'

Selamat Datang di Website Resmi Muhammad Akbar bin Zaid “Assalamu Alaikum Warahmtullahi Wabarakatu” Blog ini merupakan blog personal yg dibuat & dikembangkan oleh Muhammad Akbar bin Zaid, Deskripsinya adalah "Referensi Ilmu Agama, Inspirasi, Motivasi, Pendidikan, Moralitas & Karya" merupakan kesimpulan dari sekian banyak kategori yang ada di dalam blog ini. Bagi pengunjung yang ingin memberikan saran, coretan & kritikan bisa di torehkan pada area komentar atau lewat e-mail ini & bisa juga berteman lewat Facebook. Terimah Kasih Telah Berkunjung – وَالسٌلام عَلَيْكُم

Keutamaan Ilmu



A. Definisi Ilmu
   1. Mengetahui sesuatu sebagaimana adanya.
  a. 2+2 = 4 à   ilmu, karena sesuai dengan kenyataan
2+2 = 5 à   bukan ilmu, karena tidak sesuai dengan kenyataan
  b. Perang badar terjadi pada tahun ke 2 hijriyah à ilmu
Akan tetapi kalau ada orang yang mengatakan Perang Badar terjadi pada tahun ke 5 hijriyah, meskipun dengan yakin dan diucapkan dengan semangat berapi-api itu bukan ilmu, namanya jahlul muraqqab (kebodohan yang bertingkat) karena dia tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu
  c. Seandainya dia mengatakan saya tidak tahu maka itu adalah setengah dari ilmu  
      karena dia tahu bahwa dia tidak tahu
  d. Tapi jika dia bersikeras maka disebut jahal muraqqab karena dia tidak tahu bahwa
      dia tidak tahu
              
          2. Yang dimaksud dengan ilmu jika disebutkan secara mutlak dalam nash Qur’an dan
               Sunnah adalah ilmu agama.
                  a. Dalam hadits               : ”Menuntut ilmu agama diwajibkan atas setiap muslim”.
                  b. Dalam al qur’an          : “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan
                      melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat
                     dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada
                     Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
                      Bijaksana.”
Ulama = ilmu fisika, biologi, matematika?
Yang dimaksud adalah orang yang berilmu agama

    Berkata Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu, ”Ilmu itu ada tiga: kitab yang berbicara (Al Qur’an), sunnah yang berlaku, dan perkataan saya tidak tahu”.
à Jangan menjawab jika kita tidak tahu tentang suatu perkara (jangan sok tahu)  
      karena bisa menyesatkan.
à Ini defenisi ilmu menurut para sahabat, bahwa ilmu itu ada tiga saja.
à Apakah para sahabat Ibnu Umar menafikkan ilmu yang lain sehingga mengatakan  
      ilmu tiga saja, padahal ketika itu banyak ilmu lain (ilmu perdagangan,  
      astronomi). Beliau mengatakan tiga saja menunjukkan yang paling utama.

           Berkata     Asy Syafi'I, “Semua ilmu selain Al Quran menyibukkan, ilmu itu yang terdapat di dalamnya qala dan haddatsana”.

            Berkata    Ibnul Qayyim, “Ilmu itu adalah : Allah berfirman, Rasul bersabda dan para sahabat berkata”.

B. Hukum Menuntut Ilmu Agama
Hukum menuntut ilmu agama adalah wajib menurut keadaan masing-masing.

سنن ابن ماجه - عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersaba “Menuntut ilmu agama wajib bagi setiap muslim” [H.R. Ibnu Majah]
Menurut keadaannya masing-masing, artinya:
a. Sholat, puasa, wajib bagi semua muslim selama dia sudah baligh dan berakal. Tetapi
    masalah zakat hanya untuk orang kaya saja, orang miskin tidak terkena kewajiban
    untuk mempelajarinya tapi kalau dipelajari itu lebih utama (termasuk haji).
b. Orang yang sudah aqil & baligh disebut Mukallaf = orang yangg dibebani syariat
c. Agar mengurangi beban maka agama ini datang dengan banyak tarhib (motivasi)
    seperti surga, pahala, dll.

