Berjuanglah Untuk Islam Walau Kita Pelaku Maksiat
Oleh: Muhammad Akbar, S.Pd
(Penulis & Guru SMP IT Wahdah
Islamiyah)
Saudaraku …
Apa
yang kau anggap atas dirimu sendiri? Begitu banyakkah dosa dan noda?
Ketahuilah, setiap manusia –siapa pun dia- juga memiliki kesalahan, dan
sebaik-baik manusia yang membuat kesalahan adalah yang mau bertaubat. Mari
jadilah yang terbaik …
Saudaraku …
Apa
yang menghalangimu membela agamamu? Apa yang merintangimu beramal demi kejayaan
Islam dan kaum muslimin? Dosa, noda, dan maksiat itu? Ketahuilah, jika
kau diam saja, tidak beramal karena merasa belum pantas berjuang, masih jauh
dari sempurna, maka daftar noda dan maksiat itu semakin bertambah. Itulah tipu
daya syetan atas anak Adam, mereka menghalangi manusia dari berjuang dan hidup
bersama para pejuang, dengan menciptakan keraguan di dalam hati manusia dengan
menjadikan dosa-dosanya sebagai alasan.
Saudaraku …
Hilangkan
keraguanmu, karena Rabbmu yang Maha Pengampun telah berfirman:
“Sesungguhnya
kebaikan-kebaikan akan menghapuskan keburukan-keburukan”. (QS. Hud: 114)
Hilangkan
pula kebimbinganmu, karena kekasih hati tercinta, NabiNya yang mulia –Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam- telah bersabda:
“Ikutilah perbuatan burukmu
dengan perbuatan baik, niscaya itu akan menghapuskannya”. (HR. At Tirmidzi No. 1987, katanya: hasan
shahih. Ahmad No. 21354, 21403, 21487, 21536, 21988, 22059, Ath Thabarani dalam
Al Mu’jam Al Kabir No. 296, 297, 298, juga Al Mu’jam Ash Shaghir No. 530, Ad
Darimi No. 2833, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 178, katanya: “Shahih, sesuai
syarat Al Bukhari dan Muslim.” Disepakati oleh Imam Adz DZahabi dalam At
Talkhish. Sementara Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh Al Albani
menghasankannya dalam kitab mereka masing-masing)
Saudaraku …
Tidak
usah berkecil hati dan jangan putus asa, sungguh agama mulia ini pernah
dimenangkan oleh orang mulianya dan para fajir(pelaku dosa)nya. Semuanya mengambil
bagian dalam gerbong caravan pejuang Islam. Imam Al Bukhari telah membuat Bab
dalam kitab Shahihnya, Innallaha Yu’ayyidu Ad Diin bir Rajul Al Faajir
(Sesungguhnya Allah akan menolong agamaNya melalui seseorang yang fajir). Ya,
kadang ada pelaku maksiat, seorang fajir, justru dia melakukan aksi-aksi
nushrah (pertolongan) terhadap agamanya, dibanding laki-laki yang shalih.
Semoga aksi-aksi nushrah tersebut bisa merubahnya dari perilaku buruknya, dan
dia bisa mengambil pelajaran darinya sampai dia berubah
menjadi orang shalih yang berjihad, bukan lagi orang
fajir yang berjihad.
Saudaraku … Ada Abu
Mihjan!!
Kukisahkan
kepadamu tentang Abu Mihjan Radhiallahu ‘Anhu. Ditulis dengan tinta emas para
ulama Islam, di antaranya Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala pada Bab
Sirah Umar Al Faruq. (2/448. Darul Hadits, Kairo), juga Usudul Ghabah-nya
Imam Ibnul Atsir. (6/271. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Beliau
adalah seorang laki-laki yang sangat sulit menahan diri dari khamr (minuman
keras). Beliau sering dibawa kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk
diterapkan hukum cambuk (Jild) padanya karena perbuatannya itu.
Bahkan Ibnu Jarir menyebutkan Abu Mihjan tujuh kali dihukum cambuk.
