dan bersabar dalam menjauhi kemaksiatan
kepada Allah karena kesabaran hanya sampai pada umur yang Allah berikan kepada
kita, sedang kita tidak tahu kapan kita kembali kepada Allah Subhanahu
wata’ala.
Dalam Ayat Yang Lain, Allah Subhanahu
wata’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh Kami akan menguji
kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS.
Al-Baqarah : 155).
Perlu untuk
diketahui bahwa Allah tidak menguji hambanya diluar dari kemampuannya,
sebagaimana firman Allah:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya“. (QS. Al-Baqarah : 286).
Jika kita mengingat
ayat ini maka tidak akan ada orang yang bunuh diri kerena dia yakin kepada
Allah sedang Allah tidak menyelisihi janjinya. Ketika ada masalah yang
menghimpit dalam kehidupan kita maka ada kadar atau batasannya dari ujian
tersebut karena Allah tidak akan membinasakan hambanya dengan ujian yang
diberikan kepadanya.
Ulama kita mengatakan:”Ibadah
yang paling mulia adalah menunggu solusi dan jawaban dari Allah Subhanahu
wata’ala”.
Allah mendahulukan “Rasa
takut” dari pada “Kelaparan” karena nikmat keamanan
adalah nikmat yang paling besar, ketika manusia lapar bisa keluar mencari
rezeki adapun jika tidak aman maka manusia tidak bisa keluar mencari rezeki,
olehnya Allah Subhanahu wata’ala berfirman
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
“Yang telah memberi makanan kepada
mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”. (QS. Quraisy: 4).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang tiba dipagi
hari yang merasakan keamanan , tidak ada gangguan pada tubuhnya, dirinya,
keluarganya , harta bendanya, ia beraktifitas tubuhnya sehat , lalu ada makanan
yang bisa ia nikmati hari itu, sungguh seakan akan dunia dan isinya telah
dibentangkan untuknya”.
Sebagaimana saudara kita dirohingya
mereka diberi ujian oleh Allah dengan rasa takut dan semoga Allah memasukkan
ketenangan dalam hati – hati mereka.
Dalam ujian kesabaran dibutuhkan pada
pukulan pertama (awal terjadinya ujian) karena inti pahala ada pada saat
tersebut bukan setelah berjalan beberapa hari, karena jika sudah berjalan
beberapa hari tidak akan ada bedanya antara yang satu dengan yang lain. Seorang
hamba yang bersabar sejak awal atau yang meratap sejak awal sehingga selang
beberapa hari ia kembali tenang seperti biasa maka ia bersabar diawal
terjadinya ujian karena pada saat itulah dibutuhkan kesabaran.
Salah seorang salaf pernah makan
siang, maka datanglah seorang yang memberi kabar tentang saudaranya yang
telah meninggal, namun ia masih santai dengan menyantap makanan yang ia makan
bahkan memanggil orang yang memberi kabar untuk makan bersamanya, ia kemudian
ikut makan lalu berkatalah orang yang diberi kabar:”Saya sudah dengar sebelum
engkau datang”, ia kemudian heran dan berkata:”Siapa yang datang, karena
saya yang diutus dan tidak ada yang lain”, ia berkata:”Allah telah
berfirman dalam Al-Qur’an:”Semua manusia akan merasakan kematian”,.
Bersabar Dibangunkan Istana di Surga
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam menceritakan bila anak seorang hamba meninggal, maka Allah berfirman
kepada malaikat dan Allah lebih tahu apa yang terjadi, tetapi Allah ingin
menggambarkan bagaimana rahmat dan kebesaran Allah, Allah bertanya kepada
malaikat pencabut nyawanya:“Kalian telah mencabut nyawa anak hambaKu?”.
