Realitas Bangsa Indonesia: Pandangan Kritis Terhadap Globalisme
Globalisme menyangkut dua
aspek yang akan mempengaruhi Pendidikan yaitu, [1]Ideologi, dan [2] Technologi.
Aspek teknologi adalah kendaraan bagi aspek ideologi dan membuat bukan hanya
negara tanpa batas atau borderless world tetapi juga filter-less world dimana
informasi global deras masuk ke ruang pribadi setiap individu. McLuhan dan
Alvin Toffler membahas fenomena ini jauh sebelum fenomena itu muncul.
Pertama, cho-biological
dapat dijelaskan secara medis kedalam psychiatric terms. Ke dua, future
shock adalah sebuah fenomena perubahan yang dipicu oleh akselerasi
perubahan di masyarakat dan muncul saling tumpang-tindih antara budaya lama
dengan budayabaru dalam masyarakat.Dari sudut pandang inovasi teknologi,
menurut Freeman, C. and Perez, C in Dosi et.al., (Dosi et.al., 1988) ada empat
kategori inovasi, yaitu :
a.
Incremental Innovations yang terjadi terus menerus pada setiap
industri pada setiap negara pada skala yang berbeda-beda
b.
Radical Innovations, yang mengenalkan produk atau proses yang sama
sekali baru dan secara tak terduga berasal dari “Normal Trajectory” dari
sebuah technologi
c.
Systemic Innovations yang mempengaruhi teknologi dan Technological
d.
Revolutions yang mengubah sistem teknologi serta berpengaruh
terhadap keseluruhan perilaku ekonomi.
Dua dekade sebelum Avlin
Toffler, Marshall McLuhan dalam “Understanding Media” sudah membahas
mengenai peranan media sebagai media komunikasi melalui electric lightyang
akan mempengaruhi dunia, meskipun pada saat itu teknologi digital belum muncul;
orbit Clark yang kemudian menjadi sarana satelit untuk mengorbit guna
memfalisitasi komunikasi digital juga belum ditemukan, dan IBM baru membuat
computer dengan tabung di tahun tersebut. Mungkin yang dibayangkan oleh McLuhan
adalah teknologi informasi.
Selanjutnya, Alvin Toffler
dengan “The Third Wave and Powershift” membagi peradaban masyarakat
menjadi tiga gelombang revolusi, yaitu [1] first wave : the agricultural
revolution, [2] second wave : industrial revolution, dan [3] third
wave : Information revolution , yang masih berlangsung hingga saat ini.
Pada setiap fasa peradaban atau gelombang masing-masing memiliki
“super-ideology,” yang menjelaskan realita dan paterns, dan information
paterns. Juga, McLuhan dalam “The Global Village”, (McLuhan
& Powers, 1989), setelah arah trajektori teknologi informasi mulai
tampak, memunculkan terminologi Global Village untuk menandai peranan
teknologi informasi yang membuat manusia di seluruh dunia bisa saling terhubung
dan seakan membuat dunia menjadi kecil, ibarat sebuah desa global. Kini, apa
yang diprediksi oleh McLuhan dan Toffler telah terjadi dengan segala ekses yang
juga telah mereka prediksi. Itulah pesan McLuhan dengan “Understanding Media”
dan “Global Village” , serta Toffler dengan “Future Shock” dan “The
Third Wave” yang bisa dilihat kini dan membuka banyak pertanyaan mengenai
kelanjutan perkembangan peradaban manusia.
Prediksi McLuhan dan
Toffler dalam era globalisasi telah menjadi kenyataan, bisa dilihat dan bisa
pula dirasakan. Di bidang Budaya jelas akan terjadi komunikasi budaya antar
bangsa, antara budaya lokal dengan budaya global antara pengetahuan lokal
dengan pengetahuian global sebagai konsekuensi logis dari kemudahan komunikasi
global tersebut.