C. Keutamaan  Ilmu Agama
a. Termasuk amal jariyah. Jariyah =  berjalan

صحيح مسلم - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا
مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Jika seseorang meninggal maka terputus amalnya kecuali 3: shadaqah jariyah, ilmu yang diajarkannya, atau anak shalih yang mendoakannya “ [H.R. Muslim]

b. Pondasi amal
Imam Bukhari menamakan satu bab dalam kitab shahihnya dengan bab ilmu sebelum amal berdasarkan QS. 47:19

“Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” [Qs.Muhammad ayat 19]
Agar amal kita tidak sia-sia kita harus berilmu. Misalnya, masuk masjid dengan kaki kanan.    Orang yang tahu ilmunya mendapat pahala karena niatnya mengikuti sunnah. Tapi jika orang yang tidak tahu bahwa hal itu adalah sunnah ketika masuk mesjid kadang kanan kadang kiri. Dan jika kebetulan kaki kanan maka dia tidak mendapat pahala, karena tidak meniatkan untuk mengamalkan sunnah, kenapa tidak meniatkan karena tidak tau ilmunya. Dengan ilmu, perkara-perkara kecil dapat mendatangkan pahala.
c. Setara dengan jihad

 “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” [Qs:At Taubah ayat 122]

Ilmu itu ada 3 jengkal; Jengkal pertama: sombong;
Jengkal kedua : tawadhu;
Jengkal ketiga : dia sadar bahwa ternyata masih ada yang tidak dia ketahui.

d. Makanan ruh
Sebagaimana jasad, ruh pun butuh makanan.
Ibnul Qayyim menukil dari Imam Ahmad,
“Manusia lebih membutuhkan ilmu daripada makanan dan minuman karena makan dan minum dibutuhkan 2 atau 3 kali dalam sehari sedangkan ilmu dibutuhkan setiap saat”

e. Allah memerintahkan nabiNya untuk meminta tambahan ilmu

 “Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu[*], dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." [Thaahaa ayat 114].
[*]  Maksudnya: nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril ‘alaihissalaam kalimat demi kalimat, sebelum Jibril ‘alaihissalaam selesai membacakannya, agar dapat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.
Diperintahkannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta tambahan imu dan tidak diperintahkan untuk meminta tambahan reski dll, menunjukkan keutamaan ilmu
f. Jalan menuju surga

عن إبي هريرة إن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال َمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Barang siapa menitip jalan untuk mencari ilmu dimudahkan baginya jalannya menuju surga” [HR. Muslim].
Dengan ilmu, seseorang dapat mengetahui yang wajib dan yang sunnah, yang halal dan yang haram, dsb.

g. Satu dari dua perkara yang dibolehkan hasad di dalamnya

عَنْ عَبْد اللَّهِ بْن مَسْعُودٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا
فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا (متفق عليه)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara: laki-laki yang diberikan kepadanya harta lalu Allah memberikan kepadanya kemudahan untuk menginfakkannya dalam haq dan laki-laki yang diberikan hikmah / ilmu kepadanya dan dengan ilmunya dia mengajarkannya” [HR. Bukhari dan Muslim]
- Al ghitthah = menginginkan sesuatu tanpa kita mengharapkan sesuatu itu hilang
   dari orang lain
                 - Ketika Allah membolehkan hasad kepada 2 hal tsb menunjukkan keutamaannya

g. Tidak berkurang dengan dibagikan bahkan bertambah Atsar Ali bin Abi Thalib
    radhiyallahu’anhu .
Ilmu di atas harta karena ilmu menjaga kita, namun harta harus dijaga. Dan harta jika dibagikan akan berkurang, namun ilmu bila dibagikan maka akan bertambah

