Keutamaan Ilmu
A. Definisi Ilmu
a. 2+2
= 4 à ilmu, karena sesuai dengan kenyataan
2+2 = 5 à bukan ilmu, karena tidak sesuai dengan
kenyataan
b. Perang
badar terjadi pada tahun ke 2 hijriyah à ilmu
Akan tetapi
kalau ada orang yang mengatakan Perang Badar terjadi pada tahun ke 5 hijriyah,
meskipun dengan yakin dan diucapkan dengan semangat berapi-api itu bukan ilmu,
namanya jahlul muraqqab (kebodohan yang bertingkat) karena dia tidak tahu bahwa
dirinya tidak tahu
c. Seandainya
dia mengatakan saya tidak tahu maka itu adalah setengah dari ilmu
karena
dia tahu bahwa dia tidak tahu
d. Tapi
jika dia bersikeras maka disebut jahal
muraqqab karena dia tidak tahu bahwa
dia tidak tahu
2. Yang dimaksud dengan ilmu jika
disebutkan secara mutlak dalam nash Qur’an dan
Sunnah adalah ilmu agama.
a.
Dalam hadits :
”Menuntut ilmu agama diwajibkan atas setiap muslim”.
b.
Dalam al qur’an : “Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan
melainkan dia (yang berhak disembah), yang
menegakkan keadilan. para malaikat
dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
tak ada
Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
Ulama = ilmu fisika, biologi,
matematika?
Yang dimaksud adalah orang yang berilmu
agama
Berkata Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu,
”Ilmu itu ada tiga: kitab yang berbicara (Al Qur’an), sunnah yang berlaku, dan perkataan
saya tidak tahu”.
à Jangan menjawab
jika kita tidak tahu tentang suatu perkara (jangan sok tahu)
karena bisa menyesatkan.
à Ini
defenisi ilmu menurut para sahabat, bahwa ilmu itu ada tiga saja.
à Apakah para
sahabat Ibnu Umar menafikkan ilmu yang lain sehingga mengatakan
ilmu tiga saja, padahal ketika itu banyak ilmu lain (ilmu perdagangan,
astronomi). Beliau mengatakan tiga saja menunjukkan yang paling utama.
Berkata Asy Syafi'I, “Semua ilmu selain Al Quran menyibukkan, ilmu itu
yang terdapat di dalamnya qala dan haddatsana”.
Berkata Ibnul Qayyim, “Ilmu itu adalah : Allah berfirman, Rasul bersabda
dan para sahabat berkata”.
B. Hukum Menuntut Ilmu Agama
Hukum menuntut ilmu
agama adalah wajib menurut keadaan masing-masing.
سنن ابن ماجه - عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Dari Anas bin Malik,
Rasulullah bersaba “Menuntut ilmu agama wajib bagi setiap muslim” [H.R. Ibnu
Majah]
Menurut keadaannya
masing-masing, artinya:
a. Sholat, puasa, wajib bagi semua muslim selama dia sudah baligh dan
berakal. Tetapi
masalah zakat hanya untuk orang
kaya saja, orang miskin tidak terkena kewajiban
untuk mempelajarinya tapi kalau
dipelajari itu lebih utama (termasuk haji).
b. Orang yang sudah aqil & baligh
disebut Mukallaf = orang yangg dibebani syariat
c. Agar mengurangi beban maka agama ini
datang dengan banyak tarhib (motivasi)
seperti surga, pahala, dll.
C. Keutamaan Ilmu
Agama
a. Termasuk amal jariyah.