Tetapi, dia adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai jihad, perindu
syahid, dan hatinya gelisah jika tidak andil dalam aksi-aksi jihad para sahabat
nabi Radhiallahu ‘Anhum.
Hingga
datanglah perang Al Qadisiyah yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash
Radhiallahu ‘Anhu melawan Persia, pada masa pemerintahan Khalifah Umar
Radhiallahu ‘Anhu. Abu Mihjan ikut andil di dalamnya, dia tampil gagah berani
bahkan termasuk yang paling bersemangat dan banyak membunuh musuh. Tetapi, saat
itu dia dikalahkan keinginannya untuk meminum khamr, akhirnya dia pun
meminumnya. Maka, Sa’ad bin Abi Waqash menghukumnya dengan memenjarakannya
serta melarangnya untuk ikut jihad.
Di
dalam penjara, dia sangat sedih karena tidak bisa bersama para mujahidin.
Apalagi dari dalam penjara dia mendengar suara dentingan pedang dan teriakan
serunya peperangan, hatinya teriris, ingin sekali dia membantu kaum muslimin
melawan Persia yang Majusi. Hal ini diketahui oleh istri Sa’ad bin Abi Waqash
yag bernama Salma, dia sangat iba melihat penderitaan Abu Mihjan, menderita
karena tidak dapat ikut berjihad, menderita karena tidak bisa berbuat untuk
agamanya! Maka, tanpa sepengetahuan Sa’ad -yang saat itu sedang sakit, dan dia
memimpin pasukan melalui pembaringannya, serta mengatur strategi di atasnya-
Beliau membebaskan Abu Mihjan untuk dapat bergabung dengan para mujahidin. Abu
Mihjan meminta kepada Salma kudanya Sa’ad yaitu Balqa dan juga senjatanya.
Beliau berjanji, jika masih hidup akan mengembalikan kuda dan senjata itu, dan
kembali pula ke penjara. Sebaliknya jika wafat memang itulah yang dia
cita-citakan.
Abu
Mihjan berangkat ke medan tempur dengan wajah tertutup kain sehingga tidak
seorang pun yang mengenalnya. Dia masuk turun ke medan jihad dengan gesit dan
gagah berani. Sehingga Sa’ad memperhatikannya dari kamar tempatnya berbaring
karena sakit dan dia takjub kepadanya, dan mengatakan: “Seandainya aku tidak
tahu bahwa Abu Mihjan ada di penjara, maka aku katakan orang itu pastilah
Abu Mihjan. Seandainya aku tidak tahu di mana pula si Balqa, maka aku katakan
kuda itu adalah Balqa.”
Sa’ad
bin Abi Waqash bertanya kepada istrinya, dan istrinya menceritakan apa yang
terjadi sebenarnya pada Abu Mihjan, sehingga lahirlah rasa iba dari Sa’ad
kepada Abu Mihjan.
Perang
usai, dan kaum muslimin menang gilang gemilang. Abi Mihjan kembali ke penjara,
dan dia sendiri yang memborgol kakinya, sebagaimana janjinya. Sa’ad bin Waqash
Radhiallahu ‘Anhu mendatanginya dan membuka borgol tersebut, lalu berkata:
Kami
tidak akan mencabukmu karena khamr selamanya. Abu Mihjan menjawab: “Dan Aku,
Demi Allah, tidak akan lagi meminum khamr selamanya!”
Saudaraku …
Sangat
sulit bagi kita mengikuti dan menyamai Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para
sahabat nabi yang mulia, Radhiallahu ‘Anhum. Tetapi, paling tidak kita masih
bisa seperti Abu Mihjan, walau dia pelaku maksiat namun masih memiliki ghirah
kepada perjuangan agamanya, dan ikut hadir dalam deretan nama-nama pahlawan
Islam. Semoga Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam deretan para pejuang
agamaNya, mengikhlaskan, dan memberikan karunia syahadah kepada kita. Amin.
Bulukumba, 5 September 2017
Muhammad Akbar bin Zaid
Wallahu a’lam bishowab…
0 Response to "Berjuanglah Untuk Islam Walau Kita Pelaku Maksiat"
Post a Comment