D. Keutamaan Ulama dan Para Penuntut Ilmu
a. Allah menyebutkan persaksian para ulama atas tauhid bersama persaksian Allah dan
    persaksian malaikat
 “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu[*] (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Al Imran ayat 18]
[*]  ayat Ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu.

b. Merekalah orang yang takut kepada Allah
 “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[*]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Faathir ayat 28]
[*]  yang dimaksud dengan ulama dalam ayat Ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.

c. Pewaris para Nabi

عن أبي الدرداء أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ (رواه الترمذي)
Dari Abu Darda’ radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya ulama pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sesungguhnya para nabi mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya  maka ……..” [HR. Tirmidzi]
d. Manusia terbaik

صحيح البخاري - عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ  عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Dari Utsman radhiyallahu’anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al Qur’an dan mangamalkannya “ [HR. Bukhari]

e. Termasuk dalam umara
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Ulil amrià umaraa & ulamaa’; diperintahkan untuk ditaati, Dari segi maknawiyah ulama lebih tinggi daripada pemimpin, karena ulama melurskan langkah mereka.

f. Didoakan oleh penduduk langit dan bumi

سنن الترمذي - عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ  ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ

Dari Abu Umamah al Bahiliy radhiyallahu’anhu berkata disebutkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang 2 orang, yang pertama adalah ahli ibadah dan yang kedua adalah orang berilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “keutamaan orang berilmu di atas orang ahli ibadah seperti diriku di atas orang yang paling rendah di antara kalian”. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ”sesungguhnya Allah dan para malaikat dan penduduk langit dan bumi sampai semut di dalam lubangnya dan ikan-ikan di laut bershalawat kepada yang mengajarkan agama kepada manusia” [HR. Tirmidzi]
g. Malaikat merendahkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu

عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ قَالَ أَتَيْتُ صَفْوَانَ بْنَ عَسَّالٍ الْمُرَادِيَّ  فَقَالَ مَا جَاءَ بِكَ قُلْتُ ابْتِغَاءَ الْعِلْمِ قَالَ بَلَغَنِي أَنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَفْعَلُ (رواه الترمذي)
Dari Zir ibnu Hubaisy radhiyallahu’anhu berkata saya datang kepada Sufyan bin Assal al Muraddiyyah, dia berkata “Apa yang mendatangkanmu kemari”. Saya menjawab “Saya mencari ilmu”. Beliau berkata “sampai kepadaku bahwa malaikat meletakkan sayapnya kepada penuntut ilmu karena mereka ridha dengan yang mereka kerjakan” [HR. Tirmidzi]
h. Dijauhkan dari laknat dan murka Allah

سنن الترمذي - عن أبي هُرَيْرَةَ يَقُولُ  سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata Saya mendengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata “ Ketahuilah sesungguhnya dunia itu terlaknat. Terlaknat apa saja yang di dalamnya kecuali dzikrullah dan apa yang mengantarkannya kepada dzikrulah dan orang yang menuntut ilmu dan orang yang mengajarkan ilmu”[HR. Tirmidzi]
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang lami tentang urusan dunia tetapi jahil di dalam urusan akhirat” [hadits hasan]

E. Sarana Mendapatkan Ilmu
a. Menghadiri majelis ilmu
b. Banyak membaca
c. Mendengarkan kaset ceramah
d. Bertanya kepada para ulama

F. Bagaimana Bisa Menguasai Ilmu Agama
a. Ikhlas
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu diantara ilmu-ilmu yang dengannya diharapkan wajah Allah, tapi dia tidak mencari/mempelajari ilmu tersebut kecuali agar dia mendapatkan keuntungan dunia, maka dia tidak bisa mencium baunya surga.”
  > Padahal baunya surga dapat tercium dari 70 tahun perjalanan.
Jika kita berjalan menuju surga, maka 70 tahun sebelum kita sampai maka baunya sudah bisa tercium, tapi orang yang tidak ikhlas dalam mempelajari ilmu agama maka dia tidak bisa mencium baunya surga
Mis : Belajar agama karena mau dibilang banyak ilmunya, banyak hapalannya, karena mau berdebat dengan orang yang bodoh, mau populer, mau dibilang pintar, dll.
 > Harusnya kita belajar agama karena kita faham ini kewajiban dalam agama, Allah mewajibkan. Kita belajar agama karena kita ingin mengetahui agama supaya kita bisa amalkan, supaya kita bisa mengajarkannya dan mendapatkan pahala yang besar.