Jariyah = berjalan
صحيح مسلم - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ
عَمَلُهُ إِلَّا
مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah bersabda, “Jika seseorang
meninggal maka terputus amalnya kecuali 3: shadaqah jariyah, ilmu yang
diajarkannya, atau anak shalih yang mendoakannya “ [H.R. Muslim]
b. Pondasi amal
Imam Bukhari menamakan satu bab dalam kitab shahihnya dengan bab ilmu
sebelum amal berdasarkan QS. 47:19
“Maka Ketahuilah, bahwa
Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” [Qs.Muhammad ayat 19]
Agar
amal kita tidak sia-sia kita harus berilmu. Misalnya, masuk masjid dengan kaki
kanan. Orang
yang tahu ilmunya mendapat pahala karena niatnya mengikuti sunnah. Tapi jika
orang yang tidak tahu bahwa hal itu adalah sunnah ketika masuk mesjid kadang
kanan kadang kiri. Dan jika kebetulan kaki kanan maka dia tidak mendapat
pahala, karena tidak meniatkan untuk mengamalkan sunnah, kenapa tidak meniatkan
karena tidak tau ilmunya. Dengan ilmu, perkara-perkara kecil dapat mendatangkan
pahala.
c. Setara dengan jihad
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” [Qs:At Taubah ayat 122]
Ilmu itu
ada 3 jengkal; Jengkal pertama: sombong;
Jengkal kedua : tawadhu;
Jengkal ketiga : dia sadar bahwa ternyata masih ada yang tidak dia ketahui.
d. Makanan ruh
Sebagaimana jasad, ruh
pun butuh makanan.
Ibnul Qayyim menukil dari Imam Ahmad,
“Manusia lebih membutuhkan ilmu daripada makanan dan minuman
karena makan dan minum dibutuhkan 2 atau 3 kali dalam sehari sedangkan ilmu
dibutuhkan setiap saat”
e. Allah memerintahkan
nabiNya untuk meminta tambahan ilmu
“Maka Maha Tinggi Allah raja yang
sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu[*], dan Katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." [Thaahaa ayat 114].
[*] Maksudnya: nabi Muhammad shallallahu’alaihi
wasallam dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril ‘alaihissalaam kalimat
demi kalimat, sebelum Jibril ‘alaihissalaam selesai membacakannya, agar dapat
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menghafal dan memahami betul-betul
ayat yang diturunkan itu.
Diperintahkannya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta tambahan imu dan tidak diperintahkan
untuk meminta tambahan reski dll, menunjukkan keutamaan ilmu
f. Jalan menuju surga
عن إبي هريرة إن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال َمَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّةِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Barang siapa menitip jalan untuk mencari ilmu dimudahkan baginya
jalannya menuju surga” [HR. Muslim].
Dengan ilmu, seseorang dapat mengetahui yang wajib dan yang sunnah, yang
halal dan yang haram, dsb.
g. Satu dari dua perkara
yang dibolehkan hasad di dalamnya
عَنْ عَبْد
اللَّهِ بْن مَسْعُودٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا
فَسَلَّطَهُ
عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي
بِهَا وَيُعَلِّمُهَا (متفق عليه)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara: laki-laki yang diberikan
kepadanya harta lalu Allah memberikan kepadanya kemudahan untuk menginfakkannya
dalam haq dan laki-laki yang diberikan hikmah / ilmu kepadanya dan dengan
ilmunya dia mengajarkannya” [HR. Bukhari dan Muslim]
- Al ghitthah =
menginginkan sesuatu tanpa kita mengharapkan sesuatu itu hilang
dari orang lain
- Ketika Allah membolehkan
hasad kepada 2 hal tsb menunjukkan keutamaannya
g. Tidak berkurang
dengan dibagikan bahkan bertambah Atsar Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu’anhu .
Ilmu di atas harta karena ilmu menjaga kita, namun harta
harus dijaga. Dan harta jika dibagikan akan berkurang, namun ilmu bila
dibagikan maka akan bertambah
D. Keutamaan Ulama dan Para Penuntut
Ilmu
a. Allah menyebutkan
persaksian para ulama atas tauhid bersama persaksian Allah dan
persaksian malaikat
“Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang
menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu[*] (juga menyatakan
yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Al Imran ayat 18]
[*] ayat Ini untuk
menjelaskan martabat orang-orang berilmu.
b. Merekalah orang yang
takut kepada Allah
“Dan demikian (pula)
di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada
yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[*]. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Faathir ayat 28]
[*] yang dimaksud dengan ulama dalam ayat Ini
ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.
c. Pewaris para Nabi
عن أبي الدرداء أن رسول
الله صلى الله عليه و سلم قال إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا
دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ
وَافِرٍ (رواه الترمذي)
Dari Abu Darda’ radhiyallahu’anhu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya ulama pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham. Sesungguhnya para nabi mewariskan ilmu. Barang
siapa yang mengambilnya maka ……..” [HR.
