Mentadabburi Al-Quran Di Bulan Ramadhan
“Ketika
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca surat Ath-Thur,
seakan-akan hatiku terbang.” [HR. Ibnu Majah, shahih].
Itulah
ungkapan salah seorang sahabat ketika mendengar ayat al-Quran, padahal
saat itu ia belum memeluk Islam, namun keagungan dan kehebatan al-Quran
mampu menundukkan hatinya yang bersih, sehingga mampu merespons
pesan-pesan yang dikandungnya. Jangankan hati manusia, benda mati
sekalipun seperti gunung, bila al-Quran diletakkan di atasnya, niscaya
akan tunduk dan berguncang karena takut kepada Allah, sebagaimana Dia
sinyalirkan dalam surat al-Hasyr ayat 21.
Pernahkah hati kita
merasakan takut dan penyesalan yang amat sangat, ketika membaca ayat tentang
ancaman dan siksa bagi para pelaku dosa dan maksiat?
Atau merasakan kegembiraan dan ketenangan di saat membaca
ayat-ayat tentang surga, pahala yang besar, serta luasnya rahmat Allah bagi
hamba-Nya yang taat?
Dua keadaan di atas bila terjadi karena kejujuran, sering kali
menjadikan mata berlinang tangisan, jiwa tenang serta hati tenteram. Inilah
rahasia dan buah tadabbur al-Quran. Maha benar Allah yang telah memerintahkan
tadabbur, karena hanya dengan tadabburlah segala kemuliaan, keagungan dan
keberkahan alQuran bisa diraih.
Adalah kerugian yang sangat besar bagi orang yang sakit dan
memiliki obat namun ia tidak bisa menggunakannya, atau orang yang sedang
tersesat dan ia memiliki peta petunjuk namun ia tidak memahami penggunaannya,
lebih-lebih orang yang sedang resah dan gundah, pergi kesana kemari untuk
menghilangkan keresahan dan kegundahannya, padahal ia memiliki penawar namun ia
tidak bisa memanfaatkannya.
Itulah gambaran orang yang membaca atau mendengarkan al-Quran
namun tidak mentadabburi dan mengamalkannya, sehingga al-Quran tidak berfungsi
sebagai petunjuk kehidupan, penasihat dalam kesalahan dan kelalaian, penawar
segala penyakit, serta sumber ketenangan hati dan ketenteraman jiwa. Allah
menyindir keadaan mereka seperti keledai yang membawa buku-buku, namun si keledai
tidak mampu memanfaatkannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat suatu kaum
dengan Al-Quran, dan Allah akan menghinakan selain mereka dengan
Al-Quran(juga)." [HR. Muslim]
Mengangkat derajat sebuah kaum karena mereka memahami dan
mengamalkan al-Quran, dan menghinakan kaum yang menyianyiakan al-Quran.
Pengertian tadabbur
Tadabbur al-Quran adalah usaha untuk memahami makna
lafal-lafalnya, serta merenungkan kandungannya, agar hati menerima nasihat-nasihatnya,
jiwa menjadi takut, dan dada menjadi lapang untuk beramal saleh.
Dari pengertian di atas bisa disimpulkan, bahwa tadabbur
adalah segala kiat dan usaha yang bisa membantu dalam proses merespons setiap
pesan yang terkandung dalam ayat-ayat al-Quran, sehingga al-Quran berpengaruh
dalam kehidupan seseorang, dan ia terpengaruh oleh nasihatnya ketika lalai,
mendapatkan petunjuknya di saat tersesat, meredam keresahan dan kegundahannya,
serta penawar segala penyakit yang menimpanya.
Tadabbur al-Quran membutuhkan usaha dan kiat yang tepat agar
proses tersebut berjalan dengan baik dan membuahkan hasil. Di antara kiat-kiat
mudah dalam tadabbur al-Quran adalah:
1. Wajib meyakini bahwa dengan al-Quran kita akan hidup,
mendapatkan bashirah (ilmu dan hikmah) serta petunjuk, tanpanya kita laksana
mati, buta akan kebenaran, dan berada dalam kesesatan.
Seorang muslim yang membaca al-Quran hendaknya harus memiliki
keyakinan seperti ini sebelum membaca ayat-ayat atau surat yang ada di
dalamnya. Sebab itulah Allah Ta'ala berfirman dalam surat Thaha yang artinya:
"Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka
(ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku dia tidak akan sesat dan tidak
akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatanKu, maka sungguh dia
akan menjalani kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta." [QS.