b. Mujahadah
  > Ilmu itu tidak bisa didapatkan dengan bersantai-santai
Seorang ulama berkata : ”Ilmu itu kalau anda berikan semua potensi yang anda miliki untuk bisa mempelajari ilmu agama, maka dia hanya akan memberikan kepada anda setengah saja.”
  > Bagaimana kalau kita tidak mengeluarkan semua potensi kita, berapa yang kita dapat ?
c. Berdoa
”Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
 > Kita harus banyak berdoa karena Allah lah yang  memahamkan pikiran kita. Allah yang  membuat kita bisa menghapal, hapal qur’an, hadits, dan perkara-perkara agama.
 > Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, jika terbentur pada suatu masalah yang ia tidak bisa pahami, maka dia sholat 2 rakaat. Meminta kepada Allah supaya dibukakan pemahaman baginya.
 > Beliau berdo’a (sholat adalah doa) menunjukkan bahwa kita betul-betul merasa bahwa memang hanya Allah yang membuat kita bisa paham, bukan kemampuan diri kita. Ini salah satu bentuk tawarruk kita kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala
d. Meninggalkan maksiat
  > Syair Imam Syafi’i yang terkenal:
Saya mengadu kepada Waqi’i (gurunya)
Tentang buruknya hapalan saya
Maka dia beri petunjuk kepada saya supaya meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan
Dan diajarkan kepadaku bahwasanya ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.
 > Orang yang mendapatkan ilmu harus meninggalkan maksiat karena maksiat akan mengotori hati
 > Orang yang berbuat dosa akan terbentuk titik hitam dihatinya, kalau dia minta ampun dan istigfar maka akan dihapus. Tetapi kalau tidak, semakin banyak berbuat dosa maka semakin banyak titik hitam dan semakin terhijab hati. Sementara hati adalah tempat ilmu. Kalau hati terhijab, ilmu terpental tidak bisa masuk.
 > Maka agar ilmu berberkah kita harus meninggalkan kemaksiatan.
e. Meninggalkan sifat sombong dan malu
à Orang yang sombong tidak pernah mau belajar karena merasa hebat, orang yang pemalu tidak mendapatkan ilmu karena selalu malu untuk bertanya
f. Mulazamah para ulama
  > Mulazamah = terus bersama, selalu bersama (lengket, nempel)
Dengan bermulazamah dengan para ulama, kita bisa melihat bagaimana sang alim itu mengamalkan ilmunya
 > Majelis Imam Ahmad dihadiri sampai ribuan orang. Tentu ribuan orang yang hadir tidak semua bisa mendengar apa yang dikatakan Imam Ahmad dalam majelisnya (apalagi dulu tidak ada pengeras suara seperti sekarang, paling yang terdekat saja yang bisa mendengar), yang jauh apa yang mereka ambil ? Mereka mengambil akhlaqnya. Ini keuntungan orang yang dekat dengan para ulama, dia bisa melihat sang alim mengamalkan ilmunya (ada realisasi).
 > Ibnul Qayyim mengatakan : ”Ketika kami sedang merasakan sempit, sulit, susah, gundah, gelisah kami datang kepada Ibnu Taimiyah guru kami. Begitu kami melihat wajahnya saja, sudah bersemangat lagi.” (begitulah kalau ’alim yang rabbani, ’alim yang dekat dengan Allah Subhaanahu wa Ta’ala)
  > Banyak yang bisa kita ambil dengan bermulazamah denga para ulama. Bukan cuma yang keluar dari lisan saja tapi bagaimana ia mengamalkan ilmu.
 > Para ulama diutus belajar, yang pertama-tama mereka disuruh untuk belajar adab dulu, belajar adab ulama tempat mereka belajar, mereka mempelajari adab bertahun-tahun setelah itu baru mrk belajar ilmunya.
 > Karena itu tidak bisa orang menjadi ulama kalau hanya otodidak saja. Belajar pakai buku adalah sarana tapi belajar lewat buku saja tidak bisa, mesti ada ulama yang mengajar kita. Karena orang yang gurunya adalah buku, jika bukunya salah maka dia ikut salah juga.
  > Ada kisah orang yang baca buku:
”Al Habbatussauda adalah obat segala penyakit.”
Al Habbatussauda          tertulis            Al Hayyatussauda
                                        