Tirmidzi]
d. Manusia terbaik
صحيح البخاري - عَنْ
عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ
الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Dari Utsman radhiyallahu’anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari
al Qur’an dan mangamalkannya “ [HR. Bukhari]
e. Termasuk dalam umara
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Ulil amrià umaraa & ulamaa’; diperintahkan
untuk ditaati, Dari segi maknawiyah ulama lebih tinggi daripada pemimpin,
karena ulama melurskan langkah mereka.
f. Didoakan oleh
penduduk langit dan bumi
سنن الترمذي - عَنْ أَبِي
أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ ذُكِرَ
لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا
عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ
وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى
الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
Dari Abu Umamah al Bahiliy radhiyallahu’anhu berkata
disebutkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang 2 orang, yang
pertama adalah ahli ibadah dan yang kedua adalah orang berilmu. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda “keutamaan orang berilmu di atas orang ahli ibadah
seperti diriku di atas orang yang paling rendah di antara kalian”. Kemudian
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ”sesungguhnya Allah dan para
malaikat dan penduduk langit dan bumi sampai semut di dalam lubangnya dan
ikan-ikan di laut bershalawat kepada yang mengajarkan agama kepada manusia” [HR. Tirmidzi]
g. Malaikat merendahkan
sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu
عَنْ زِرِّ
بْنِ حُبَيْشٍ قَالَ أَتَيْتُ صَفْوَانَ بْنَ عَسَّالٍ الْمُرَادِيَّ فَقَالَ مَا جَاءَ بِكَ قُلْتُ ابْتِغَاءَ
الْعِلْمِ قَالَ بَلَغَنِي أَنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ
الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَفْعَلُ (رواه الترمذي)
Dari Zir ibnu Hubaisy radhiyallahu’anhu berkata saya datang kepada Sufyan
bin Assal al Muraddiyyah, dia berkata “Apa yang mendatangkanmu kemari”. Saya
menjawab “Saya mencari ilmu”. Beliau berkata “sampai kepadaku bahwa malaikat
meletakkan sayapnya kepada penuntut ilmu karena mereka ridha dengan yang mereka
kerjakan” [HR.
Tirmidzi]
h. Dijauhkan dari laknat
dan murka Allah
سنن الترمذي - عن أبي هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا
فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu
berkata Saya mendengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata “
Ketahuilah sesungguhnya dunia itu terlaknat. Terlaknat apa saja yang di
dalamnya kecuali dzikrullah dan apa yang mengantarkannya kepada dzikrulah dan
orang yang menuntut ilmu dan orang yang mengajarkan ilmu”[HR. Tirmidzi]
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya
Allah membenci setiap orang yang lami tentang urusan dunia tetapi jahil di
dalam urusan akhirat” [hadits hasan]
E. Sarana Mendapatkan Ilmu
a. Menghadiri majelis ilmu
b. Banyak membaca
c. Mendengarkan kaset ceramah
d. Bertanya kepada para ulama
F. Bagaimana Bisa Menguasai Ilmu
Agama
a. Ikhlas
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu
diantara ilmu-ilmu yang dengannya diharapkan wajah Allah, tapi dia tidak
mencari/mempelajari ilmu tersebut kecuali agar dia mendapatkan keuntungan
dunia, maka dia tidak bisa mencium baunya surga.”
>
Padahal baunya surga dapat tercium dari 70 tahun perjalanan.