Yang dimaksud dengan
Pengetahuan lokal adalah pengetahuan yang telah ditemukan dan diuji valid dalam
konteks lokal dan telah diakumulasi oleh masyarakat atau orang lokal. Untuk
masyarakat lokal yang berbeda, keragaman aset budaya dan latar belakang sejarah
yang mungkin sama sekali berbeda mewarnai eksistensi konteks lokal, maka
pengetahuan dan kebajikan yang telah mereka temukan berguna dan valid serta
telah diakumulasi dalam jangka panjang sebelumnya mungkin saja berbeda. (Cheng,
2004).
Orang kini bisa terhubung
dua puluh empat jam setiap minggu di seluruh dunia dengan komunikasi multimedia
yang mudah dan murah. Jaringan komunikasi analog itu kini telah digantikan oleh
jaringan komunikasi digital sehingga radio dan televisi kini mudah diakses
melalui jaringan satellite dan internet dengan menggunakan Tv di rumah,
computer, atau bahkan sebuah gadget atau hand phone. Melalui GPS
atau Global Positioning System yang tersambung langsung ke satelite kini
lokasi dimanapun di dunia bisa dilihat dari sebuah gadget dan GPS bisa
pula menunjukkan jejak rekam jalan yang telah dilalui detik demi detik, bahkan
di lorong kampung atau desa.
Juga, melalui Skype
bahkan siapapun bisa berkomunikasi melalui video-phone dengan siapapun
diberbagai belahan dunia kapan saja dan dimana saja. Dunia menjadi telanjang
dalam genggaman. Fungsi internet untuk Discovery, Communication, dan
Collaboration bukan hanya mengubah perilaku manusia berkomunikasi, namun
juga mengubah perilaku hidup mereka dalam bidang sosial dan ekonomi serta
pendidikan.
Lebih lanjut, dengan
menggunakan Google Earth, bahkan atap rumah dimanapun di dunia bisa
dilihat dan juga kedalaman laut. Kini, transfer dana untuk berbagai keperluan
diseluruh dunia bisa dilakukan diujung jari. Semuanya serba digital, seperti
e-book, e-journal, e-KTP, bahkan CCTV di rumah juga biasa diakses dan di-remote
dengan mengunakan gadget dari manapun di seluruh dunia.
Bahkan, dengan kehadiran Tv
cable, budaya dari berbagai bangsa akan deras masuk ke nuclear family di
Microsystem dan gadget setiap pribadi tak terkecuali anak-anak.
Internet, yang bisa diakses dengan menggunakan sebuah gadget, telah
memungkinkan budaya langsung masuk ke ruang pribadi. Dengan cloud computing,
tidak lagi ada hambatan dengan bahasa karena Google Translation telah memungkinkan
translasi komunikasi text ataupun tulisan di web secara langsung sehingga
setiap orang di berbagai belahahan dunia dengan bahasa ibu berbeda bisa
mengakses informasi apapun bahasa di dunia dengan menggunakan bahasa mereka.
Sebagai tambahan, dengan cloud
computing, pengguna bisa mendisain sendiri data yang dibutuhkan dari
berbagai sumber data dunia dan kemudian tinggal mengkonversi sesuai dengan
kebutuhan. Bahkan berbagai proyek open source untuk ilmu pengetahuan
atau perpustakaan ataupun referensi kelas dunia semakin bertebaran secara
resmi, misal proyek Gutenberg, open course MIT, dll. Yang terakhir,
kuliah kelas Nobel juga bisa diikuti oleh siapapun dan kapanpun melalui
teknologi video streaming, demikian pula dengan berbagai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi bisa diakses dengan mudah dan bebas melalui teknologi
multimedia. Revolusi informasi multi media ini jelas berdampak besar dalam
dunia pendidikan.