Jintan Hitam                                (Ular hitam
Karena semangat mengamalkan apa yang dia tau, dia cari ular hitam (ular hitam adalah ular yang paling keras bisanya). Akhirnya dia dapat ular hitam, dipatuk ular hitam, dan meninggal. Itu karena gurunya adalah bukunya. Begitu salah cetak, salah paham.
Kalau ada guru maka gurunya pasti luruskan bahwa itu salah cetak. Ulama akan meluruskan kita agar ilmu yang kita dapatkan benar.

g. Mengamalkan ilmu
  > Jika kita mau ilmu kita tinggal, berberkah, bermanfaat kepada kita, maka ia harus diamalkan.
  > Kita belajar tidak hanya sekedar menumpuk-numpuk pemahaman. Karena kita bukan komputer. Komputer menyimpan tapi tidak mengamalkan karena dia benda mati. Jadi jika kita banyak ilmunya tapi tidak diamalkan, kita seperti  komputer saja, seperti benda mati, padahal kita makhluk hidup
 > Kenapa kita menuntut ilmu ? karena kita ingin melaksanakan perintah agama, Rasulullah mewajibkan belajar agama, kita belajar karena mau tau ajaran kita, karena kita mau mengamalkan, karena kita ingin menyampaikan kepada orang lain sehingga mengumpulkan pahala yang lebih banyak. (itu tujuan kita belajar agama).
  > Imam Ahmad pernah kedatangan muridnya yang bermalam di rumahnya. Kemudian beliau menyediakan air untuk muridnya jika bangun malam dia bisa menggunakan airnya. Pada saat waktu subuh Imam Ahmad memeriksa air u/ muridnya. Ternyata airnya tidak berkurang (artinya tidak dipakai) karena muridnya tidak bangun. Kemudian Imam Ahmad mengatakan :
”Saya heran ada seorang penuntut ilmu yang tidak ada ibadahnya diwaktu malam.”
 > Sebagian besar para ulama adalah ahli ibadah juga. Sementara sebagian ahli ibadah tidak menuntut ilmu
> Imam Ahmad ketika mendapatkan hadits berbekam langsung pergi berbekam, dan dia memberikan upah kepada tukang bekam persis seperti upah yang disebutkan dalam hadits nabi, untuk sekedar mengamalkan apa yang dia tau. Semangat mengamalkan ilmu, walaupun mungkin dia tidak terlalu butuh u/ berbekam, tapi karena tau Nabi pernah melakukannya ia pun mengamalkannya bahkan memberikan upah yg sama dgn upah yg diberikan oleh Nabi kepada tukang bekam dahulu.
> Seorang penyair mengatakan :
”Hubungkanlah ilmu itu dengan amal karena dengan demikian kita bisa menguasai ilmu tersebut kalau tidak maka ia akan pergi (kalau tidak diamalkan).”

Semoga apa  yang kami tulis bisa bermamfaat bagi kita semua khusunya  bagi kami pribadi, Syukran jazakaalh khairan@

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Keutamaan Ilmu "