Jika kita berjalan menuju surga, maka 70 tahun sebelum kita sampai maka
baunya sudah bisa tercium, tapi orang yang tidak ikhlas dalam mempelajari ilmu
agama maka dia tidak bisa mencium baunya surga
Mis : Belajar agama karena mau dibilang banyak ilmunya, banyak hapalannya,
karena mau berdebat dengan orang yang bodoh, mau populer, mau dibilang pintar,
dll.
> Harusnya
kita belajar agama karena kita faham ini kewajiban dalam agama, Allah
mewajibkan. Kita belajar agama karena kita ingin mengetahui agama supaya kita
bisa amalkan, supaya kita bisa mengajarkannya dan mendapatkan pahala yang besar.
b. Mujahadah
> Ilmu itu tidak bisa
didapatkan dengan bersantai-santai
Seorang ulama berkata : ”Ilmu itu kalau anda berikan semua potensi
yang anda miliki untuk bisa mempelajari ilmu agama, maka dia hanya akan
memberikan kepada anda setengah saja.”
>
Bagaimana kalau kita tidak mengeluarkan semua potensi kita, berapa yang kita
dapat ?
c. Berdoa
”Maka
Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa
membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah:
"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
> Kita harus banyak berdoa karena Allah lah
yang memahamkan pikiran kita. Allah
yang membuat kita bisa menghapal, hapal
qur’an, hadits, dan perkara-perkara agama.
> Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, jika
terbentur pada suatu masalah yang ia tidak bisa pahami, maka dia sholat 2
rakaat. Meminta kepada Allah supaya dibukakan pemahaman baginya.
>
Beliau berdo’a (sholat adalah doa) menunjukkan bahwa kita betul-betul merasa
bahwa memang hanya Allah yang membuat kita bisa paham, bukan kemampuan diri
kita. Ini salah satu bentuk tawarruk kita kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala
d. Meninggalkan maksiat
>
Syair Imam Syafi’i yang terkenal:
Saya mengadu kepada Waqi’i (gurunya)
Tentang buruknya hapalan saya
Maka dia beri petunjuk kepada
saya supaya meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan
Dan diajarkan kepadaku bahwasanya
ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan
diberikan kepada orang yang bermaksiat.
> Orang
yang mendapatkan ilmu harus meninggalkan maksiat karena maksiat akan mengotori
hati
>
Orang yang berbuat dosa akan terbentuk titik hitam dihatinya, kalau dia minta
ampun dan istigfar maka akan dihapus. Tetapi kalau tidak, semakin banyak
berbuat dosa maka semakin banyak titik hitam dan semakin terhijab hati.
Sementara hati adalah tempat ilmu. Kalau hati terhijab, ilmu terpental tidak
bisa masuk.
> Maka agar ilmu berberkah kita harus
meninggalkan kemaksiatan.
e. Meninggalkan sifat sombong dan malu
à Orang yang sombong tidak pernah mau belajar
karena merasa hebat, orang yang pemalu tidak mendapatkan ilmu karena selalu
malu untuk bertanya
f. Mulazamah para ulama
>
Mulazamah = terus bersama, selalu bersama (lengket, nempel)
Dengan bermulazamah dengan para ulama, kita bisa melihat bagaimana sang
alim itu mengamalkan ilmunya
>
Majelis Imam Ahmad dihadiri sampai ribuan orang. Tentu ribuan orang yang hadir
tidak semua bisa mendengar apa yang dikatakan Imam Ahmad dalam majelisnya
(apalagi dulu tidak ada pengeras suara seperti sekarang, paling yang terdekat
saja yang bisa mendengar), yang jauh apa yang mereka ambil ? Mereka mengambil
akhlaqnya. Ini keuntungan orang yang dekat dengan para ulama, dia bisa melihat
sang alim mengamalkan ilmunya (ada realisasi).
> Ibnul Qayyim mengatakan : ”Ketika kami sedang merasakan sempit, sulit,
susah, gundah, gelisah kami datang kepada Ibnu Taimiyah guru kami. Begitu kami
melihat wajahnya saja, sudah bersemangat lagi.” (begitulah kalau ’alim yang
rabbani, ’alim yang dekat dengan Allah Subhaanahu wa Ta’ala)
> Banyak yang bisa kita ambil dengan
bermulazamah denga para ulama. Bukan cuma yang keluar dari lisan saja tapi
bagaimana ia mengamalkan ilmu.
