Nikmatnya Persatuan & Dilarangnya Perpecahan
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ
مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ
يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ
مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/category/artikel-2/c82-dakwah-kaderisasi/ .
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/category/artikel-2/c82-dakwah-kaderisasi/ .
Itu Nikmat, Perpecahan
Itu Laknat
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا
نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ
قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا
حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ
اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
Itu Nikmat, Perpecahan
Itu Laknat
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا
نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ
قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا
حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ
اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ
مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ
مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ
مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿
Sumber Dari ->
http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ
مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿
Sumber Dari ->
http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/ .
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/persatuan-nikmat-perpecahan-laknat/
“Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.” (QS. Ali
Imran: 103)
Persatuan dan persaudaraan itu nikmat.
Sebaliknya perselisihan, perceraiberaian, dan apapun yang bersinonim dengannya
ialah adzab. Allah berfirman, “dan ingatlah, akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya.” Tentu saja persatuan dimaksud adalah yang dilandasi iman, takwa,
serta komitmen berpegang teguh pada tali Allah; Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Untuk lebih menyelami secara lebih
mendalam betapa nikmatnya persatuan yang dilandasi komitmen pada Qur’an dan
Sunnah, serta sebaliknya betapa hampanya permusuhan dan percerai beraian, mari
simak ulasan Mufassir Nusantara, Buya Hamka dalam karya Monumentalnya,
Al-Azhar.
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian
pada tali Allah.” (pangkal ayat). Apa yang disebut sebagai tali Allah sudah
terang pada ayat di atas tadi, ialah ayat Tuhan yang dibacakan kepadam,
tegasnya Qur’an. Berjalin-berkelindan dengan Rasul yang ada diantara kamu. Yaitu
sunnahnya dan contoh bimbingannya.
“Di sini ditegaskan, bahwa berpegang
pada tali Allah itu kamu sekalian artinya bersatu padu. Karena kalau pegangan
semuanya sudah satu, maka dirimu yang terpecah belah itu sendirinyapun menjadi
satu. Lalu dikuatkan lagi dengan lanjutan ayat, “Dan janganlah kamu bercerai
berai”. Di sini tampak pentingnya jama’ah. Berpegang pada tali Allah
sendiri-sendiri tidaklah ada faedahnya, kalau tidak ada persatuan antara satu
dengan yang lain. Di sinilah kepentingan kesatuan komando, kesatuan pimpinan.
Pimpinan tertinggi ialah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam”. (Juzu’ IV, hlm.
37).
Kemudian beliau mengatakan, “Lalu datang
lanjutan ayat; “Dan ingatlah olehmu nikmat Allah atas kamu; ketika kamu sedang
bermusuh-musuhan telah dijinakan-Nya antara hati kamu masing-masing.” Itulah
satu nikmat paling besar. Sebab perpecahan, permusuhan, dan berbenci-bencian
adalah sengketa dan kutuk yang sangat menghabiskan tenaga-jiwa. Sebelum datang
ajaran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, suku dengan suku berkelahi.
Antara Aus dan Khazraj di Madinah, antara bani Abdi Manaf dan Bani Hasyim di
Mekkah; antara orang kota dan orang gunung dan padang pasir, semuanya itu
bermusuhan, berbenci-bencian, berlomba memperebutkan kebanggaan dan kemegahan duniawi
yang tidak berarti.
Sekarang setelah ajaran Allah datang
dengan perantaraan Rasul timbullah nikmat persatuan antarakmu, “Sehingga dengan
nikmat Allah kamu menjadi bersaudara.” Apakah nikmat yang paling besar daripada
persaudaraan sesudah permusuhan? Itulah nikmat yang lebih besar dari pada emas
dan perak. Sebab, nikmat persaudaraan adalah nikmat dalam jiwa. Dengan
persaudaraan yang berat sama dipikul yang ringan dapat sama dijinjing.
