Tarwih dan Qiyam Ramadhan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Siapa
yang melakukan shalat di malam-malam bulan Ramadhan karena iman dan mengharap
pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Hadits yang mulia ini
menjadi dasar disunnahkannya menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan yang penuh
barakah dengan shalat. Istilah yang populer di masyarakat umum bahwa shalat
yang dilakukan di permulaan malam pada bulan Ramadhan dinamakan tarawih dan
shalat yang dilakukan setelah itu pada akhir malam disebut Qiyamullail.
Ini adalah pemisahan yang
populer di kalangan masyarakat umum, akan tetapi pada dasarnya semuanya adalah tarawih
dan qiyam. Mengapa qiyam Ramadhan dinamakan tarawih (istirahat)? Karena dahulu mereka
(generasi awal umat ini) beristirahat setelah empat rakaat karena mereka
memanjangkan shalat mereka.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: Semua shalat
di bulan Ramadhan dinamakan qiyam. Berikut ini beberapa hal penting terkait
dengan Qiyamullail pada bulan Ramadhan:
1. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyunnahkan
kepada kita Qiyam Ramadhan (tarawih), sebagaimana dalam hadits Aisyah
radhiyallahu ‘anha, istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
berkata:
“Pada suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan
shalat malam, lalu orang-orang pun shalat bersamanya. Pada malam berikutnya
beliau shalat lagi, orang-orang yang shalat di belakangnya semakin banyak.
Kemudian mereka pun bersepakat untuk melakukannya lagi pada malam ke-3 atau
ke-4, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak keluar shalat bersama
mereka. Ketika Shubuh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:”Aku telah
melihat apa yang kalian lakukan semalam. Tidak ada yang mencegahku untuk keluar
kepada kalian (untuk shalat bersama kalian) selain kekhawatiranku akan
diwajibkannya shalat tersebut kepada kalian.” Dan itu di bulan Ramadhan.” [HR. Bukhari dan Muslim]
2. Hendaknya shalat malam (tarawih) didasarkan pada keimanan
kepada Allah dan pahala yang telah disiapkan-Nya bagi yang melakukan Qiyam
Ramadhan. Jangan karena didorong oleh riya’
(ingin dilihat), sum’ah (ingin
didengar), ingin harta, olah raga/ tubuh, dan lain sebagainya.
Jika dilakukan dengan iman dan mengharap pahala, maka apa
yang disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam akan terealisasi, beliau
bersabda: “Siapa yang melakukan shalat
malam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, di ampuni dosadosanya yang
telah lalu.” [HR. Bukhari dan Muslim]
3. Shalat tarawih tidak memiliki batasan rakaat tertentu yang
menjadi keharusan. Jika seseorang shalat bersama imam, maka hendaknya ia terus
shalat bersamanya sampai selesai, agar dicatat baginya pahala Qiyamullail (shalat semalam suntuk).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Siapa yang shalat bersama imam sampai selesai, dicatatkan
baginya shalat semalam suntuk.” [HR.
Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah, shahih]
4. Yang lebih utama adalah shalat bersama imam yang shalat 11
rakaat atau 13 rakaat dengan memanjangkan shalatnya. Itulah yang sempurna dan
lebih utama. Dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau ditanya:
“Bagaimanakah shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan
Ramadhan?” Beliau menjawab; “Tidaklah
(shalat malam) Nabi di bulan Ramadhan maupun selainnya melebihi11 rakaat.” [HR.
Bukhari dan Muslim]
Dalam Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dia berkata;“Dahulu shalat Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam 13 rakaat, maksudnya malam hari.” [HR. Bukhari]
5. Yang utama bagi imam masjid yang shalat tarawih bersama
jamaah agar melakukan salam setiap dua rakaat dan berwitir dengan satu rakaat,
agar tidak memberatkan makmum atau terjadi kegundahan pada mereka. Dalam hadits Aisyah radhiyallahu
‘anha mengenai shalat malam:“Dua rakaat
dua rakaat, jika salah seorang di antara kalian khawatir masuk waktu Shubuh,
shalatlah satu rakaat mengganjilkan shalat sebelumnya.” [HR. Bukhari dan
Muslim]
Boleh menjadikan shalat witirnya sekaligus 5 rakaat, 7
rakaat, atau 9 rakaat, akan tetapi pada rakaat ke-8 duduk bertasyahud kemudian
bangkit melanjutkan rakaat yang ke-9, bertasyahud lagi, berdoa dan salam.
Penggabungan rakaat witir ini dilakukan jika shalat seorang diri atau sesuai
kemufakatan jamaah.
6. Yang utama memanjangkan shalat tarawih atau Qiyamullail.
Dari As-Saib bin Yazid radhiyallahu ‘anhu dia berkata:
“Umar bin Al-Khatthab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim
Ad-Dâri untuk mengimami jamaah dengan 11 rakaat. Dia berkata: ‘Imam membaca
ratusan ayat hingga kami bertumpu pada tongkat karena lamanya berdiri. Tidaklah
kami usai melainkan di penghujung fajar.”
[HR. Malik, shahih]
Dalam hadits yang lain Rasulullah sallalahu alaihi wasallam bersabda:
“Shalat (malam) yang terbaik adalah yang panjang berdirinya.”
[HR. Muslim]
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan Qunut dalam hadits ini adalah berdiri (ketika shalat), dikarenakan zikir
ketika berdiri dalam shalat adalah membaca Al Quran.
Hendaklah waspada terhadap para imam yang mengimami para
jamaah dengan tergesa-gesa, sehingga hilang kekhusyukan dan tumakninah. Imam hendaknya
membaca dengan tadabbur. Jika membaca ayat yang berisi permintaan/doa hendaknya
meminta/berdoa kepada Allah, atau melewati ayat tasbih hendaknya bertasbih,
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
7. Wanita boleh menghadiri shalat tarawih di masjid jika aman
dari fitnah (gangguan), baik yang timbul darinya maupun terhadap dirinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah kalian melarang hamba-hamba Allah -para wanita-
(mendatangi) masjid-masjid Allah.” [HR.
Bukhari dan Muslim]
Disyaratkan bagi wanita untuk memulai dari shaf paling akhir,
kebalikannya shaf laki-laki dimulai dari yang paling depan. Hendaknya kaum
wanita segera pulang setelah imam selesai salam.
Baca Juga: Mamfaat Puasa di Bulan Ramadhan
Terimah Kasih atas
kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam
0 Response to "Tarwih dan Qiyam Ramadhan"
Post a Comment