> Para ulama diutus belajar, yang
pertama-tama mereka disuruh untuk belajar adab dulu, belajar adab ulama tempat
mereka belajar, mereka mempelajari adab bertahun-tahun setelah itu baru mrk
belajar ilmunya.
> Karena itu tidak bisa orang menjadi ulama
kalau hanya otodidak saja. Belajar pakai buku adalah sarana tapi belajar lewat
buku saja tidak bisa, mesti ada ulama yang mengajar kita. Karena orang yang
gurunya adalah buku, jika bukunya salah maka dia ikut salah juga.
> Ada kisah orang yang baca buku:
”Al
Habbatussauda adalah obat segala penyakit.”
Al Habbatussauda tertulis Al Hayyatussauda
Jintan Hitam (Ular hitam
Karena semangat mengamalkan apa yang dia tau, dia
cari ular hitam (ular hitam adalah ular yang paling keras bisanya). Akhirnya dia
dapat ular hitam, dipatuk ular hitam, dan meninggal. Itu karena gurunya adalah
bukunya. Begitu salah cetak, salah paham.
Kalau ada guru maka gurunya pasti luruskan bahwa itu
salah cetak. Ulama akan meluruskan kita agar ilmu yang kita
dapatkan benar.
g. Mengamalkan ilmu
>
Jika kita mau ilmu kita tinggal, berberkah, bermanfaat kepada kita, maka ia
harus diamalkan.
>
Kita belajar tidak hanya sekedar menumpuk-numpuk pemahaman. Karena kita bukan
komputer. Komputer menyimpan tapi tidak mengamalkan karena dia benda mati. Jadi
jika kita banyak ilmunya tapi tidak diamalkan, kita seperti komputer saja, seperti benda mati, padahal
kita makhluk hidup
>
Kenapa kita menuntut ilmu ? karena kita ingin melaksanakan perintah agama,
Rasulullah mewajibkan belajar agama, kita belajar karena mau tau ajaran kita,
karena kita mau mengamalkan, karena kita ingin menyampaikan kepada orang lain
sehingga mengumpulkan pahala yang lebih banyak. (itu tujuan kita belajar
agama).
>
Imam Ahmad pernah kedatangan muridnya yang bermalam di rumahnya. Kemudian
beliau menyediakan air untuk muridnya jika bangun malam dia bisa menggunakan
airnya. Pada saat waktu subuh Imam Ahmad memeriksa air u/ muridnya. Ternyata
airnya tidak berkurang (artinya tidak dipakai) karena muridnya tidak bangun. Kemudian
Imam Ahmad mengatakan :
”Saya heran ada
seorang penuntut ilmu yang tidak ada ibadahnya diwaktu malam.”
>
Sebagian besar para ulama adalah ahli ibadah juga. Sementara sebagian ahli
ibadah tidak menuntut ilmu
> Imam Ahmad
ketika mendapatkan hadits berbekam langsung pergi berbekam, dan dia memberikan
upah kepada tukang bekam persis seperti upah yang disebutkan dalam hadits nabi,
untuk sekedar mengamalkan apa yang dia tau. Semangat mengamalkan ilmu, walaupun
mungkin dia tidak terlalu butuh u/ berbekam, tapi karena tau Nabi pernah
melakukannya ia pun mengamalkannya bahkan memberikan upah yg sama dgn upah yg
diberikan oleh Nabi kepada tukang bekam dahulu.
> Seorang penyair mengatakan :
”Hubungkanlah ilmu itu dengan amal
karena dengan demikian kita bisa menguasai ilmu tersebut kalau tidak maka ia
akan pergi (kalau tidak diamalkan).”
Semoga apa yang kami
tulis bisa bermamfaat bagi kita semua khusunya
bagi kami pribadi, Syukran jazakaalh khairan@
0 Response to "Keutamaan Ilmu "
Post a Comment