“Padahal kamu dahulu telah di pinggir
lobang neraka,” artinya neraka perpecahan, neraka kutuk-mengutuk,
benci-membenci, sampai berperang bunuh-membunuh. “Namun kamu telah
diselamatkanNya dari dalamnya.” Dibangkitkan Allah kamu dari dalam neraka jiwa
itu, ditariknya tangan kamu, sehingga tidak jadi jatuh, yaitu kedatangan nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akhirnya Tuhan (Allah) berfirman di
ujung ayat, “Demikianlah Allah menyatakan kepada kamu tanda-tanda-Nya supaya
kamu mendapat petunjuk.” (ujung ayat 103).
Maka semua anjuran yang tersebut di atas
itu disebutkan sebagai tanda-tanda (ayat-ayat) atau kesaksian tentang kekuasaan
Allah. Tentang peraturan dan sunnah Allah (natuurwet) di alam ini. Bahwasanya
persatuan dari manusia yang sepaham bisa menimbulkan kekuatan yang besar.
Demikian kutipan dari Tafsir Al-Azhar Juzu’ IV, halaman 37-38. Sebagai
kesimpulan, ada beberapa pelajaran penting dari ayat ini, diantaranya;
Pertama, Persaudaraan dan persatuan yang
dilandasi komitmen terhadap Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam merupakan karunia terbesar dari Allah setelah nikmat hidayah
Islam dan Ittiba’ur Rasul.
Kedua, Allah Ta’ala senang bila
hamba-Nya senantiasa mengingat dan menyebut-nyebut nikmat yang Dia karuniakan
kepada mereka baik dengan hati maupun lisan. Sebab hal itu merupakan tanda syukur
dan dapat meningkatkan rasa syukur terhadap nikmat.
Ketiga, Persatuan dan persaudaraan
hakiki hanya tegak di atas iman, sebagaimana firman Allah, “hanyasanya
orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (terj. Qs. Al-Hujurat:10).
Akan tetapi kadar keimanan masing-masing orang beriman juga bertingkat-tingkat.
Namun selama seseorang termasuk dalam kategori orang beriman, maka ia adalah
saudara. Ia berhak untuk kita menjalin persaudaran dan persatuan dengannya.
Keempat, Persatuan dan persaudaraan sejati
juga hanya tegak di atas komitmen terhadap al-Qur’an dan as Sunnah. Namun tak
dapat dinafikan, kadar komitmen masing-masing bertingkat-tingkat. Sebagaimana
ditegaskan oleh Allah, dalam surah Fathir [35] ayat 32, “Kemudian Kitab itu
Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami,
lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara
mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu
berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat
besar.” (terj. Qs. Fathir:32).
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa
para pewaris Kitabullah bertingkat-tingkat berdasar kadar dan tingkat komitmen
mereka. Ada yang (1) dzalim linafsih, (2) muqtashid, dan (3) sabiqun bil khairat.
Ketiganya diakui sebagai pewaris kitab yang memiliki hak ukhuwah dan
persaudaraan.
Oleh karena itu upaya membina persatuan
dan persaudaraan hendaknya dibarengi dengan usaha sungguh-sungguh membina iman
serta meningkatkan komitmen berpegang teguh terhadap Dinul Islam dengan selalu
merujuk kepada Al-Qur’an dan As Sunnah. Namun adanya kekurangan pada kadar
komitmen saudara sesama Muslim terhdap al-Qur’an dan As Sunnah tidak
sepantasnya menjadi alasan untuk tidak mengupayakan persatuan dan persaudaraan di
kalangan kaum Muslimin.
Upaya membina persatuan harus berkait
kelindan dengan kerja keras membina ummat untuk belajar serta mengamalkan
al-Qur’an dan As Sunnah. Dalam hal ini berlaku kaidah, ma la yudraku kulluhu la
yutraku kuluuhu, sesuatu yang tidak dapat dicapai seluruhnya maka tidak
ditinggalkan seluruhnya. Wallahu a’lam.
Sumber:
http://wahdah.or.id/
Disebarluaskan Oleh: Muhammad
Akbar, S.Pd (Penulis & Guru SMP IT Wahdah Islamiyah) Di website: www.muhammadakbarbinzaid.com