Thaha: 123-124]
Untuk menjaga keyakinan di atas agar tetap ada setiap kali
akan membaca al-Quran, dianjurkan untuk senantiasa mengingat keagungan al-Quran,
misalnya dengan mengingat sifat-sifat dan fungsi al-Quran. Ia adalah alHaq (kebenaran), al-Huda (petunjuk), al-Quran merupakan suatu ilmu, al-Burhan (bukti kebenaran), al-Muhaimin (penjaga atas kitab-kitab
sebelumnya), al-Barakah (suatu
keberkahan), al-Mau'izhah
(peringatan/pelajaran), asySyifa' (obat penyembuh), at-Tadzkirah (peringatan),
an-Nuur (cahaya), ar-Rahmah
(rahmat), ash-Shidq (kebenaran), al-Mushaddiq (yang membenarkan), al-'Aliy (yang tinggi), alKariim (yang mulia), al-'Aziz (yang agung), al-Majiid (yang agung), al-Furqan (pembeda antara yang haq dan
yang batil), Bashaair (pedoman),
al-Quran telah muhkam (dimudahkan
pemahamannya), Mufashshal (diperjelas ayat-ayatnya), ayat-ayatnya menakjubkan,
ia adalah al-Balaagh (petunjuk), Ia
adalah al-Basyiir (pemberi kabar
gembira), sekaligus sebagai an-Nadziir
(suatu peringatan), ia adalah al-Bayaan (keterangan),
dan at-Tibyaan (pemberi penjelasan).
Mengetahui dan mengingat sifat-sifat al-Quran di atas akan
meningkatkan keyakinan akan kebutuhan kita terhadap alQuran dalam kehidupan
ini, dan sungguh adalah kerugian yang sangat besar bagi siapa saja yang
berpaling dari kitab suci yang mulia ini.
2. Memelihara dan memperbaiki hati
Antara tadabbur al-Quran dan hati memiliki hubungan yang
sangat erat. Qalbun salim(hati yang
selamat dan sehat) adalah syarat agar ayat-ayat yang dibaca atau didengar bisa
ditadabburi. Lebih jauh dari itu, ternyata ada beberapa alasan yang sangat
kuat, mengapa keberhasilan tadabbur sangat tergantung kepada hati, di antara
alasan-alasan tersebut adalah:
a.
Semua perintah
al-Quran, pada asalnya ditujukan kepada hati. Allah berfirman yang artinya:
“Dan sungguh (al-Quran) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam. Yang dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril). Ke dalam hatimu
(Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan. Dengan bahasa
Arab yang jelas." [QS. Asy-Syu'araa': 192-195]
Allah memilih kalimat"'ala qalbika/ke dalam
hatimu", dan tidak berfirman bahwa al-Quran diturunkan kepada pendengaran,
penglihatan, otak atau lainnya, akan tetapi ia diturunkan ke dalam hati, dan
ini sangatlah jelas.
b.
Pengaruh terbesar dari
al-Quran adanya di dalam hati
Kebaikan terbesar yang didapatkan oleh orang yang senantiasa
memperhatikan dan menghayati al-Quran adalah kelembutan dan kesucian hati.
Sebaliknya, penyakit terbesar yang menimpa orang yang berpaling dari al-Quran
adalah kematian dan kerasnya hati.Sebab itu, nasihat qurani hanyalah bisa
diterima dan dilakukan oleh orang yang memiliki hati yang menghayati al-Quran,
atau orang yang berusaha memperbaiki keadaan hatinya dengan al-Quran,
sebagaimana firman Allah Ta'ala yang artinya:
“Sungguh pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan
bagi orang-orang yang mempunyai hati atau menggunakan pendengarannya sedang dia
menyaksikannya." [QS. Qaaf: 37]
c.
Tujuan utama al-Quran:
Tadabbur (penghayatan) hati terhadap ayat-ayatnya. Allah Ta'ala telah
menjelaskan hikmah diturunkannya alQuran ini dalam firman-Nya yang artinya:
"Kitab (Al-Quran) yang Kami turunkan kepadamu penuh
berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal
sehat mendapat pelajaran." [QS.
Shaad: 29]
Huruf "lam" dalam lafaz "liyaddabbaruu"
adalah "lam 'illah” (lam yang berfungsi sebagai penjelas sebab).Oleh
karena itu, hal ini bermakna bahwa al-Quran tidak akan menjadi sumber
keberkahan secara sempurna pada diri seseorang kecuali jika ia melakukan
tadabbur ketika membacanya. Allah juga telah berfirman yang artinya:
"Maka tidakkah mereka menghayati al-Quran ataukah hati
mereka sudah terkunci?" [QS.
Muhammad: 24]
Ayat ini hanya memberikan dua pilihan, bisa menghayati
al-Quran atau jika tidak, maka itu tanda banyaknya kunci yang telah menutup
hati.
3. Mengetahui trik yang tepat untuk membaca al-Quran
Cara yang tepat dalam membaca al-Quran adalah tartiil yaitu
secara perlahan-lahan dan tidak terburu-buru. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
ketika menjelaskan makna tartil, beliau berkata: “Hendaknya membaca dua ayat, atau tiga ayat lalu berhenti (untuk
menghayati maknanya –pent), dan tidak membacanya dengan cepat."
Cara yang demikian sangat dianjurkan dalam al-Quran, dan
dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat
beliau. Ummu Salamah radhiyallahu 'anha menyifati bacaan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam: "Bahwa bacaan
beliau adalah bacaan (yang bertujuan memberikan) penafsiran, membacanya
perlahan kata demi kata.” [HR. Tirmidzi, lemah]
Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata: "Saya bepergian bersama Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma dan ia
selalu shalat malam selama setengah malam, dengan membaca al-Quran kata demi
kata (perlahan-lahan), lalu ia menangis sehingga terdengar suara tangisannya.” [HR.
