Realitas Bangsa Indonesia: Benih Semangat Kebangsaan
Survei Kehidupan Bernegara yang dilakukan oleh BPS (BPS, 2011)pada
 tanggal 27-29 Mei 2011 dengan sampel yang diambil sebanyak 12.056 
responden dan tersebar di 181 Kabupaten/Kota di 33 Provinsi di seluruh 
Indonesia menemukan fenomena :
- Degradasi budi pekerti
- Kurangnya kecintaan terhadap negara RI
- Pengaruh Asing
- Ketidakadilan dalam pembangunan
- Kemiskinan
- Hilangnya Wibawa/kepercayaan pada tokoh masyarakat
- Hilangnya wibawa/kepercayaan pada aparat pemerintah.
Butir
 pertama hingga ke tiga berkaitan langsung dengan Pendidikan sedang 
butir empat hingga ke lima berkaitan tidak langsung dengan pendidikan 
yaitu melalui kebijakan Sosial dan Ekonomi, sedang dua butir terakhir 
berkaitan dengan watak manusia dalam kekuasaan. 
Tulisan ini tidak hendak menggali 
jawaban terhadap kemunculan berbagai permasalahan bangsa Indonesia, 
namun justru ingin menggali bagaimana semangat kebangsaan itu disemai 
dalam proses pembentukan NKRI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Metoda 
interpolasi untuk melihat benang merah semangat kebangsaan dimulai dari 
Risalah BPUPKI terbitan UI. Kemudian saya mundur akhirnya mentok (batas 
akhir) di STOVIA dimana masalah kebangsaan dibahas di sekolah kedokteran
 Jawa yang menjadi awal penjelajahan saya hingga bertemu tokoh-tokoh 
berbagai aliran dan attribut. Fasa antara Stovia hingga Insdische Partij
 berdiri layak dan pantas dicermati dalam pergulatan pemikiran 
kebangsaan. Mengapa tiga aktifis STOVIA yaitu Dr Tjipto Mangoenkoesoemo,
 Doewes Decker, dan Soerjadi Suryaningrat mendirikan Indische Partij
 sebagai partai politik pertama dengan tujuan PERSATUAN NASIONAL ?  Ada 
apa? Mengapa ada perjanjian bahwa ketika dibuang mereka boleh ke LN ? 
akhirnya memang mereka ke Belanda dan bertemu dengan kaum pergerakan 
disana dan masuk ke Indische Vereeniging.
Indische Partij adalah secercah cahaya 
awal mengenai persatuan nasional yang akan membakar semangat perjuangan 
politik kemerdekaan bangsa Indonesia, setelah sebelumnya isu kesukuan, 
feodalisme, keagamaan, dan ideologi menjadi ajang perebutan pengaruh.
Rentang waktu dua dekade cukup 
mematangkan pergerakan pemoeda hingga kongres Pemoeda II yang bisa 
ditandai oleh dominasi alumni STOVIA,   Rechtshoogeschool te Batavia dan  Technische Hoogeschool te Bandoeng hingga berujung ke BPUPKI. 
Revolusi Pendidikan yang
 dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara dengan mendirikan Perguruan Nasional
 Taman Siswa adalah revolusi pada [1] Tujuan Pendidikan, [2] Paedagogi. 
dan [3] Isi untuk melawan pendidikan sistem kolonial. Revolusi ini 
ibarat octane tinggi yang disiram ke bara api perjuangan untuk 
pembebasan dari belenggu penjajahan, maka revolusi ini cepat menyebar ke
 berbagai daerah hingga ke luar Jawa dengan mendirikan Pendidikan Taman 
Siswa yang masih eksis hingga sekarang. hanya kurang dari satu dekade 
Perguruan nasional Taman Siswa itu sudah mencapai lebih dari 100 
anggota.
Satu tahun setelah proklamasi kemerdekaan dan sebelum
 UU Pendidikan NKRI yang pertama keluar, dibawah Menteri Pendidikan 
Soewandi dibentuk rumusan tujuan pendidikan menurut Panitia Penyelidik 
Pengajaran Republik Indonesia di bawah pimpinan Ki Hajar Dewantara 
dengan penulis Soegarda Poerbakawatja adalah*:
“Mendidik warga negara yang sejati, sedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk warga negara dan masyarakat.”
Pengertian
 “warga yang sejati” itu kemudian dijabarkan sifat-sifatnya dalam 
pedoman bagi guru-guru yang dikeluarkan oleh Kementerian PP dan K pada 
tahun 1946, yaitu:
- Berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Cinta kepada alam.
- Cinta kepada negara.
- Cinta dan hormat kepada ibu-bapak.
- Cinta kepada bangsa dan kebudayaan.
- Keterpanggilan untuk memajukan negara sesuai kemampuannya.
- Memiliki kesadaran sebagai bagian integral dari keluarga dan masyarakat.
- Patuh pada peraturan dan ketertiban.
- Mengembangkan kepercayaan diri dan sikap saling hormati atas dasar keadilan.
- Rajin bekerja, kompeten dan jujur baik dalam pikiran maupun tindakan.
Formulasi cita-cita ini menunjukkan 
bahwa pendidikan ketika itu lebih menekankan pada aspek penanaman 
karakter bangsa sesuai dengan cita-cita proklamasi dan semangat 
patriotisme.
0 Response to "Realitas Bangsa Indonesia: Benih Semangat Kebangsaan"
Post a Comment