Malaikat menjawab:“Iya”. Kemudian Allah mengatakan:“Kalian cabut buah hatinya?,
kalian matikan buah hatinya?”. Kata malaikat: “Iya, Ya Allah”. Allah
bertanya:“Apa yang dikatakan hambaKu?”. Allah lebih tahu dengan apa yang
dikatakan hambaNya, tetapi Allah bertanya disini kepada malaikatNya:“Bagaimana
sikap hambaKu itu ditinggal mati oleh anaknya?”. Para malaikat itu
mengatakan:“Dia memujimu ya Allah. Dan dia beristirja. Dan dia tahu bahwasanya
dia milikMu, akan kembali kepadaMu. Dia memujiMu dan mengatakan Innalillahi wa
innaillaihi rajiun. Itu yang dikatakan hambaMu Ya Allah”. Maka Allah mengatakan
kepada para malaikatNya:“Bangunkan rumah buat hambaKu ini. Buatkan rumah untuk
satu orang ini. Yang dia memujiKu atas musibah yang menimpanya. Yang dia
kemudian mengatakan innalillahi wa innaillaihi rajiun. Bangunkan rumah untuk
hambaKu ini dan beri nama rumah itu, rumah pujian”.
Salah satu cara untuk mendapatkan
istana disurga adalah bersabar dari musibah. Ketika ditimpa sebuah ujian maka
yang harus dilakukan adalah:
1.
Memuji Allah Subhanahu wata’ala
2.
Mengucapkan istirja : Innalillahi wa innaillaihi rajiun
3. Berdoa :
“Ya Allah
berilah pahala dari musibah yang menimpaku ini dan berilah ganti yang lebih
baik dari apa yang engkau ambil dariku”, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:”Siapa
yang mengucapkan doa ini maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik
dari apa yang diambil darinya”, Boleh jadi Allah mengganti dengan
yang zhahir sebagaimana Ummu Salamah, ketika suaminya Abu Salamah meninggal dan
mengingat hadist ini dan mengucapkannya karena beriman kepada Rasulullah,
setelah habis masa iddahnya datanglah utusan dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam untuk melamarnya, sehingga beliau dinikahi oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”. Boleh jadi bukan secara
zhahir melainkan Allah menggantinya dengan pahala yang besar disisinya pada
hari kiamat, sebagaimana dalam riwayat disebutkan orang yang melihat pahala
pada hari kiamat dari kesabarannya ketika didunia dari musibah yang menimpanya,
ia kemudian berkata:”Andaikan hidupku didunia penuh dengan musibah”,
4. Tingkatan Sikap Manusia Terhadap Ujian
Dibolehkan menangis ketika berduka
akan tetapi jaga lisan karena Rasulullah menyampaikan bahwasanya malaikat
mengaminkan apa yang kalian katakan hendaklah mengatakan kebaikan. Dalam hal
ini manusia terbagi 4 tingkatan terhadap ujian:
1. Dia Murka
Dia meluapkan marahnya baik dengan
lisannya, hatinya, atau dengan perbuatannya. Adapun dengan lisannya dia
berteriak sambil mengucapkan perkataan celaka, menuduh Allah tidak adil dan
semisal dengannya, begitu pula dengan hatinya yang diikutkan dengan anggota
tubuh yang menampar wajah dan muka, merobek baju, membanting sesuatu
2. Dia bersabar
Hatinya perih dengan mata menangis
akan tetapi ia pasrah kepada Allah, sebagaimana yang pernah terjadi kepada
Rasulullah ketika putranya Ibrahim meninggal, beliau menangis, sahabat sahabat
heran bertanya:”Ya Rasulullah anda juga menangis”, Rasulullah
kemudian berkata:”Ini adalah rahmah, inilah kasih sayang yang Allah berikan
kepada hati – hati hambanya, sesungguhnya mata menangis, hati
bersedih, dan sesungguhnya perpisahan dengamu wahai Ibrahim sangat menyakitkan
namun kami tidak mengatakan kecuali yang diridhai oleh tuhan kami”, Innalillahi
wainnailaihi rajioun ucapan ini disebut dengan istirja yaitu mengembalikan
kepada Allah.
3. Dia ridha
Dia ridha dengan mengucapkan “Alhamdulillah
‘ala kulli hal”.
4. Dia bersyukur
Dia bersyukur karena telah mengetahui
pahalanya disisi Allah Subhanahu wata’ala, ini merupakan tingkatan
yang paling tinggi. Dengan kesabaran segala sesuatunya akan dimudahkan
oleh Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana kata Rasulullah:”Sesungguhnya
pertolongan akan datang bersama kesabaran.” (HR. Ahmad).
Wallahu A’lam Bish Showaab
Sumber: www.mim.or.id
0 Response to "Menguatkan Kesabaran di Atas Ujian "
Post a Comment