Al-Marwazi dalm Mukhtashor Qiyamul Lail]
Wahai pembaca al-Quran, seharusnya seperti inilah bacaan
al-Quran kita, bacaan yang mengharukan, sekaligus indah, pelan, dan tidak
tergesa-gesa.
4. Mulai membaca dan tadabbur surat-surat Al-Mufashshal
(bagian akhir al-Quran yang dimulai dari surat Qaaf sampai surat an-Naas)
Tentang metode ini, disampaikan oleh Aisyah radhiyallahu
'anha dalam hadits sebelumnya ketika beliau berkata: "Sesungguhnya awal-awal yang diturunkan dari al-Quran adalah
surat-surat dari Al-Mufashshal (dari surat Qaaf sampai an-Naas), sebab di
dalamnya ada penjelasan tentang surga dan neraka…”. Juga ucapannya: ”Akan
tetapi (di antara ayat yang awal-awal) diturunkan: "… Hari kiamat itu
lebih dahsyat dan lebih pahit." [QS. Al-Qamar: 46], ayat ini diturunkan di
Mekkah sedangkan saya waktu itu masih kecil yang suka bermain-main. Kemudian
tidaklah surat al-Baqarah dan an-Nisa' (yang mengandung hukum halal haram
–pent) diturunkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kecuali saya
telah bersama beliau (di Madinah).” [HR. AnNasai dalam Sunan Kubra,
shahih].
Adapun keistimewaan metode pembelajaran al-Quran yang diawali
dengan surat-surat Al-Mufashshal ini adalah:
Pertama: Kandungan
surat-surat al-Mufashshal inilah yang banyak mengokohkan keimanan dalam hati.
Sebab di dalamnya ada penjelasan tentang surga dan neraka,
perkara tauhid/pengesaan Allah Ta'ala dalam Rububiyah maupun Uluhiyah-Nya, penetapan adanya Hari Kebangkitan
dan hari kiamat, dan perintah untuk berakhlak mulia.
Jadi kandungan surat-surat inilah yang menjadikan hati teguh
dan tenteram dengan keimanan, jika setelah ini mempelajari masalah hukum halal
dan haram, maka yang ada hanyalah sikap mendengar dan taat terhadap perkara
yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.
Tentunya keadaan para sahabat yang awal-awal masuk Islam
bersama al-Mufashshal ini menjadi bukti nyata akan keabsahan metode ini, yaitu
ketika kandungan makna suratsurat Al-Mufashshal ini memberikan tazkiyah
(penyucian) terhadap jiwa mereka, sehingga keimanan yang sebelumnya ada dalam
hati mereka semakin teguh laksana gunung yang kokoh.
Kedua: Surat-surat
al-Mufashshal lebih mudah dan cepat dipahami karena ia adalah muhkam (mudah
dipahami), dan tidak ada ayat-ayatnya yang mutasyaabih (sulit dipahami) kecuali
sedikit.
Ini diisyaratkan juga oleh Umar radhiyallahu 'anhu dalam
ucapannya sebelumnya: "Jika salah
seorang di antara kalian ingin belajar al-Quran, maka hendaknya memulai dari
alMufashshal karena ia lebih mudah."
Juga ucapan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma sebelumnya: "Saya telah menghafal Al-Muhkam pada
zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam," lalu ia pun ditanya:
"Al-Muhkam itu apa?", beliau menjawab: "Ia adalah
al-Mufashshal.” [HR. Bukhari]
Jadi al-Mufashshal adalah surat-surat yang muhkam, berbeda
dengan bagian lainnya dari al-Quran yang memiliki banyak ayat yang mutasyaabih.
Ad-Darimi dan selainnya meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu bahwa
ia berkata: "Sesungguhnya segala
sesuatu memiliki puncak, adapun puncak al-Quran adalah surat al-Baqarah, dan
segala sesuatu memiliki dasar (lembah), dan adapun dasar dari al-Quran adalah
surat-surat al-Mufashshal." [HR. Ad-Daarimi, sanadnya hasan].
Apakah mungkin seseorang bisa sampai ke puncak tanpa melewati
dahulu suatu dasar (lembah) yang begitu mudah?! Tadabbur adalah suatu usaha.
Ya, usaha yang perlu terus diusahakan, dan setiap muslim harus selalu berusaha
dan berlatih hingga tadabbur menjadi kebiasaan, seperti membaca atau mendengar
al-Quran.
Cukup dengan memohon pertolongan, diiringi keinginan yang
kuat dan kesungguhan serta istiqamah dalam menerapkan kiat-kiat di atas, dengan
izin Allah tadabbur adalah sesuatu yang mudah, sebagaimana janji Allah:
“Sungguh
telah kami mudahkan al-Quran untuk (dijadikan) peringatan (dengan membacanya,
atau mentadabburinya).”
Baca Juga: Bulan Ramadhan Adalah Nuzul Al-Qur’an
Terimah Kasih atas
kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam
0 Response to "Mentadabburi Al-Quran Di Bulan Ramadhan"
Post a Comment