Kritik telah diberikan
oleh Pieters (Nederveen, 2004 ) mengenai dampak globalisasi terhadap Budaya dan
banyak pula kritik terhadap dampak globalisasi telah dikemukakan, seperti John
Rawls dalam The Theory of People di bidang Justice as Fairness,
Striglitz dalam Social Choice Theory di bidang human capability,
Amartya Sen dalam The Idea Of Justice di bidang human development, Krugman
dalam Economics Geography di bidang migration, atau Paula Allman dalam Critical
Education Against Global Capitalism di bidang education. Pertanyaan
pertama adalah apakah budaya global akan menjadi semakin homogen atau heterogin
dan mana lebih baik?, Pertanyaan kedua adalah bagaimana Pendidikan
mengantisipasi hal ini ?
Di bidang ekonomi
Indonesia sudah menandatangani AFTA Asean Free Trade Agreement yang
efektif berlaku 2003 dan 2010 bertambah dengan China sehingga menjadi CAFTA.
Juga sudah bergabung dengan APEC Asia Pasific Economic Cooperation, yang
terakhir adalah GATT-WTO General Agreement on Tariff and Trade, dan World
Trade Organization. Intinya adalah perdagangan bebas sesuai dengan Washington
Consensus yang berbasis pada liberalism (Symoniak, 1989). Habibie
sebelum mulai membacakan Pidato pada peringatan Hari lahir Pancasila 1 Juni
2011 mengucap: “Ini adalah penjajahan dalam bentuk baru, neo-colonialism
atau dalam pengertian sejarah kita suatu VOC atau Verenigte Oostindische
Companie dengan baju baru” (Habibie, 2011).
Di bidang politik,
kepentingan politik suatu negara selalu terkait dengan ideologi atau
perdagangan. Free Trade Ageement adalah salah satu bentuk ekspansi
ideologi liberalisme dalam bentuk perdagangan pasar bebas termasuk pendidikan.
Perdagangan bebas itu tidak akan lepas dari bidang Ekonomi. Kepentingan politik
adalah untuk kepentingan ekonomi dan kesejahteraan. Dengan demikian, pendidikan
juga dianggap sebagai komoditi yang bisa diperjualbelikan, dan lalu-lintas
pasar tenaga kerja bebas juga akan terjadi. Dalam hal ini, Antony Giddens
merumuskan Globalisasi sebagai berikut (Giddens, A., 1990) :
Globalisation can be defined as the
intensification of worldwide social relations which link distant localities in
such a way that local happenings are shaped by events occurring many miles away
and vice versa. This is a dialectical process because such local happenings may
move in an obverse direction from the very distanciated relationships that shape
them. Local transformation is as much a part of globalization as the lateral
extension of social connections across time and space. Thus whoever studies
cities today, in any part of the world, is aware that what happens in a local
neighborhood is likely to be influenced by factors such as world money and
commodity-markets-operating at an indefinite distance away from that
neighborhood itself.
Namun, agar dipahami
bahwa ekonomi global bukan ekonomi dunia yang sudah mulai eksis sejak abad 19.
Namun, ekonomi global adalah sebuah strategi, aktivitas inti, termasuk inovasi,
keuangan dan manajemen korporasi, fungsi dalam skala planet yang berbasis real
time transaction. Globalitas ini menjadi mungkin karena infrastruktur
technologi yang disediakan oleh telekomunikasi, sistem informasi, microelectronic
machinary, dan computer based-transportation. Hari ini berbeda dari
generasi yang lalu, teknologi, manajemen, informasi, dan inti pasar telah
terglobalisasikan (Carnoy, 1999).
Oleh karena itu,
pertanyaan pertama adalah bagaimana Pendidikan memahami hal ini? Pertanyaan ke
dua adalah bagaimana pendidikan harus menyiapkan peserta didik untuk menyiapkan
diri?
Terimah Kasih atas
kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam
0 Response to "Realitas Bangsa Indonesia: Pandangan Kritis Terhadap Globalisme"
Post a Comment